Terancam Sanksi AS, India Kaji Ulang Sistem Alutsista Rusia
14 Maret 2022
India, yang mengandalkan persenjataan Rusia untuk melawan Cina, menghadapi misi pelik menghindari sanksi Amerika Serikat menyusul invasi Ukraina. Hal itu mendorong New Delhi mengkaji ulang sistem pertahanannya.
Iklan
Sanksi Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia dikhawatirkan bisa menganggu suplai suku cadang dan sistem persenjataan bagi militer India. Saat ini, hampir 60 persen alutsista yang digunakan India diimpor dari Rusia.
Presiden AS, Joe Biden, sempat menyebut adanya perbedaan tak terjembatani dengan New Delhi ketika India bersikap abstain terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam Rusia. Perdana Menteri Narendra Modi sejauh ini juga menolak mengritik Rusia soal invasi terhadap Ukraina.
Sikap gamang New Delhi bisa dipahami, mengingat antara 2016 hingga 2019, Rusia bertanggungjawab atas hampir 49% impor senjata oleh India, lapor lembaga penelitian konflik, SIPRI.
Kebergantungan India sedemikian besar, ia tidak hanya mengandalkan Rusia untuk memasok suku cadang, tetapi juga untuk memodernisasi sistem alutsista dan transfer teknologi untuk memperkuat kapasitas industri senjata di dalam negeri.
Potret Kota-kota di Ukraina yang Luluh Lantak Diserang Rusia
Pasukan Rusia terus meningkatkan intensitas serangannya ke kota-kota di Ukraina termasuk ibu kota Kiev dan kota penting Kharkiv.
Foto: Carlos Barria/Reuters
PLTN terbesar di Eropa terbakar
Salah satu dari enam reaktor yang ada di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia terbakar Jumat (04/03) dini hari waktu setempat, akibat serangan pasukan Rusia. PLTN Zaporizhzhia merupakan PLTN terbesar di benua Eropa. Sebanyak 25% pasokan listrik Ukraina berasal dari PLTN ini.
Foto: Zaporizhzhya NPP/REUTERS
Apartemen hancur
Foto udara menujukkan sebuah bangunan apartemen di kota Borodyanka yang hancur akibat serangan Rusia. Pasukan Rusia terus memborbardir kota-kota di sekitar ibu kota Kiev, termasuk kota Chernihiv dan Irpin.
Foto: Maksim Levin/REUTERS
Ratusan ribu orang mengungsi
Ratusan ribu warga Ukraina dilaporkan mengungsi, baik ke kota-kota lain di dalam negeri seperti Lviv atau ke negara-negara lain di Uni Eropa. Foto udara memperlihatan area perumahan di kota Rivnopillya, dekat Kiev, yang terbakar.
Foto: Maxar Technologies/AP/picture alliance
Gedung-gedung di Kiev hancur
Seorang petugas keamanan Ukraina sedang memantau kondisi gedung di Kiev yang hancur akibat serangan Rusia.
Foto: Carlos Barria/Reuters
Mengumpulkan persediaan makanan
Warga di Kiev dilaporkan ramai-ramai mengantre di pasar swalayan dan kios-kios untuk membeli bahan-bahan kebutuhan pokok. Tampak pada gambar seorang laki-laki dengan tas belanja berjalan di sebuah jalan di Kiev.
Foto: Valentyn Ogirenko/Reuters
Kendaraan militer rusak
Dalam invasinya, Rusia menargetkan fasilitas-fasilitas militer milik Ukraina serta infrastruktur seperti jalan dan jembatan. Tampak pada gambar seorang laki-laki berjalan melewati sisa-sisa kendaraan militer pasukan Rusia yang hangus terbakar di kota Bucha.
Foto: Serhii Nuzhnenko/AP/picture alliance
Kantor polisi tak luput dari serangan
Kantor polisi di kota Kharkiv hancur terkena serangan rudal yag ditembakkan pasukan Rusia pada hari Rabu (02/02).
Foto: Ukraine State Emergency Service/AA/picture alliance
Ratusan orang tewas
Lebih dari 200 warga sipil dilaporkan tewas dan lebih dari 500 orang lainnya mengalami luka-luka selama invasi Rusia ke Ukraina. Petugas medis mengevakuasi jenazah dari balai kota Kharkiv yang porak-poranda akibat serangan Rusia.
