Di tengah suasana festival di negara bagian Bayern, Jerman, dua orang meneriakkan seruan rasis dengan nada lagu L'amour toujours. Beberapa hari sebelumnya, viral video pemuda yang melakukan hal sama di Sylt.
Iklan
Dua petugas polisi yang sedang tidak bertugas melaporkan mendengar nyanyian bernada rasis saat menghadiri Festival Bergkirchweih di Erlangen, negara bagian Bayern, kata pihak berwenang Jerman.
Menurut pernyataan polisi, kedua petugas tersebut melihat dua pria, berusia 21 dan 26 tahun, berteriak, "Orang asing keluar!" saat lagu populer berjudul L'amour toujours" diputar di salah satu tempat festival pada Jumat malam.
Para petugas segera memperingatkan petugas keamanan di festival tersebut. Kedua orang itu akhirnya "diusir dari pub" dan dilarang menghadiri festival, menurut pernyataan polisi. Badan keamanan dalam negeri Jerman telah meluncurkan penyelidikan.
Iklan
Jerman masih terguncang oleh video rasis di Sylt
Insiden terbaru ini terjadi hanya beberapa hari setelah video viral yang menunjukkan beberapa anak muda meneriakkan slogan yang sama dengan nada yang sama di sebuah restoran mahal di Pulau Sylt yang dikenal sebagai tempat berlibur dan resor di Jerman utara.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Setidaknya salah satu pemuda dalam video Sylt membuat gestur salam ala Hitler dengan jari di bibir atasnya meniru kumis Hitler.
Video tersebut menyebabkan kegemparan di seluruh Jerman. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan para petinggi politik lainnya mengutuk insiden Sylt. Scholz mengecam nyanyian tersebut sebagai hal yang "menjijikkan" dan "tidak dapat diterima".
Pakar ekstremisme Pia Lamberty mengatakan, video Sylt menunjukkan adanya normalisasi konten ekstremis sayap kanan di masyarakat Jerman.
"Norma-norma sosial dilanggar begitu saja tanpa ada kontradiksi apa pun,” kata Lamberty, salah satu pemimpin di Centre for Monitoring, Analysis and Strategy (CeMAS), yang menyelidiki teori radikalisasi dan konspirasi di dunia maya.
Video tersebut menunjukkan bahwa "orang dapat mengungkapkan slogan-slogan ekstrem di depan umum tanpa rasa takut," ujarnya seperti dikutip oleh kantor berita Jerman, dpa.
"Ekstremisme sayap kanan bukan hanya masalah yang Anda lihat di Jerman bagian timur atau di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, tapi juga di kalangan mereka yang memiliki status sosial lebih tinggi," kata Lamberty.
Melawan Rasisme Lewat Kartun
Dari Turki, Iran hingga Belgia, kartunis dari seluruh dunia menjadikan karyanya sebagai sikap menentang diskriminasi ras.
Foto: -
Dunia penuh warna bagi semua
Dalam dunia penuh warna, beberapa orang selalu kalah. Ini yang digambarkan oleh kartunis Korea Selatan Young Sik Oh. Manusia belum berhasil memberantas rasisme yang merajalela. Diskriminasi tak hanya bagi orang berkulit gelap saja, namun kaum homoseksual, wanita atau pemeluk agama lain mengalaminya, tergantung lingkungan Anda di dunia.
Kamu bisa menggunakan lebih banyak warna
Kartun karya German Peer Wedderwille menampilkan dua burung hitam bertengger di dahan pohon, di atas lanskap hitam-putih yang suram. Sambil mengamati burung warna-warni di dahan seberangnya, burung hitam mengatakan pada burung pendatang dari visualnya saja sudah tidak sesuai.
Foto: -
Komponis rasis
“Ebony dan Ivory hidup bersama dalam harmoni yang sempurna, berdampingan di tuts pianoku, Ya Tuhan, kenapa kita tidak?” menirukan mantan personel The Beatle Paul McCartney dalam lagu terkenal “Ebony dan Ivory.” Kim Duchateau asal Belgia tentunya menanyakan hal yang sama pada dirinya saat menggambar kartun ini. Seorang pianis harus tahu, tanpa harmoni tuts hitam dan putih, hanya ada hiruk pikuk.
Ironi lagu kebangsaan Eropa
Lagu “Ode to Joy” dikenal di seluruh dunia: ditulis oleh penyair Friedrich Shciller, 1785, lalu Ludwig van Beethoven membuatnya jadi musik simfoni ke-9-nya. Telah jadi lagu resmi Uni Eropa sejak 1985. Kartun buronan yang terjebak dalam bar lagu menyerupai kawat berduri, kontras dengan kalimat “semua orang akan menjadi saudara,” menggambarkan perlakuan pengungsi di perbatasan Eropa.
