Meski sudah 30 tahun Jerman Barat dan Timur bersatu, namun kondisinya dinilai masih tidak harmonis. Mengapa Jerman Barat dan Timur masih berbeda?
Iklan
Daerah yang dulunya bekas negara Jerman Timur sedang mengejar perekonomian Jerman bagian barat, demikian hasil laporan Pemerintah Federal Jerman mengenai topik "situasi terbaru kesatuan Jerman". Dalam laporan tersebut disebutkan juga: "Secara umum, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesetaraan kondisi di kedua tempat sudah hampir sama. Namun di sisi lain, ketika berbicara tentang pandangan dan sentimen politik, perbedaan itu nampaknya makin mendalam." Penilaian tentang reunifikasi antara Timur dan Barat memang sangat beragam. Survei terbaru memperlihatkan 57% warga di daerah bekas Jerman Timur masih merasa sebagai warga negara kelas dua, dan hampir setengahnya mengatakan mereka tidak puas dengan demokrasi.
Psikoterapis asal Jerman bagian timur bernama Hans-Joachim Maaz mengira, penduduk bekas daerah Jerman Timur memiliki pandangan seperti "menjaga jarak" dengan negara dan pemerintah. "Warga negara di timur lebih kritis terhadap kapitalisme, kritis kepada aturan, hingga kepada media... Karena itu, ada gerakan protes melawan politik yang didominasi oleh Jerman bagian barat."
Psikolog sosial yang berasal dari Jerman bagian barat, Beate Küpper mengatakan sebaliknya, Jerman memang sempat terpisahkan, "tidak ada yang mengatakan bahwa Jerman Barat dan Jerman Timur harus sama. "Masalahnya bukan pada perbedaan itu sendiri, tapi pada kesan adanya "kerugian kolektif." Ini juga tentang "Perasaan diakui, diapresiasi dan rasa menjadi bagian dari saudara satu bahasa."
Partai ekstrem kanan Jerman "AfD" sukses terutama di Timur
Perbedaan yang paling jelas terlihat pada hasil pemilihan yang diperoleh partai ekstrem kanan AfD. Dalam pemilihan regional di Jerman bagian barat, AfD memperoleh suara hanya sekitar 10%, sedangkan di Jerman bagian Timur angka itu bisa naik hingga 25% seperti di negara bagian Brandenburg, Sachsen dan Thüringen.
Di bagian timur, AfD mengambil alih peran oposisi partai kiri "SED" yang awalnya didirikan dengan tujuan agar nilai-nilai Jerman Timur tetap hidup. "Selesaikan perubahan" adalah salah satu slogan AfD, yang mengacu kepada perubahan struktur masyarakat di Jerman yang menjadi semakin majemuk, slogan ini menuai sukses di bagian timur. Menurut Maaz, adalah kesalahan yang besar untuk memberikan panggung kepada orang-orang ekstrem kanan: "Ketika kita mencemooh atau mendiskriminasi mereka, ini adalah bahan bakar mereka untuk menjadi makin kuat."
Menelusuri Jejak Tembok Berlin
9 November 1989, perbatasan Berlin Barat dan Berlin Timur dibuka. Warga Jerman Timur ramai-ramai "menyerbu" ke Barat dan merayakan "runtuhnya Tembok Berlin" di Brandenburger Tor. Tembok Berlin sekarang tinggal sejarah.
Foto: picture-alliance/W.Kumm
Brandenburger Tor
Sejak Agustus 1961 sampai November 1989, Tembok Berlin memisahkan kota menjadi dua bagian selama 28 tahun, 2 bulan, dan 27 hari. Gerbang Brandenburg lama menjadi simbol perpecahan Jerman. Dulunya, lokasi ini tidak bisa dikunjungi warga biasa. Setelah "runtuhnya" Tembok Berlin pada 9 November 1989, warga Berlin sekarang bisa pergi ke mana saja tanpa hambatan.
Foto: picture-alliance/dpa
East Side Gallery
East Side Gallery ada di tepi sungai Spree di kawasan Friedrichshain. Tahun 1990an, tembok sepanjang 1,3 kilometer ini menjadi "kanvas" para seniman dari berbagai bagian dunia yang merefleksikan Tembok Berlin. Sekarang, bagian tembok ini menjadi tujuan wisata utama di kota Berlin.
Foto: picture alliance/DUMONT Bildarchiv
Monumen Tembok Berlin
Tembok Berlin bukanlah satu dinding melainkan dua dinding paralel berjarak 100 meter. Di antara kedua dinding itu ada tanah tak bertuan yang disebut garis kematian. Segmen Tembok Berlin sepanjang 80 meter, termasuk menara penjaga, direkonstruksi dan sekarang menjadi monumen. Inilah monumen peringatan dan penghormatan kepada para korban yang tewas di Tembok Berlin.
Foto: DW/F. Wiechel-Kramüller
Jejak Tembok Berlin
Tembok Berlin sudah menghilang hampir di seluruh kota. Berlin Timur dan Barat sekarang menjadi satu. Di pusat kota, ada garis yang dibuat dari batu besar untuk menandai di mana Tembok Berlin dulu berdiri.
