1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

230911 Neurospsychologie

Agus Setiawan30 September 2011

Sebuah penelitian psikologi saraf hendak melacak kaitan antara fungsi otak dengan perilaku dan persepsi manusia. Tujuannya untuk mengembangkan metode terapi gangguan kepribadian berat.

Ilustrasi gelombang otakFoto: Fotolia/Andrea Danti

Apakah penjahat kelas berat dapat diubah menjadi orang baik-baik? Penjahat kelas berat seringkali merupakan penderita gangguan kepribadian berat pula. Kebanyakan tidak mengenal semua bentuk empati, rasa kasihan dan rasa tanggung jawab. Untuk mengetahui bagaimana mekanismenya, pakar psikologi saraf dari institut untuk psikologi kedokteran dan perilaku neuro-biologi di Universitas Tübingen, Jerman, Niels Birbaumer melakukan riset otak penjahat psikopat.

Riset yang dilakukan bukan perkerjaan mudah. Karena untuk itu para penjahat kelas berat harus diperiksa otaknya menggunakan peralatan tomografi resonansi magnetik. Tidak ada satupun terpidana kelas berat yang bersedia secara sukarela ikut serta dalam riset tsb. Satu-satunya cara untuk memotivasi penjahat kelas berat itu adalah dengan memberinya hadiah uang. Birbaumer (65) antara lain meneliti para penjahat psikopat dalam kasus kejahatan seksual, dimana selain memperkosa mereka juga membunuh perempuan korbannya. Banyak penjahat kelas berat peserta riset yang tidak mau mengubah perilakunya.

Birbaumer mengungkapkan lebih lanjut : ”Mereka sendiri tidak melihat gangguan kepribadian sebagai kerusakan melainkan sebagai kehebatan. Mereka adalah orang-orang yang amat berani, impulsif dan kasar. Semua sifat ini, terutama di kalangan pria, dinilai sebagai positif. Karena itu kebanyakan tidak merasa perlu mengubah perilakunya.“

Selain meneliti para terpidana kelas berat yang masih meringkuk di penjara, pakar psikologi saraf dari Tübingen itu juga meneliti mantan narapidana yang sudah dibebaskan.

Sinyal Rasa Takut Tidak Aktif

Hasil penelitian dengan tomografi resonansi magnetik menunjukkan, bagian otak yang lazimnya memberikan sinyal rasa takut, pada otak para penjahat psikopat terbukti tidak aktif. Sistem sinyal rasa takut ini amat kompleks, dan mencakup sejumlah bagian pada otak manusia. Barangsiapa tidak mengenal rasa takut, efeknya adalah, mereka tidak mampu memperkirakan dampak perilakunya pada tatanan emosional, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Namun Birbaumer mengetahui, saklar di otak yang bertanggung jawab untuk perasaan takut, dapat secara terarah diaktifkan dan diperkuat. Artinya, dengan itu juga terbuka kemungkinan mengubah perasaan para penjahat kelas berat tsb. Niels Birbaumer menyatakan keyakinannya : ”Kita dapat kembali mempengaruhi bagian otak ini dengan cara belajar. Otak kita memiliki kemungkinan perubahan amat banyak, sangat fleksibel, amat besar, kita tidak dapat mengatakan terdapat perilaku baku.”

Latihan Ubah Perspesi

Bagian otak yang berbeda diberi warna berbeda

Metode yang digunakan Birbaumer disebut “Neurofeedback“. Aktivitas otak peserta riset diukur dan citranya ditunjukkan pada sebuah monitor. Di sana terlihat berbagai kawasan otak, yang masing-masing diberi warna berbeda-beda. Semakin aktif sebuah bagian otak, dalam arti semakin banyak dialiri darah, pada monitor terlihat semakin intensif pula pendar cahaya berwarna pada bagian bersangkutan. Responden dapat mencoba, dengan pikiran apa mereka dapat memperkuat warna bersangkutan. Persyaratan terpentingnya, adalah partsipasi aktif dan kesiapannya secara serius untuk berubah.

:”Setelah satu atau dua jam, responden dapat mengetahui, bagaimana masing-masing kawasan otak dapat dipengaruhi. Sama halnya seperti kita mempelajari sebuah cabang olah raga baru, ski atau naik sepeda. Orang mengembangkan trik pemikiran, dimana dengan itu mereka mempengaruhi hasilnya pada komputer. Dan lewat trik ini, mereka belajar kembali meningkatkan dan memperbaiki aktifitas otaknya,“ papar  Birbaumer.

Birbaumer mengamati, bahwa responden yang mengidap gangguan kepribadian, psikopat, memerlukan waktu lebih lama dalam latihan otak yang didukung komputer tsb, dibanding responden normal. Akan tetapi, setelah beberapa kali konsultasi, kebanyakan dari penderita gangguan kepribadian, juga berhasil mengaktifkan kembali saklar di otaknya yang bertanggung jawab bagi rasa takut. Tapi, apakah metode yang diterapkan Birbaumer itu dapat dimanfaatkan untuk pengobatan para penjahat kelas berat psikopat, sejauh ini masih belum dapat diketahui secara pasti.

 

 

Alexandra Scherle/Agus Setiawan

Editor : Vidi Legowo-Zipperer