Temuan di Antartika Perkuat Dugaan Kehidupan di Antariksa
25 April 2015Delapan ratus meter di bawah lapisan tebal es Antarika, ilmuwan menemukan habitat alami mikroba yang hidup dalam kegelapan total dan mengkonsumsi bebatuan untuk hidup.
Danau Whillians belum pernah bersentuhan dengan dunia luar selama ribuan tahun. Tersembunyi di balik lapisan tebal es seluas 13 juta kilometer persegi, danau ini menyimpan segudang rahasia yang ingin diungkap ilmuwan.
Hingga akhirnya mereka mengebor lapisan es untuk mengambil sampel air danau tahun 2013 silam. Hasilnya, ilmuwan menemukan "komunitas mikroba yang beragam dan sebagian menambang minyak untuk menyerap energi."
Jenis Kehidupan di Lingkungan Ekstrim
Jenis kehidupan yang mampu bertahan di habitat esktrim seperti yang terdapat di danau Whillians diyakini juga bisa ditemukan di planet lain di jagad raya. Terlebih ilmuwan juga menemukan jenis mikroba yang menggunakan Karbondioksida sebagai sumber senyawa karbon yang penting bagi kehidupan.
"Mengingat fakta bahwa terdapat 400 danau di bawah gletser dan sungai yang diyakini eksis di bawah lapisan es, maka ekosistem semacam ini bisa jadi tersebar di mana-mana," tulis lembaga penelitian Amerika Serikat, National Science Foundation (NSF).
Dalam temuannya, ilmuwan mencatat lebih dari 87 persen organisme yang ditemukan masih berhubungan dengan bakteri dan 3,6 persen berupa organisme bersel tunggal yang dinamakan Archaea.
Kehidupan Serupa di Mars?
Photo Ark: Dokumentasi Biodiversitas Sebelum Musnah
Perubahan iklim pacu laju pemusnahan biodiversitas. Fotografer Joel Sartore susun Photo Ark, sebuah dokumentasi 6.200 spesies terancam atau langka, sebelum hewan ini musnah dari muka Bumi.
Katak Pohon Terakhir
Toughie adalah sejenis spesies katak pohon terakhir yang sempat dipotret oleh Joel Sartore sebelum dinyatakan musnah beberapa hari silam. Contoh spesies terakhir ini sebelumnya dikoleksi di Atlanta Botanical Garden. Untuk proyek Photo Ark, fotografer National Geographic itu memotret lebih 6.200 spesies hewan terancam musnah dalam kurun waktu 11 tahun.
Amfibi Indikator Lingkungan
Katak harlequin atau badut ini adalah spesies khas yang ada di pegunungan Panama dan terancam musnah. Amphibi terutama katak dan kodok, jadi fokus perhatian fotografer Joel Sartore, karena hewan ini bisa dijadikan indikator perubahan lingkungan. Amfibi menuntut suhu, kelembaban, curah hujan yang tepat untuk berkembang biak. Pemanasan global terbukti jadi ancaman serius bagi eksistensi hewan ini.
Primata Bersaing Habitat
Primata di muka Bumi bersaing ketat berebut habitat untuk hidup. Simpanse akan jadi spesies yang kalah dalam perebutan ekosistem dengan manusia. Pembalakan hutan besar-besaran dan perburuan ilegal, akan memusnahkan spesies kera besar ini. Penangkaran di kebun binatang, hanya menyisakan jenis hewan yang tergantung pada manusia.
Berpacu Dengan Waktu
Proyek Photo Ark harus berpacu dengan waktu. Dalam 15 tahun ke depan, lebih 6.000 spesies harus didokumentasikan sebelum hewan ini musnah. Fotografer National Geogrphic ini sudah mengunjungi 200 kebun binatang di seluruh dunia untuk proyeknya.Sartore harus berpacu dengan waktu, mengingat usianya saat ini dan laju pemusnahan biodiversitas yang makin cepat.
Proyek Fotografi Sulit
Pemotretan spesies butuh keahlian dan kesabaran. Perlu waktu riset, kerjasama dengan kebun binatang, pemilihan hewan terancam atau langka dan menyiapkan peralatannya. Untuk pemotretan beberapa menit, sering diperlukan persiapan berbulan-bulan. Foto: Joel Sartore, National Geographic Magazine, Photo Ark (as/ml)
Pentingnya Air Bagi Kehidupan
Hingga kini, lebih dari 750 juta manusia masih belum memiliki akses ke air bersih. Padahal air bersih sangatlah penting untuk kelangsungan hidup seseorang.