Foto: DW/F. Wiechel-Kramüller
Pos Pengawasan Checkpoint Charlie
Checkpoint Charlie dulunya adalah tempat penyeberangan dari Berlin Barat ke Berlin Timur yang paling terkenal. Hanya warga asing dan diplomat yang dulu diizinkan melewati pos pemeriksaan ini. Pada bulan Oktober 1961, tak lama setelah Tembok Berlin dibangun, tank-tank Soviet dan Amerika sempat berhadap-hadapan hampir saling serang.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Kastl
The Palace of Tears
Menjadi tempat perpisahan yang penuh air mata di saat ratusan orang melintasi pos perbatasan di stasiun Friedrichstrasse untuk meninggalkan Jerman Timur menuju Berlin Barat. Kini pengunjung dapat berjalan melalui bilik asli tempat paspor diperiksa.
Foto: ullstein - Mrotzkowski
Hohenschönhausen
Bekas penjara Stasi ini telah menjadi monumen peringatan bagi para korban kediktatoran komunis sejak 1994. Pengunjung diberi tahu tentang kondisi tahanan dan metode interogasi di Jerman Timur yang komunis. Mantan narapidana juga yang memimpin tur ini.
Foto: picture alliance/dpa/P. Zinken
Stasiun Teufelsberg
Usai Perang Dunia II, daerah ini digunakan untuk menyimpan puing-puing peperangan yang dikumpulkan di wilayah tertinggi Berlin Barat. Selama Perang Dingin, Badan Keamanan Nasional AS menggunakan bukit ini sebagai stasiun pendengaran. Dari sini, sinyal radio militer dari negara-negara Pakta Warsawa dapat dihadang, dipantau, dan dihentikan.
Foto: Ullstein/Getty Images
Bridge of Spies: Jembatan Glienicke
Di masa perang dingin, jembatan yang berada tepat di perbatasan ini dulunya menjadi tempat pertukaran tahanan antara Barat dan Timur. Kebanyakan tahanan adalah spion-spion yang tertangkap. Kisah jembatan ini pernah jadi latar belakang film bioskop yang disutradarai Steven Spielberg: "Bridge of Spies."
Foto: imago/Camera4
Museum spionase Jerman
Museum di Potsdamer Platz di Berlin ini membawa pengunjung masuk ke dunia spionase. Terutama dunia para spion di era Perang Dingin. Salah satu artefak yang dipajang: mobil Jerman Timur "Trabant" yang dilengkapi kamera infra merah yang tersembunyi di pintunya.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Jalur Tembok Berlin
Jalur Tembok Berlin panjangnya sekitar 160 kilometer. Menghiasi salah satu bagian jalur ini, pemerintah Jepang menyumbangkan sekitar 10.000 pohon sakura "agar membawa kedamaian di hati warga" Berlin.
Foto: DW/E. Grenier
11 foto1 | 11
Demokrasi tidak akan selesai
Politikus dari Jerman bagian barat terkadang melihat kesuksesan partai ekstrem kanan di timur Jerman dengan sentimen tertentu. Seperti yang disampaikan Ketua Partai Hijau Robert Habeck di awal tahun dalam kampanyenya.
"Kita akan mencoba segalanya agar Thüringen menjadi negara bagian yang terbuka, bebas, liberal dan demokratis," kata Robert Habeck.
Kalimat ini menyulut kemarahan penduduk negara bagian Thüringen. Isi pidato tersebut seakan menggambarkan Thüringen secara keseluruhan sebagai negara bagian yang sama sekali tidak demokratis. Sektretaris Nasional dari fraksi SPD yang berasal dari Thüringen berkomentar di Twitter, "Di penjara mana selama ini saya tinggal?" dan dalam debat pleno pemerintah Federal, wakil dari AfD Leif-Erik Holm mengatakan "Jerman bagian timur tidak butuh diajari cara berdemokrasi."
Beate Küpper mengatakan, Jerman Barat tidak secara instan menjadi demokratis pada tahun 1945, maupun Jerman timur pada tahun 1989, demokrasi harus selalu berkembang "dari titik ini, akan lebih adil bila kita melakukan demokratisasi secara bersamaan." Namun tidak dapat dimungkiri, "Jerman Timur memiliki 'PR' yang lebih banyak dari Jerman Barat, ini juga karena faktor waktu."
Maaz sebagai orang Jerman Barat mengatakan bahwa ia dapat mengerti, bagaimana terikatnya cara berpikir dan perasaan orang Jerman Timur: "Yang lain mungkin juga benar dan saya bisa salah dengan pendapat saya, itu akan menjadi dasar dari diskusi demokratis."
Uang bukanlah segalanya
Ketua Fraksi Partai Hijau Katrin Göring-Eckardt mengharapkan investasi, terutama di bidang infrastruktur sebagai jawaban dari tren naiknya kekuatan sayap kanan ekstrem. "Orang-orang yang berada di daerah tidak percaya dengan pemerintah, yang secara nyata melupakan mereka," katanya.
