Tim periset Keio University di Jepang buka harapan baru bagi terapi cedera saraf tulang belakang dengan metode sel punca. Imbuhan bahan kimia khusus, memblokir pertumbuhan tumor pada stem sel yang ganggu pengobatan.
Iklan
Terapi Sel Punca Diharap Sembuhkan Kelumpuhan
00:36
Inilah secercah harapan bagi penderita kelumpuhan badan akibat cedera saraf tulang belakang. Hasil riset sel punca induksi pluripotent -iPS dari tim peneliti Keio University di bawah pimpinan Prof. Hideyoki Okano akan jadi terobosan terapi stem sel.
Terapi Sel Punca Diharap Sembuhkan Kelumpuhan
00:36
This browser does not support the video element.
Sejauh ini terapi cangkok sel punca menghadapi kendala tumbuh liarnya stem sel menjadi tumor. Tim di bawah Prof. Okano memanfaatkan agen khusus dari bahan kimia untuk memblokir pertumbuhan sel tak terkendali ini. Hasilnya cukup menjanjikan, demikian laporan tim peneliti.
Seperti diketahui, sel punca adalah pembentuk beragam sel dewasa, tergantung dari fungsi yang ditetapkan kode genetikanya. Para peneliti bisa merekasa sel punca pluripotent ini untuk membentuk sel organ tubuh yang mereka inginkan.
Para peneliti di Keio University mengujicoba cangkok stem sel yang dibubuhi agen kimia itu ke tubuh tikus yang mengalami cedera saraf tulang belakang. Sel saraf diamati berkembang secara normal untuk memulihkan cedera. Biasanya terapi stem sel pada saraf tulang belakang berkembang tak terkendali dan menjadi tumor.
"Metode yang kami kembangkan, akan membantu meningkatkan keamanan cangkok sel punca pada manusia", tandas Prof. Okano. Tim peneliti dari Jepang itu merencanakan akan melakukan uji klinik pada manusia mulai tahun 2017 mendatang.
Jika uji klinik pada pasien cedera saraf tulang belakang sukses, banyak penderita kelumpuhan bisa berharap, fungsi anggota tubuh dan mobilitas mereka bisa dipulihkan lagi.
Binatang Bercahaya: Rekayasa Genetika vs Evolusi Alami
Ilmuwan bisa rekayasa binatang yang di alam tidak memancarkan cahaya, jadi hewan berpendar berwarna-warni. Namun rekayasa genetika tetap tidak bisa mengalahkan evolusi alami.
Foto: picture-alliance/dpa/Chen et al./Developmental Cell 2016
Demi Ilmu Pengetahuan
Ilmuwan AS rekayasa genetika ikan "pelangi" di laboratorium jadi benar-benar memancarkan cahaya warna warni. Warna merah, hijau dan biru fluoresens tercipta secara tidak sengaja berkat protein yang memancarkan cahaya. Tujuan rekayasa: untuk lebih memahami bagaimana sel bekerjasama menyembuhkan luka.
Foto: picture-alliance/dpa/Chen et al./Developmental Cell 2016
Hijau Berkat Rekayasa Genetika
Tikus lazimnya tidak bercahaya. Tapi di Laboratorium, tikus ini direkayasa genetika, menjadi berwarna hijau fluoresens. Ilmuwan menyisipkan sel protein fluoresens yang di alam ada pada beberapa jenis ubur-ubur. Di bawah lampu berwarna biru, tubuh tikus memancarkan warna hijau
Foto: picture-alliance/dpa
Bisa Rekayasa Semua Warna
Teoritis semua hewan bisa dibuat berwarna apa saja. Misalnya domba yang berwarna kuning fluoresens ini, adalah hasil karya ilmuwan di Uruguay. Dengan menyisipkan protein tertentu yang memancarkan cahaya, domba akan berpendar warna kuning jika disinari cahaya Ultra Violet
Foto: Reuters
Pendar Bercahaya Ikan Hias
Ilmuwan Taiwan juga rekayasa ikan hias jadi bercahaya. Pada Taiwan Aquarium Expo 2014 di Taipeh dipamerkan ikan Pterophyllum Scalare yang memiliki warna pink bercahaya jika akuarium disinari cahaya tertentu.
Foto: Reuters/Pichi Chuang
Di Alam Sudah Biasa
Ubur-ubur akan memancarkan cahaya, jika mendapat rangsangan mekanis, misalnya turbulensi arus laut. Ilmuwan menyebutnya sebagai bio-luminous atau cahaya alami. Cahaya muncul baik dari protein dalam tubuhnya maupun dari bakteri. Sel bercahaya ubur-ubur semacam ini, yang kemudian disisipkan pada tubuh tikus agar juga bisa bercahaya.
Foto: cc/by/sa/Alberto Romeo
Laut Yang Berpendar Cahaya
Pada musim tertentu laut pancarkan cahaya. Pemicunya, binatang bersel tunggal yang memproduksi cahaya. Dinoflagellata, sejenis plankton laut ini memiliki membran sel yang mampu membiaskan cahaya dari arus laut atau turbulensi arus gerombolan ikan yang berenang cepat. Ini mekanisme alami pertahanan diri. Dengan bercahaya, plankton membuat binatang pemangsa jadi bingung.
Foto: cc/by/sa/Niels Olson
Cahaya Sebagai Alat Komunikasi
Binatang bercahaya yang paling kita kenal adalah kunang-kunang. Organ bagian ekornya memproduksi unsur Luciferin yang jika bereaksi dengan oksigen akan menciptakan cahaya. Pulsa cahaya adalah alat komunikasi antara kunang-kunang jantan dan betina.
Foto: cc/by/sa/art farmer
Cahaya di Dasar Laut Dalam
Sejumlah ikan di laut dalam juga memiliki organ bercahaya. Fungsinya untuk orientasi di kegelapan dasar laut sekaligus juga untuk menarik mangsanya.
Foto: public domain
Cahaya Pada Spektrum Tak Lazim
Ikan Photostomias dari keluarga ikan naga berjanggut yang habitatnya di laut dalam memiliki organ cahaya di belakang mata. Organ memancarkan cahaya merah, spektrum yang tak lazim bagi organisma laut. Penghuni laut lain tidak mampu menangkap spektrum warna ini. Ilmawan terus teliti apa kegunaan cahaya pada ikan itu.