Air Banyak Tapi Air Minum Kurang
Mahluk hidup tergantung pada air. Tapi meskipun 70% bumi ditutupi air, itu bukan berarti jumlah yang bisa diminum selalu berlimpah ruah. Dari 1,4 milyar kubik meter air di bumi, hanya sekitar seperempatnya yabf bisa diminum. Dan dari seluruh persediaan air minum, hanya 0,3 persen bisa diperoleh dengan mudah dari air dan danau.
Manusia Bertambah, Keperluan Air Bertambah
Sejak 1950 keperluan air minum di seluruh dunia bertambah sekitar 40%. Karena jumlah manusia terus bertambah, jumlah keperluan akan bertambah juga. Karena sering digunakan dan tercemar polusi, persediaan air dunia semakin berkurang. Terutama negara-negara di selatan khatulistiwa menderita kekurangan air.
Tidak Ada Air Walaupun Ada Hutan Rimba
Di negara-negara seperti Brasil air juga kurang. Padahal di Brasil mengalir sungai Amazon dan jadi sumber air tawar terbesar di dunia. Pembalakan liar yang terus terjadi di hutan rimba Amazon mengubah situasi iklim di bagian selatan benua Amerika. Akibatnya di bagian lain kawasan itu hujan semakin jarang turun.
Kekeringan Paling Parah
Tahun 2015, hujan yang tidak kunjung turun di Brasil menyebabkan kekeringan paling parah dalam 80 tahun terakhir. Sepanjang musim panas hampir tidak turun hujan sama sekali. Sumur-sumur kering, di kota São Paulo aliran air bahkan kadang dimatikan. Sementara pemilik perkebunan besar tetap mendapat air.
Bahan Pangan Yang Perlu Banyak Air
Di Eropa, tanaman pangan yang perlu banyak air jadi masalah. Terutama Spanyol hadapi masalah besar, karena sekitar 30.000 hektar kawasannya jadi ladang buah dan sayuran untuk dijual ke seluruh Eropa. Karena perlu air, kadang orang mencuri air dari sumur. Akibatnya sumur kering atau kadar garamnya meningkat. Sementara ongkos pembersihan sumber air tanah sangat tinggi dan perlu subsidi.
Sekilo Daging Perlu 15.400 Liter Air
Produksi daging sapi perlu lebih banyak air lagi. Untuk sekilo daging diperlukan 15.400 liter. Semakin tingginya standar hidup di negara seperti Cina diperkirakan keperluan daging akan meningkat. Dengan demikian, kebutuhan air juga akan meningkat dalam tahun-tahun mendatang.
Jalan Air Melewati Separuh Cina
Cina juga bermasalah dengan air. Di sejumlah provinsi Cina Utara, tiap orang mendapat lebih sedikir air minum daripada di kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu pemerintah berupaya mengalirkan air dari bagian Selatan dengan kanal-kanal raksasa. Di samping itu sekitar 80% persediaan air tanah tercemar.
Perubahan Iklim Pertajam Masalah Air
Menurut perkiraan, akibat perubahan iklim jumlah orang yang menderita kekurangan air akan bertambah sekitar 40%, dibanding jika perubahan iklim tidak terjadi. Demikian hasil perhitungan Institut Penelitian Iklim di Potsdam (PIK). Terutama di Cina Selatan, di bagian selatan Amerika Serikat, Timur Tengah dan kawasan Laut Tengah, kekurangan air akan sangat terasa.
Adapun 800 jenis organisme yang lain belum bisa diklasifikasikan hingga kini. "Temuan ini mengkonfirmasikan spekulasi selama beberapa dekade mengenai kehidupan di lingkungan esktrim seperti ini," tulis NSF dalam pernyataannya.
Dampak Perubahan Iklim Sudah Landa Dunia
Efek perubahan iklim sudah terasa. Pakar iklim peringatkan, jika kenaikan suhu global lebihi rata-rata 2 derajat Celsius, dampaknya akan fatal. Inilah beberapa bukti bencana yang sudah melanda akibat perubahan iklim:
Kabut Asap Cekik Asia Tenggara
Kebakaran hutan di Indonesia yang dipicu fenomena iklim El Nino, durasinya bertambah panjang dari biasanya. Akibatnya negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand dicekik kabut asap berbulan-bulan. Kuala Lumpur disergap asbut berminggu-minggu (foto). Beberapa kali pemerintah negara jiran terpaksa meliburkan sekolah dan Kantor pemerintahan, akibat kadar cemaran lebihi ambang batas aman.
