1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tentara Jerman Sasaran Serangan Taliban

9 Oktober 2007

Setiap serangan Taliban yang membunuh atau melukai tentara Jerman, ditambah lambannya pembangunan sektor sipil di Afghanistan, semakin menyulitkan pemerintah Jerman, memberikan argumen yang dapat dipercaya untuk melanjutkan misidi negara tsb.

Pasukan Jerman tergabung dalam misi ISAF di bawah NATO
Pasukan Jerman tergabung dalam misi ISAF di bawah NATOFoto: AP

Serangan bom bunuh diri terbaru terhadap konvoi serdadu Jerman di Afghanistan dikomentari dengan tajam sejumlah harian Jerman. Harian Berliner Morgenpost yang terbit di Berlin dalam tajuknya berkomentar : Dengan alasan keamanan, semakin sedikit serdadu Jerman yang meninggalkan tangsinya untuk berpatroli. Selain itu, pembangunan tentara dan polisi Afghanistan yang dapat diandalkan juga tidak mengalami kemajuan. Kepercayaan warga terhadap serdadu pelindung dari barat juga terus merosot. Tuntutan organisasi bantuan internasional, untuk mengubah strategi dan mengurangi kekuatan militer, amat jauh dari kenyataan di Afghanistan. Sebaliknya, sekarang diperlukan kerjasama lebih erat sipil dan militer.

Harian Thüringer Allgemeine yang terbit di Erfurt berkomentar : Di Afghanistan semua mengetahui jadwal kerja parlemen Jerman. Karena itulah Taliban terus berusaha meningkatkan aksi kekerasan terhadap serdadu Jerman. Tujuannya untuk memeras anggota parlemen di Jerman. Jika di Berlin dilaksanakan voting untuk penugasan militer di Afghanistan, dapat dibaca terjadinya kalkulasi

berdarah dingin, karena setiap ledakan granat di Kundus akan memperoleh perhatian dua kali lipat. Misi tentara Jerman akan berlanjut, tapi juga diperlukan lebih banyak bantuan sipil, untuk memberantas lahan subur bagi tumbuhnya radikalisme.

Harian Westfalen Blatt yang terbit di Bielefeld juga menulis komentar senada. Dalam tajuknya harian ini menulis : Bukan sebuah kebetulan, jika Taliban meningkatkan serangannya terhadap serdadu Jerman. Karena Jumat mendatang parlemen di Berlin akan melakukan voting bagi perpanjangan mandat misi di Afghanistan. Dengan aksinya, Taliban yang beroperasi jauh di kawasan Hindukush, mengharapkan dapat mempengaruhi keputusan sejumlah anggota parlemen di Berlin. Hal itu tidak akan berhasil. Walaupun diketahui, serdadu Jerman dalam tugasnya semakin terancam bahaya maut dan kinerja di Afghanistan amat mengecewakan.

Terakhir harian Rheinische Post yang terbit di Düsseldorf dalam tajuknya menulis : Misi militer di Afghanistan sudah berlangsung enam tahun. Tapi kelompok radikal Taliban kini malahan dapat bangkit lagi. Setiap hari dilancarkan serangan, dimana juga serdadu Jerman menjadi korban tewas. Situasi keamanan yang tidak memuaskan, tentu saja semakin memicu sengketa mengenai perpanjangan mandat misi di Afghanistan, yang akan diputuskan parlemen Jerman dalam beberapa hari mendatang. Harus dijawab pertanyaan, apakah risiko penugasan tentara Jerman jauh lebih besar, ketimbang jika dilakukan penarikan pasukan. Sebab tugas pembangunan kembali sebuah negara, memerlukan mandat sangat panjang.