Tentara AS Dipuji, AS Dianggap Belum Lakukan Apa-apa
20 Maret 201310 tahun setelah invasi ke Irak, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan penghormatan kepada mereka yang terlibat dalam misi ini. “Kami mengagumi keberanian dan tekad yang dimiliki oleh lebih dari 1,5 juta anggota militer dan sipil yang telah terlibat dalam salah satu peristiwa paling luar biasa dalam tugas militer,” dikatakan Obama di Washington, Selasa (19/03/13). Pada kesempatan tersebut, Obama juga menyampaikan kata-kata untuk mengenang hampir 4.500 tentara AS yang tewas di Irak. Namun tidak sepatah kata pun keluar dari pernyataan Obama mengenai lebih dari 100.000 warga sipil Irak yang tewas.
Rabu (20/03/13), 10 tahun peringatan aksi militer AS yang kontroversial. Tanpa mendapat mandat dari PBB, George W. Bush, yang kala itu menjabat presiden AS, memerintahkan penyerangan terhadap Irak. Hanya dalam waktu beberapa minggu, aksi militer AS berhasil menggulingkan penguasa Irak Saddam Hussein.
Alasan Invasi: Senjata Pemusnah Massal dan al Qaida
Pemerintah Bush membenarkan invasi AS dengan mengemukakan alasan, Irak memiliki senjata pemusnah massal dan Saddam Hussein dituduh memiliki hubungan dengan jaringan teroris al Qaida. Kedua hal tersebut tidak terbukti. Dan setelah invasi AS, Irak terjerumus dalam kekacauan dan aksi kekerasan. Pada akhir tahun 2011, pasukan Amerika Serikat meninggalkan negara ini.
Dalam pernyataan untuk memperingati invasi ke Irak, Presiden Obama tidak membahas keputusan invasi yang diambil George Bush 10 tahun lalu. Namun Obama menekankan, bahwa pasukan AS meninggalkan Irak dengan “kepala tegak“. Pada saat yang sama, ia mengingatkan bahwa lebih dari 30.000 tentara yang terluka harus menerima pengobatan dan dukungan keuangan.
Nada Kritis dari Mantan Menlu Powell
Sehubungan dengan Perang Irak, mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengakui kesalahan yang telah dilakukan Amerika Serikat. “Seharusnya kita memikirkan invasi sampai akhir, dan mencermati konsekuensinya,“ dikatakan Powell kepada harian Jerman Frankfurter Rundschau. Pada saat menjabat menteri luar negeri, dalam pidato di PBB, Colin Powell mendesak dunia untuk memerangi Irak yang dituduh AS memproduksi senjata pemusnah massal.
“Rakyat Irak telah berharap bahwa kami akan menstabilkan situasi. Namun kami belum melakukannya sedikitpun,“ diakui Powell. “Kami hanya diam terpaku melihat bagaimana kerusuhan pecah, dan secara perlahan tapi pasti menjadi di luar kendali.“ Sebelum serangan ke Irak, George W. Bush telah menyetujui satu rencana untuk menstabilkan negara itu. Namun Departemen Pertahanan Amerika Serikat tidak melaksanakannya, dikatakan Powell.
yf/vlz (dpa/rtr/afp)