Foto: Sergey Bobok/AFP/Getty Images
Balai kota rusak parah
Seorang petugas layanan darurat Ukraina mengamati gedung balai kota Kharkiv yang rusak parah. Balai kota yang terletak di alun-alun kota kharkiv ini jadi target serangan pasukan Rusia. (Ed: rap/as)
Foto: Pavel Dorogoy/AP/picture alliance
9 foto1 | 9
"Rusia adalah satu-satunya negara yang mau menjual teknologi kapal selam nuklirnya kepada India. Apakah ada negara lain yang mau berbuat serupa?” tanya Letnan Jendral D.S. Hooda, bekas kepala staf gabungan militer India.
"Angkatan Laut India punya satu kapal induk, buatan Rusia. Sejumlah besar pesawat tempur dan sekitar 90 persen tank yang digunakan India juga buatan Rusia,” kata Sushant Singh, pengamat militer di Center for Policy Research.
Iklan
Terhadang keruwetan geopolitik
India sejak lama berusaha mengurangi kebergantungan dari Rusia dengan membeli senjata dari Prancis dan Israel. Namun begitu kedua negara hanya menyumbang 18 dan 13 persen pada postur belanja alutsista India.
Hubungan dengan AS yang pasang surut membuat New Delhi cendrung mengutamakan Rusia dalam pengadaan senjata. Namun sejak invasi terhadap Ukraina, kebijakan tersebut terancam menjadi bumerang, terutama menyangkut kesepakatan pembelian sistem rudal S-400 yang dibuat pada 2018 silam.
Rusia dan Ukraina: Kronik Perang yang Tidak Dideklarasikan
Akar konflik antara Rusia dan Ukraina sangat dalam. Semuanya diyakini bermuara pada keengganan Rusia untuk menerima kemerdekaan Ukraina.
Foto: Maxar Technologies via REUTERS
Berkaitan, tetapi tak sama
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah sejak Abad Pertengahan. Kedua negara memiliki akar yang sama, pembentukan negara-negara Slavia Timur. Inilah sebabnya mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kedua negara itu sebagai "satu orang". Namun, sebenarnya jalan kedua negara telah terbagi selama berabad-abad, sehingga memunculkan dua bahasa dan budaya — erat, tapi cukup berbeda.
Foto: AP /picture alliance
1990-an, Rusia melepaskan Ukraina
Ukraina, Rusia, dan Belarus menandatangani perjanjian yang secara efektif membubarkan Uni Soviet pada Desember 1991. Moskow sangat ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan itu dan melihat Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) yang baru dibentuk sebagai alat untuk melakukannya. Sementara Rusia dan Belarus membentuk aliansi yang erat, Ukraina semakin berpaling ke Barat.
Foto: Sergei Kharpukhin/AP Photo/picture alliance
Sebuah perjanjian besar
Pada tahun 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani Treaty on Friendship, Cooperation and Partnership, yang juga dikenal sebagai "Perjanjian Besar". Dengan perjanjian ini, Moskow mengakui perbatasan resmi Ukraina, termasuk semenanjung Krimea,kawasan hunian bagi mayoritas etnis-Rusia di Ukraina.
Krisis diplomatik besar pertama antara kedua belah pihak terjadi, saat Vladimir Putin jadi Presiden Rusia masa jabatan pertama. Pada musim gugur 2003, Rusia secara tak terduga mulai membangun bendungan di Selat Kerch dekat Pulau Tuzla Ukraina. Kiev melihat ini sebagai upaya Moskow untuk menetapkan ulang perbatasan nasional. Konflik diselesaikan usai kedua presiden bertemu.
Foto: Kremlin Pool Photo/Sputnik/AP Photo/picture alliance
Revolusi Oranye
Ketegangan meningkat selama pemilihan presiden 2004 di Ukraina, dengan Moskow menyuarakan dukungannya di belakang kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Namun, pemilihan itu dinilai curang. Akibatnya massa melakukan Revolusi Oranye atau demonstrasi besar-besaran selama 10 hari dan mendesak diadakannya pemilihan presiden ulang.