Penyambutan bersyarat
Banyak alasan orang meninggalkan negaranya: perang, penindasan dan kemiskinan. Namun, pengungsi ini jarang diterima di negara lain. Mereka berusaha menuju “tanah yang menjanjikan” secara ilegal, berjalan kaki atau menggunakan perahu karet. Kartun Jan Tomaschoff menggambarkan negara yang katanya terbuka menerima pengungsi tetapi memilih-milih siapa yang layak datang.
Fasad sipil
Masyarakat demokratis dilarang bertindak rasis atau diskriminatif dalam konstitusi. Namun, beberapa orang yang terlihat “terhormat” menyembunyikan ide-ide sayap kanan di balik fasad manusia biasa, tergambar dalam kartun Bern Phlenz. Terlihat dalam kepala seorang peria berjas, ada pria lebih kecil dengan gaya skinhead, memegang tongkat bisbol, mengintip, seolah-olah matanya adalah lubang intip.
Foto: -
Kelompok rahasia yang rasis
Kartun karya Saaed Sadeghi, Iran, tampikan jejeran pensil, namun ada satu yang bertudung putih runcing lengkap dengan mata: merupakan pakaian Ku Klux Klan. Kelompok rahasia ini tidak terima kenyataan bahwa sistem perbudakan dihapuskan di AS setelah Perang Saudara Amerika (1861-1865). Anggotanya secara terencana memburu orang kulit hitam, yahudi, komunis dan homoseksual.
Penghormatan untuk Rosa Parks
Seniman AS Loren Fishman hormati ikon kulit hitam Amerika, Rosa Parks, dalam melawan segregasi ras. Dia ditangkap karena menolak menyerahkan kursinya di bus untuk penumpang kulit putih. Hampir 70 tahun, rasisme jadi isu utama di AS. Kartun ini, seorang perempuan kulit hitam berdiri di depan mesin cuci dengan pilihan mencuci warna dan putih, serta berpikir: “Persetan dengan ini…”
Hidup ini penuh warna
Keberagaman membuat hidup penuh warna. Kartunis Guido Kühn mengilustrasikan ini dalam “Gadis dengan Anting Mutiara” dari lukisan terkenal Johannes Vermeer. Di gambar ini, kecantikan “Mona Lisa dari Utara” terlihat dengan tiga perempuan lainnya tersenyum dengan warna kulit yang berbeda. Tulisan di bawahnya menjelaskan semuanya.
Foto: -
Pelukan yang utopis
Kartunis Turki, Burak Eergin, serukan toleransi yang lebih besar di masyarakat. Sementara rekaman polisi memukuli demonstran sering jadi berita utama. Dalam kartun ini, petugas polisi dan demonstran membawa bunga dan saling berpelukan. Namun, kenyataannya berbeda, kartun ini hanya keinginan utopis untuk keharmonisan.
Warna di dunia
Di Brasil, negara asal kartunis Freelah, ada istilah “warna etno”, begitu sebutnya. Orang dari berbagai negara telah menikah dengan penduduk asli di sini, dan orang Brasil dengan berbagai warna kulit merupakan kekayaan budaya negara itu. Namun rasisme terhadap orang kulit hitam atau gelap menjadi kebiasaan di sini.
Yin dan Yang
Rasisme mungkin tidak akan jadi masalah jika masyarakat menghayati prinsip Cina, yin dan yang: dua kekuatan berlawanan yang saling tarik menarik, namun tak ada yang lebih unggul satu sama lain. Mereka seimbang dan tidak terpisahkan sebagai dua bagian dari satu kesatuan, bersatu dalam harmoni. Kartunis Kuba, Miguel Moraloes dengan jelas menyerukan “katakan tidak pada rasisme.” (mh/hp)
12 foto1 | 12
L'amour toujours dilarang diputar di Festivel Erlangen
Menyusul laporan dari festival di Bayern, Wali Kota Erlangen Florian Janik dan penyelenggara acara mengecam nyanyian yang dilaporkan selama festival Bergkirchweih.
Para manajer di kota tempat tempat pembuatan bir ini pun menjaga jarak dari slogan-slogan yang dilaporkan, dan menambahkan bahwa para ekstremis "tidak punya ruang untuk menyebarkan pandangan mereka."
"Pub dan restoran kami terbuka bagi semua tamu "yang berkomitmen terhadap tatanan dasar yang bebas dan demokratis di negara kita dan yang ingin makan, minum, dan merayakan (festival) dengan riang dan damai,” kata mereka.
Penyelenggara festival dilaporkan juga memutuskan untuk berhenti memutar lagu L'amour toujours. Lagu karya DJ Italia Gigi D'Agostino pertama kali muncul pada tahun 1999, dengan judul berbahasa Prancis yang diterjemahkan secara harafiah menjadi Cinta Selamanya dan lirik berbahasa Inggrisnya bercerita tentang romansa.