1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tekanan Terhadap Iran Meningkat?

Naomi Konrad6 Februari 2013

Iran memberi sinyal siap berunding lagi tentang program nuklirnya. Para ahli sekarang berharap akan ada pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat. Tidak banyak waktu tersisa.

Instalasi atom Bushehr di Iran
Instalasi atom Bushehr di IranFoto: aeoi.org.ir

Direktur Institut Penelitian Perdamaian di Hamburg, Michael Brzoska menjelaskan, kalau tidak ada solusi diplomatis dalam sengketa tentang program nuklir Iran, alternatifnya bisa berarti perang. Tidak seorang pun menginginkan itu. ”Sebenarnya Iran selalu menjelaskan bahwa ia siap melakukan perundingan.”

Selama Konferensi Keamanan di München, Iran hari Minggu (03/2) kembali mengirim sinyal yang jelas. Menteri Luar Negeri Ali Akbar Salehi memberi tanggapan positif atas tawaran perundingan yang disampaikan oleh Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Sehari kemudian, juru runding Iran Saeed Jalil membenarkan bahwa negaranya akan hadir dalam pertemuan akhir Februari di Kazakhstan. Pertemuan itu melibatkan enam negara, yaitu lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan Cina, ditambah dengan Jerman. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok 5+1.

Pertemuan Iran dan kelompok 5+1 di Kazakhstan akan membahas tentang program nuklir Iran. Teheran bersikeras bahwa ia mempunyai hak untuk melakukan pengayaan uranium dengan tujuan sipil. Tapi pihak lain khawatir, Iran melakukan pengayaan uranium dengan tujuan memproduksi senjata nuklir. Sejak bertahun-tahun dilakukan perundingan yang kemudian terhenti. Sejak bertahun-tahun Iran dan negara-negara barat saling mengancam. Beberapa kali diupayakan untuk melanjutkan perundingan, tapi selalu gagal.

Bom Atom Hampir Selesai?

Negara-negara barat mendesak karena merasa tidak banyak waktu lagi. Makin lama perundingan tertunda, makin mungkin Iran bisa memiliki senjata atom. ”Kecemasan Israel, bahwa Iran sebentar lagi bisa membuat senjata atom, perlu ditanggapi serius”, kata Michael Brzoska dari Institut Penelitian Perdamaian di Hamburg. Ia sendiri merasa tidak yakin bahwa Iran benar-benar ingin membuat senjata nuklir. Tapi jika Iran memutuskan untuk membuatnya, ”waktunya hanya dua atau tiga bulan lagi”.

Menlu Iran Ali Akbar Salehi di MünchenFoto: Reuters

Itu sebabnya negara-negara barat meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan berbagai sanksi, agar negara itu mau kembali ke meja perundingan. Akhir tahun lalu, sanksi ekonomi terhadap Iran diperketat. ”Sanksi-sanksi ini mulai menunjukkan dampaknya”, kata Brzoska. Iran sekarang menghadapi kesulitan ekonomi. Negara itu hanya bisa menjual sedikit minyak dan kemungkinan besar harganya lebih rendah. ”Pendapatan Iran turun dan sektor perdagangan terkena dampaknya.”

Pelonggaran Sanksi Sebagai Prasyarat

Bagi Iran, pelonggaran sanksi ekonomi adalah prasyarat untuk melakukan perundingan, demikian ditegaskan Menteri Luar Negeri Ali Akbar Salehi dalam konferensi keamanan di München. Sampai saat ini, kelompok 5+1 menolak pelonggaran sanksi. Apakah mereka sekarang siap melakukan perundingan, masih belum jelas. Sebelumnya, ke enam negara menolak berunding tentang pengayaan uranium. Namun sekarang kelihatannya ada kesediaan untuk menerima proses pengayaan uranium di Iran, jika itu dilakukan di bawah pengawasan internasional. Salah satu negara yang menolak keras fasilitas pengayaan uranium di Iran adalah Israel, dengan alasan uranium bisa dengan mudah diperkaya dan digunakan untuk senjata nuklir.

Yossi Mekelberg dari tangki pemikir Inggris Catham House menerangkan, jika Iran sudah memiliki senjata atom, maka tidak ada jalan untuk berbalilk. Itu sebabnya Israel menuntut agar sanksi terhadap Iran diperketat. ”Pimpinan Israel yakin, tawaran perundingan ini hanya taktik mengulur waktu saja. Jadi bukan sebuah sarana untuk mencapai kompromi.” Mekelberg menambahkan, Israel sudah tidak yakin bisa dicapai solusi politik. ”Pimpinan Israel ingin agar dunia percaya, bahwa jika tekanan terhadap Iran tidak ditingkatkan, Israel bisa mengambil langkah militer.”

Kesalahan Besar

”Jika Israel melakukan serangan ke instalasi nuklir, ini adalah kesalahan besar”, kata pengamat politik Pierre Goldschmidt dari Carnegie Endowment for International Peace. ”Serangan seperti itu hanya akan menjadi alasan kuat bagi Iran untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi dan memproduksi senjata atom, kalau itu memang menjadi kepentingan mereka.” Pierre Goldschmidt sampai tahun 2005 menjabat sebagai wakil Direktur Jendral IAEO, yang mengawasi program nuklir Iran. Ia menuntut pemberian "amnesti temporer” terhadap Iran. Artinya, Iran diberi waktu untuk menerangkan secara rinci program nuklirnya yang pernah terungkap tahun 2003 tanpa ancaman sanksi. ”Ini bisa membangun basis saling percaya yang dibutuhkan.”

Mengenai pemilihan presiden yang akan dilakukan bulan Juni mendatang, Goldschmidt tidak mengharapkan akan ada terobosan baru. Pengamat politik Götz Neuneck dari Institut Penelitian Perdamaian di Hamburg juga berpendapat, di bawah presiden yang baru, garis politik Iran tidak akan berubah banyak. Karena di jajaran elit politik, tidak ada sengketa tentang program nuklir. Kelompok oposisi juga setuju dengan program nuklir. ”Jadi seorang presiden baru tidak akan mengubah posisi ini secara sensasional,” kata Neudeck.

Pengamat politik Michael BrzoskaFoto: ifsh

Yang mungkin terjadi justru makin lemahnya suara yang moderat di Iran dalam beberapa bulan mendatang, demikian penilaian pengamat politik Michael Brzoska. ”Iran sekarang merasa sangat tersudut.” Ini berkaitan juga dengan perkembangan di Suriah. Rejim Assad, disamping rejim Hisbollah di Lebanon, adalah sekutu Iran yang terpenting di kawasan itu. Iran sekarang merasa dikelilingi oleh musuh, antara lain Israel dan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan dan Saudi Arabia. Jika rejim Assad jatuh, perundingan dengan Iran dapat dibayangi oleh rasa takut yang berlebihan.

Itu sebabnya, waktu untuk perundingan tidak banyak lagi. Pengamat seperti Götz Neuneck berharap, akan ada pembicaraan langsung antara Amerika Serikat dan Iran dalam waktu dekat. ”Kedua pihak sebenarnya tidak punya pilihan lain, selain berbicara satu sama lain,” katanya. Jika tidak, mungkin saja terjadi perang baru di kawasan itu.