Foto: Sergey Dolzhenko/dpa/picture alliance
Dorongan bergabung dengan NATO
Pada tahun 2008, Presiden AS saat itu George W. Bush mendorong Ukraina dan Georgia untuk memulai proses bergabung dengan NATO, meskipun ada protes dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Jerman dan Prancis kemudian menggagalkan rencana Bush. Pada pertemuan puncak NATO di Bucharest, Rumania, akses dibahas, tetapi tidak ada tenggat waktu untuk memulai proses keanggotaan.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Tekanan ekonomi dari Moskow
Pendekatan ke NATO tidak mulus, Ukraina melakukan upaya lain untuk meningkatkan hubungannya dengan Barat. Namun, musim panas 2013, beberapa bulan sebelum penandatanganan perjanjian asosiasi tersebut, Moskow memberikan tekanan ekonomi besar-besaran pada Kiev, yang memaksa pemerintah Presiden Yanukovych saat itu membekukan perjanjian. Aksi protes marak dan Yanukovych kabur ke Rusia.
Foto: DW
Aneksasi Krimea menandai titik balik
Saat kekuasaan di Kiev kosong, Kremlin mencaplok Krimea pada Maret 2014, menandai awal dari perang yang tidak dideklarasikan antara kedua belah pihak. Pada saat yang sama, pasukan paramiliter Rusia mulai memobilisasi pemberontakan di Donbas, Ukraina timur, dan melembagakan "Republik Rakyat" di Donetsk dan Luhansk. Setelah pilpres Mei 2014, Ukraina melancarkan serangan militer besar-besaran.
Gesekan di Donbass terus berlanjut. Pada awal 2015, separatis melakukan serangan sekali lagi. Kiev menuding pasukan Rusia terlibat, tetapi Moskow membantahnya. Pasukan Ukraina menderita kekalahan kedua, kali ini di dekat kota Debaltseve. Mediasi Barat menghasilkan Protokol Minsk, sebuah kesepakatan dasar bagi upaya perdamaian, yang tetap belum tercapai hingga sekarang.
Foto: Kisileva Svetlana/ABACA/picture alliance
Upaya terakhir di tahun 2019
KTT Normandia di Paris pada Desember 2019 adalah pertemuan langsung terakhir kalinya antara Rusia dan Ukraina. Presiden Vladimir Putin tidak tertarik untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Rusia menyerukan pengakuan internasional atas Krimea sebagai bagian dari wilayahnya, menuntut diakhirinya tawaran keanggotaan NATO bagi Ukraina dan penghentian pengiriman senjata ke sana. (ha/as)
Foto: Jacques Witt/Maxppp/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
AS sebelumnya sudah berulangkali memperingatkan India agar membatalkan kesepakatan tersebut agar terhindar dari sanksi AS. Embargo yang awalnya dijatuhkan untuk menghukum invasi Rusia terhadap Krimea itu kini diperluas menyusul eskalasi di Ukraina.
India berdalih, sistem rudal darat-udara milik Rusia merupakan komponen utama untuk menangkal agresi Cina. Permusuhan dengan jiran di utara itu perlahan memanas seputar perbatasan di kawasan kaya sumber daya air di Himalaya.
Ancaman sanksi AS dirasa pelik, terutama ketika Cina menggandakan keberadaan militernya di perbatasan Himalaya, dengan ribuan serdadu dari kedua negara berada dalam jarak tembak. Saat bentrokan meletus 2020 silam, sebanyak 20 serdadu India dikabarkan tewas.
Apakah Cina bakal memetik pelajaran dari Ukraina untuk menduduki kawasan timur Ladakh atau bahkan Taiwan? "Mungkin saja mereka melakukannya,” kata Jitendra Nath Misra, bekas diplomat India yang kini mengajar untuk Jindal School of International Affairs.
Dalam hal ini, AS dan India menjalin kwartet keamanan dengan Australia dan Jepang yang dikenal dengan nama "the quad”. Namun kedekatan itu tidak lantas memuluskan kerjasama pertahanan antara kedua negara.
"Saya ingin bertanya kepada kawan-kawan di Amerika, teknologi pertahanan seperti apa yang sudah kalian berikan untuk kami,” imbuhnya lagi.