Tentara Korea Utara nekat membelot dengan melintasi perbatasan yang dijaga ketat. PBB menuding upaya tentara Korut menangkap rekannya tersebut bisa jadi telah melanggar kesepakatan Perang Korea di antara kedua negara.
Iklan
Pukul 3:11 petang. Cuaca kelabu dan dingin. Sebuah jip melaju kencang ke arah salah satu zona perbatasan dengan penjagaan terketat di dunia. Seorang diri, pengemudi tersebut berupaya menjemput kebebasannya, di seberang desa Panmunjom.
Jalur yang dilalui tentara Korut yang mencoba membelot itu adalah ”Bridge of No Return”, yang dulu digunakan sebagai tempat pertukaran tahanan selama Perang Korea. Para serdadu yang berjaga tampak terkejut ketika rekan mereka tanpa diduga mencuri kesempatan meninggalkan Korea Utara. Jip berhenti di dekat monumen pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, lokasi yang kerap digunakan bagi turis, dan tepat berada di perbatasan dengan Korea Selatan.
Dalam video yang berdurasi 4 menit tersebut, terlihat bagaimana empat orang tentara menembaki desertir tersebut dengan menggunakan pistol dan AK-47. Dua orang tentara Korea Selatan merangkak demi menyelamatkan desertir tersebut.
Video Aksi Nekat Pembelotan Tentara Korut ke Korsel
00:59
Tentara Korut langgar aturan
Anehnya, tidak ada kontak senjata antara Tentara Korea Utara dan Korea Selatan, saat insiden tersebut terjadi. Peluru hanya bergerak ke satu arah. Menyasar tentara yang membelot.
Video yang dirilis oleh Pusat Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) tersebut menjadi bukti bahwa ada kemungkinan tentara Korea Utara telah melanggar aturan yang disepakati saat Perang Korea 1953. Aturan ini mengatur garis batas militer kedua negara Korea ini.
Juru Bicara Pusat Komando PBB Kolonel Chad Carroll menyatakan video itu memperlihatkan Prajurit Korut sempat melewati garis batas militer dua negara tersebut untuk menangkap desertir. Meskipun, dalam beberapa detik tentara itu kembali ke sisi Utara.
"UNC sudah meminta untuk bertemu (Korea Utara) untuk berdiskusi dan memeriksa agar ada langkah supaya peristiwa ini tidak terulang," ucap Carroll seperti dikutip dari AFP
Tak Ada Jalan Keluar dari Korea Utara
Korea Utara dianggap penjara terbesar di dunia. Perkembangan terakhir di negara komunis itu berikan indikasi bahwa rezim semakin resah, dan tak ingin biarkan rakyatnya, serta fakta-fakta mengenai negaranya keluar.
Foto: Tourism DPRK
Tidak Ada "Sahabat" untuk Selamanya
Walaupun Cina dan Korut sudah lama punya hubungan diplomatik erat di masa lalu, hubungan baik memburuk dalam beberapa tahun tarkhir. Pemeriksaan di perbatasan antar kedua negara di provinsi Jilin, Cina dulu tidak seketat sekarang. Selain menyerahkan paspor, orang harus menyerahkan semua alat elektronik dan koper untuk pemeriksaan yang berlangsung sangat lama.
Foto: Daily NK
Jembatan di Atas Air Tak Tenang
Walaupun ada restriksi ketat, hubungan tanpa halangan dengan Cina vital bagi Korea Utara. Jembatan baru di atas sungai Yalu, yang memisahkan kedua negara jadi jembatan yang menggantikan jembatan persahabatan Korea-Cina. Di atas jembatan itu 70% hubungan dagang bilateral terlaksana. Konstruksi jembatan di bagian Korea Utara terhenti karena masalah keuangan, walaupun ada penanaman modal swasta Cina.
Foto: Daily NK
Mentap Lewat Pagar
Provinsi Hamgyong Utara, yang berbatasan dengan Rusia dan Cina, dihantam banjir badang tahun lalu. Itu menyebabkan hanyutnya pagar kawat berduri yang mencegah warga Korea Utara lari dari negaranya atau menyelundupkan barang. Dalam waktu singkat, pagar baru didirikan dan penjaga perbatasan dikerahkan. Mereka mendapat perintah menembak di tempat, siapapun yang berusaha melintas.
Foto: Daily NK
Tanah Air Tercinta
Jumlah warga Korea Utara yang melarikan diri sudah berkurang selama beberapa tahun terakhir. Tapi ini tetap jadi topik sensitif bagi pemerintah. Foto: selebriti TV dari Korea Selatan Jeon Hye Song (nama alias: Lim Ji Hyun), yang kembali ke Korea Utara lewat cara mencurigakan. Ia memberikan pernyataan publik Juli lalu pada siaran propaganda di TV, tentang "neraka di sebelah Selatan."
Foto: Uriminzokkiri TV
Coba Tangkap Saya
Banyak orang yang lari dari Korea Utara kembali ke negaranya, setelah keluarga mereka ditahan rezim atau diperas. Menurut laporan terakhir, rezim menempatkan agen-agen di kawasan perbatasan di Cina, untuk melokasi dan menculik warganya yang lari. Katanya tim penculik tinggal di Jiangbin International Hotel dan Life's Business Hotel di kota Dandong.