Masalah Kesehatan Dipicu Kabut Asap
Kalimantan dan Sumatra sudah langganan disergap kabut asap akibat kebakaran hutan. Tapi serangan kabut asap tahun ini jauh lebih hebat dan panjang dibanding tahun tahun sebelumnya. NASA melaporkan penyebabnya: fenomena iklim El Nino yang Alami perubahan pola. Akibatnya lebih 500.000 warga menderita infeksi saluran pernafasan akibat kabut asap.
Smog di Cina Berkategori Berbahaya
Kadar Smog di Cina telah lewati ambang batas aman yang ditetapkan WHO. Ibukota Beijing dan sejumlah kota besar lainnya menderita tercekik Smog yang terutama berasal dari pambakaran batubara secara intensif. Ekonomi Cina sangat tergantung dari pembangkit listrik batubara. Dampaknya adalah masalah kesehatan bagi jutaan warga
Neraka Kebakaran Hutan
Amerika juga tak luput dilanda dampak perubahan iklim. Kebakaran hutan di California September 2015 melalap kawasan ribuan Hektar. Lebih 10.500 pemadam kebakaran dikerahkan. Tapi tetap saja api melumat 1400 rumah milik warga. Api menyala sendiri akibat kemarau panjang dan kekeringan hutan yang dipicu fenomena iklim El Nino.
Masalah Sosial Dipicu Kemarau Panjang
Kemarau panjang dan kekeringan dipicu perubahan iklim, timbulkan masalah sosial berat di negara berkembang. Terutama anak perempuan yang jadi korban. Organisasi bantuan "Kindernothilfe" mencatat, kasus perkawinan dini meningkat. Pasalnya orang tua tak mampu lagi memberi makan keluarganya. Menikahkan dini anak perempuan berarti satu beban berkurang dan dari uang mahar anak lain bisa diberi makan.
Banjir Makin Kerap Datang
Di belahan bumi lainnya terjadi fenomena kebalikan. Curah hujan makin tinggi dan badai makin sering melanda. Banjir yang tak kenal musim memaksa jutaan orang bermigrasi. Angka kemiskinan hingga 2030 diramalkan meningkat drastis. Bencana lingkungan di kawasan Afrika dan Asia Selatan memicu gagal panen, kelaparan dan wabah penyakit.
Angin Topan Membuat Sengsara
Ini bukan pemandangan mistis, melainkan citra udara dari atas pulau Luzon di Filipina yang tergenang banjir setelah dilanda angin topan. Ratusan tewas akibat tanah longsor dan banjir. 50.000 warga jadi tuna wisma dan terpaksa mengungsi. Filipina dilanda 20 topan hebat setiap tahunnya.
Eropa Juga Terimbas
Pemanasan global dan perubahan iklim juga berdampak di Eropa. Sungai Rhein yang melintasi beberapa negara dan penting sebagai urat nadi lalu lintas air, kini nyaris kering akibat tak turun hujan selama berbulan-bulan. Dampak ekonominya, transportasi barang kini mengandalkan moda darat yang jauh lebih mahal.
Terumbu Karang Mati massal
Kematian massal terumbu karang juga melanda kawasan luas di bawah laut. Terumbu karang ini berwarna pucat, sebuah indikasi koloni binatang ini nyaris mati. Koral Yang sehat berwarna indah cemerlang. Pemicu kematian massal terumbu karang adalah makin hangatnya suhu air laut, yang memicu stress dan pertumbuhan ganggang beracun.
Beruang Kutub Terancam Punah
Beruang kutub menjadi simbol bagi perubahan iklim. Akibat lumernya lapisan es abadi di kutub utara, binatang ini kehilangan habitat alaminya. Tidak ada lapisan es, berarti beruang kutub tidak bisa berburu mangsanya dan akan mati kelaparan. Ramalan pesimistis menyebutkan: hingga 2050 populasi beruang kutub akan menyusut hingga tinggal 30 persen dari populasi saat ini.
Dalam komentar yang juga dipublikasikan oleh jurnal Nature, Martyn Tranter dari University of Bristol mengatakan hasil temuan para ilmuwan juga membuktikan bahwa gletser dan lapisan es bukan lingkungan yang steril.
"Temuan para penulis juga semakin memperkuat dugaan tentang apakah mikroba dapat pula mengkonsumsi batuan di bawah lapisan es di benda langit seperti Mars."
Hidup dalam Kondisi Ekstrem
Panas menyengat, dingin menusuk, kurangnya makanan, tekanan besar? Semua tidak masalah! Banyak hewan berhasil menyesuaikan diri dengan situasi hidup yang sangat tidak ramah.