Beate Küpper tidak percaya, bahwa problema ini dapat diselesaikan dengan uang. Karena tidak mungkin untuk menyampingkan perasaan didiskriminasi atau pengalaman reunifikasi Jerman, yang meninggalkan luka yang dalam bagi kehidupan beberapa orang. Secara bersamaan, orang Jerman Timur tidak ingin dianggap sebagai "korban keadaan", akhirnya mereka mencoba hidup dari apa yang mereka punya dan tetap menghadapi perubahan.
Perbedaan tidak perlu menjadi masalah
Christian Hirte, Komisaris Jerman bagian Timur di Pemerintah Federal, menarik kesimpulan sebagai berikut: "Kondisi di timur Jerman dari segi ekonomi, sosial dan kemasyarakatan sudah jauh lebih baik dari yang dapat kita bayangkan 30 tahun yang lalu." Tetapi secara bersamaan, orang-orang di timur Jerman ini "lelah akan perubahan", dan perlu diingat bahwa "kita tidak dapat memaksa mereka."
Hans-Joachim Maaz menasihati Jerman Barat: "Dengarkan suara dari Jerman Timur! Jangan cemarkan nama baik mereka!" Kita harus selalu melihat kritik dari berbagai perspektif. Gerakan "protes yang berawal dari timur", sebagaimana diterjemahkan menjadi bentuk dukungan suara untuk AfD, dapat dilihat sebagai "bantuan untuk memahami lebih baik, apa yang perlu diubah."
Beate Küpper menutup dengan ucapan yang positif, bahwa perbedaan antara Timur dan Barat itu tidak buruk sama sekali: "Saya tidak tahu, kalau ini adalah suatu masalah. Yang bermasalah itu kalau kita tidak melihat ini sebagai kemajemukan. " Sisanya mari kita sambut dengan rasa keberagaman, seperti yang dapat kita akui bahwa selatan Jerman dan Utara Jerman itu berbeda. "Ini memberikan kesan bahwa Jerman kaya akan keberagaman dan tidak sama di mana-mana."
(pn/ts)
Masyarakat Indonesia di Jerman Timur
Jerman Timur mendapatkan pengakuan internasional tahun 1972. Sejak itu sejumlah negara asing menempatkan perwakilan di Berlin Timur, termasuk Indonesia. Fauzan Azima datang dari Bandung untuk bekerja disana.
Foto: Private Sammlung
Menikmati hidup di Berlin Timur
Fauzan Azima (berjas putih di tengah) bekerja sebagai staf lokal KBRI Jerman Timur. Ia mempunyai kenangan indah atas hidupnya di Jerman Timur. Biaya hidup yang rendah dan suasana kota yang aman merupakan salah satu alasannya. Foto menunjukkan perayaan tahun baru di KBRI pada tahun 1975/76.
Foto: Private Sammlung
Brandenburger Tor masih sepi
Brandenburger Tor yang sekarang merupakan salah satu atraksi turis utama di Berlin pada awal tahun 1970-an sangat sepi. Di belakangnya bisa dilihat tembok Berlin yang dibangun pada tahun 1961.
Foto: Private Sammlung
Unter den Linden
Jalan terkenal Unter den Linden di depan Brandenburger Tor juga terlihat sama sekali berbeda dengan keramaian zaman sekarang.
Foto: Private Sammlung
Perayaan HUT ke-31 RI di KBRI Jerman Timur
KBRI pada masa awal didirikan di Berlin Timur terdiri dari delapan diplomat dan sekitar 15 staf lokal. Di KBRI selalu diadakan perayaan kemerdekaan 17 Agustus dan idul fitri. Foto menunjukkan istri para pegawai kedutaan yang ikut serta upacara pengibaran bendera.
Foto: Privat
Upacara bendera di Jerman Timur
KBRI dulu berlokasi di daerah Pankow di utara Berlin Timur. Wisma duta besar juga berada di jalan yang sama. Daerah ini juga dikenal sebagai semacam kompleks kedutaan-kedutaan asing, yang mulai berdatangan setelah DDR mendapatkan pengakuan internasional tahun 1972.
Foto: Private Sammlung
Pekan olah raga 17 Agustus
Pada HUT RI berbagai perlombaan olahraga diselenggarakan untuk memeriahkan perayaan. Duta Besar saat itu membuka acara secara resmi.
Foto: Private Sammlung
Pertandingan olah raga KBRI Jerman Timur
Tidak hanya warga Indonesia di Jerman Timur, teman-teman dari Berlin Barat kerap diundang dan dijemput untuk ikut serta pada perlombaan-perlombaan olahraga di KBRI Berlin Timur.
Foto: Private Sammlung
Fauzan Azima di masa pensiun
Fauzan Azima sudah tinggal di Berlin selama 46 tahun dan mengalami berbagai fase berbeda dari ibu kota Jerman ini. Ia senang, bahwa Berlin sekarang sudah menjadi sebuah kota metropolitan dengan banyak wisatawan internasional.