Foto: Wikipedia Commons
Taman Ria Yang Sesat
Walaupun warga Korut tidak mungkin meninggalkan negaranya, pemerintah negara itu mengundang wisatawan asing untuk menikmati berbagai atraksi di negara itu. Biro perjalanan resmi Korut bahwa meluncurkan situs internasionalnya Agustus lalu, dan menawarkan perjalanan ke berbagai penjuru Korut. Bahkan wisata bertema tertentu, seperti arsitektur, bersepeda dan olah raga. Penulis: Jan Tomes (ml/hp)
Foto: Tourism DPRK
6 foto1 | 6
Pembelot Coreng Muka Korut
Sejak diselamatkan tentara Korea Selatan, pembelot Korut tersebut telah menjalani dua kali operasi. Kini ia telah sadar dan menjalani proses pemulihan di ruang intensif di salah satu rumah sakit Korea Selatan. Shin Mi-jeong, salah satu petugas rumah sakit mengemukakan bahwa selain merawat luka tembakan, dokter juga mengambil lusinan parasit dari usus tentara yang terluka tersebut, diantaranya cacing sepanjang 27 sentimeter. Kondisi ini memperlihatkan betapa buruknya kualitas nutrisi para tentara Korea Utara.
Meski berhasil lolos dari pengejaran, namun kebebasannya menjadi peristiwa yang mencoreng muka Korea Utara, yang menuding pembelotan terjadi sebagai cara Korea Selatan untuk menculik atau memikat tentara Korea Utara. Pyongyang hingga kini belum memberi komentar lebih lanjut.
Sekita 30.000 warga Korea Utara dilaporkan telah melarikan diri dan mengungsi ke Korea Selatan. Rata-rata 1000 warga Korea Utara membelot setiap tahunnya. Sebagian besar mengungsi melewati perbatasan dengan Cina, sejak Perang Korea berakhir tahun 1950-1953. Pembelotan kali ini termasuk nekat dan tidak lazim karena dilakukan di perbatasan yang dijaga ketat tentara dan rawan baku tembak antara penjaga perbatasan.
Melawan Kim Jong Un Dengan Balon Udara
Sekelompok penduduk Korea Selatan mengirimkan propaganda berupa sinetron dan mie instan ke jiran di utara dengan menggunakan balon udara. Kiriman tersebut memancing sikap geram penguasa Pyongyang.
Foto: Reuters
Mie Instan dan Sinetron
Beberapa mengirimkan pamflet berisikan pesan demokrasi atau gambar kartun yang mengolok-olok Kim Jong Un, yang lain mengirimkan diska lepas USB berisikan sinetron atau film dokumenter tentang kekayaan Korea Selatan. Ada juga yang menitipkan selembar uang Dollar AS dan beberapa bungkus mie instan.
Foto: picture-alliance/Yonhap
Balon Melawan Komunisme
Ada banyak cara yang dilakukan Korea Selatan buat memerangi propaganda Komunisme Kim Jong Un di Korea Utara. Tapi propaganda balon udara adalah salah satu cara paling unik. Penggagasnya adalah aktivis demokrasi dan penduduk sipil yang mengklaim diri sebagai serdadu dalam perang propaganda dengan negeri paling tertutup di dunia itu.
Foto: picture-alliance/AP/L. Jin-man
Godaan Kemakmuran dan Kebebasan
"Cara paling cepat meruntuhkan sebuah rejim adalah dengan mengubah pikiran penduduk," kata Park Sang Hak, seorang pengungsi asal Korut. Dia mengajak pengungsi lain untuk mengirimkan ribuan balon berisikan propaganda ke jiran komunis di utara. Dengan balon tersebut dia ingin membuka pikiran warga Korut tentang kemakmuran di Cina dan di Korsel.
Foto: picture-alliance/AP/A. Young-joon
Senjata Makan Tuan
Pyongyang sebaliknya membalas dengan cara serupa. Tidak jarang ribuan balon dikirimkan ke selatan membawa pesan propaganda Komunisme dari era Perang Dingin. Pada awal 2017 silam sebuah pamflet berisikan umpatan kepada Presiden AS Donald Trump ditemukan di ibukota Seoul.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Ancaman Pembunuhan Berbalas Penculikan
Pemerintah Korut kerap mengecam praktik propaganda balon. Terutama gambar yang mengolok-olok Kim Jong Un bisa memicu ketegangan diplomatik dengan Pyongyang. Ketika tahun 2015 muncul pamflet yang berisikan ancaman pembunuhan terhadap sang pemimpin besar, Korut mengancam bakal menculik aktivis propaganda balon.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ahn Young-joon
Efektifitas Diragukan
Aktivis di Korea Selatan mengklaim komik bergambar atau sinetron dan makanan cepat saji yang dikirimkan dari selatan membantu membawa perubahan. Namun hingga kini belum ada studi terpercaya yang merinci jumlah penduduk Korut yang membaca atau menerima balon propaganda tersebut.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Memicu Ketegangan di Perbatasan?
Tanpa adanya kejelasan mengenai efektivitas kampanye, aktivis balon dituding hanya mencari perhatian media buat menggalang dana sumbangan. Propaganda balon juga dikritik hanya memperburuk sentimen pemerintah Korut dan membahayakan situasi di perbatasan. Berulangkali serdadu Korut berupaya menembaki balon yang beterbangan melewati perbatasan.