Tinggal di Gurun? Tak Masalah!
Kehidupan berkembang di mana-mana, juga di daerah yang tidak mendukung hidup. Misalnya di padang pasir. Banyak binatang, misalnya unta, berhasil menyesuaikan diri dengan suhu tinggi, dan air yang hanya sedikit.
Di Bawah Tanah Lebih Sejuk
Banyak hewan beristirahat dalam lubang sejuk di bawah tanah, menghindar suhu tinggi di permukaan. Itu misalnya dilakukan tikus jenis Jaculus yang hidup di padang pasir. Mereka aktif di malam hari, cairan didapat hanya dari makanan yang diasupnya.
Kumpulkan Air Seadanya
Jenis kadal "Thorny Dragon" (Molloch Horridus) secara efektif menggunakan hujan yang jarang turun di daerah gurun Australia. Air dikumpulkannya di lekukan-lekukan kulit. Struktur itu memudahkan penyaluran air langsung ke mulutnya. Itu juga berfungsi dengan tetesan air dari embun.
Senang Air Panas
Di sumber air panas dan geyser juga ada kehidupan. Banyak bakteri punya protein anti panas dan senang dengan suhu 70° atau lebih, yang ada di sana. Misalnya di sumber air panas di Yellowstone Nationalpark, di AS.
Suhu Sangat Rendah? Tidak Apa-Apa!
Kehidupan tidak hanya ada di daerah bersuhu tinggi di planet ini, melainkan juga di daerah dingin. Beruang es berburu anjing laut di es yang tidak pernah lumer di Arktik. Di musim dingin, suhu sampai sekitar -40°C. Tapi kulit berbulu yang tebal dan lapisan lemak menjaga tubuh beruang tetap hangat.
Mengeram dengan Kaki Hangat
Di Kutub Selatan hidup pinguin. Jika tiba saatnya mengeram, pinguin jantan membawa telur dengan kakinya, yang hangat karena banyak dialiri darah. Selain itu, ayah pinguin juga menghangatkan telur dari atas dengan lipatan di perutnya.
Darah Putih Membantu Jika Dingin
Ikan es Antartika atau ikan darah putih tidak punya darah merah. Jadi darah mereka lebih cair dan encer, sehingga tidak butuh banyak energi untuk memompanya ke seluruh bagian tubuh. Peneliti dari Institut Alfred Wegener menemukan ikan-ikan ini di bawah es di Antartika.
Ruang Hidup Es
Beberapa jenis Diatom yang hidup di es, di ruang sangat kecil, yang sering hanya setipis rambut dan terisi air sangat asin. Agar tidak terjepit, Diatom melepaskan protein, yang mencegah air untuk tidak membeku.
Tekanan Sangat Besar. Mengapa Tidak?
Di laut, di kedalaman beberapa ribu meter tekanan sangat besar. Di samping itu, tidak ada cahaya dan dingin. Tetapi ikan yang disebut Viperfish (Chauliodus) bisa menyesuaikan diri. Giginya yang kuat menjamin makanan yang digigit tidak akan lepas, di daerah yang minim pangan itu.
Cahaya di Kegelapan
Ikan sungut ganda (lophiiformes) yang betina berenang tanpa bergerak di air, dan menarik makanannya dengan sungut yang bersinar. Sementara yang jantan tumbuh di tubuh ikan betina secara permanen. Jadi ikan jenis ini tidak perlu mencari pasangan di laut luas yang gelap.
Radioaktivitas. Memangnya kenapa?
Beberapa jenis bakteri sudah belajar menahan radiasi radio aktif yang merugikan. Beberapa jenis jamur, seperti Cryptococcus Neoformans, bahkan mengubah radiasi menjadi energi yang kemudian digunakannya. Jadi mereka tumbuh subur di dinding pembangkit tenaga nuklir.
Hidup di Mana Bisa
Waterbear (Tardigrade) besarnya kurang dari satu milimeter, tapi mereka kemungkinan binatang yang paling mampu selamat. Mereka hidup di daratan dan di dalam air. Panas dan dingin, kekurangan O2, kekeringan, bahkan situasi vakum bisa diatasinya dengan mudah.
Hidup di Mana Bisa, bagian 2
Manusia juga mahluk hidup yang sangat bisa menyesuaikan diri. Manusia bisa tinggal di Arktik, di gurun, dan sekarang bahkan di luar angkasa
rzn/hp (afp,rtr)