1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terbitkan Opini Dukung AfD, Elon Musk Dikecam di Jerman

31 Desember 2024

Tulisannya di mingguan Welt am Sonntag yang menganjurkan partai ekstrem kanan jelang pemilu legislatif memicu kontroversi di Jerman. Kenapa tulisannya mendulang kecaman dan apa yang sebenarnya diperkarakan?

Elon Musk memicu polemik politik di Jerman dengan opininya di Welt am Sonntag.
Elon Musk orang terkaya di dunia dari AS yang memicu polemik politik di Jerman dengan opininya di Welt am Sonntag.Foto: Evan Vucci/dpa/picture alliance

Apa isi opini Elon Musk?

Manusia terkaya di dunia itu sempat mengunggah pendapatnya di jejaring X, bahwa cuma partai ekstremis kanan AfD, yang bisa menyelamatkan kebuntuan politik di Berlin.

Musk menegaskan pendapatnya dalam sebuah tajuk di mingguan Welt am Sonntag. Dia menulis, betapa hanya Alternatif für Deutschland (AfD) yang bisa mengembalikan kejayaan Jerman.

"Jerman telah lama merasa nyaman berada di level medioker. Kini adalah saatnya membuat keputusan berani, dan AfD adalah satu-satunya partai politik yang bisa memandu jalannya."

Lebih lanjut, Musk menilai bahwa partai anti-pengungsi itu "merupakan secercah harapan terakhir bagi Jerman, yang berada di tepi "jurang kehancuran ekonomi dan budaya." Menurutnya, "kebijakan imigrasi terkendali" yang diusulkan AfD bisa mencegah punahnya identitas bangsa.

"Kepada mereka yang memvonis AfD sebagai partai ekstrem, saya katakan: jangan biarkan Anda disesatkan dengan pelabelan tersebut," tulisnya, merujuk kepada pasangan hidup Ketua Umum AfD Alice Weidel yang berasal dari Sri Lanka. "Apakah dia berkesan seperti seorang Adolf Hitler?," tukasnya.

Bagaimana reaksi di Jerman?

Welt am Sonntag dikecam meski telah menurunkan opini tandingan. Redaksi dikritik arogan karena dianggap merasa mampu mengimbangi pengaruh manusia terkaya di dunia.

Asosiasi Jurnalis Jerman, DJV, mewanti-wanti kepada media agar tidak dijadikan corong kampanye jelang pemilihan umum dini, 23 Februari mendatang. "Media tidak boleh disalahgunakan oleh kaum pendukung otokrasi," kata Ketua DJV Mika Beuster.

Ketua umum partai konservatif Uni Kristen Demokrat, CDU, yang juga kandidat favorit kanselir, Friedrich Merz, memenilai  imbauan kampanye Musk "berlebihan dan lancang," kata dia kepada surat kabar kelompok media Funke.

"Saya tidak dapat mengingat bahwa dalam sejarah demokrasi Barat ada kasus campur tangan yang serupa dalam kampanye pemilu di negara sahabat," ujarnya.

Ketua Umum Partai Sosialdemokrat, SPD, Lars Klingbeil menuduh Musk ingin "menjerumuskan Jerman ke dalam kekacauan”. "Dia tidak ada bedanya dengan Vladimir Putin. Keduanya ingin memanipulasi pemilu di luar negeri dan secara khusus mendukung musuh demokrasi AfD."

Calls for EU to sanction Elon Musk for 'interference'

03:05

This browser does not support the video element.

Kepentingan bisnis atau manifesto politik?

Kepentingannya semata bisnis, kata sejumlah pengamat. Di dalam tajuknya untuk Welt am Sonntag, Musk memuji AfD karena berencana "melonggarkan regulasi negara, menurunkan pajak dan membebaskan pasar." Pihak yang akan paling diuntungkan dari perubahan kebijakan di Berlin, antara lain, adalah perusahaan otomotif Amerika Serikat Tesla milik Musk sendiri.

Rencana Tesla memperluas pabriknya di Brandenburg sejauh ini terhadang aturan ketat lingkungan dan penolakan warga. Perusahaan yang mempekerjakan 12.500 pegawai di pabriknya itu dikritik karena memboroskan air tanah yang kian langka.

Di luar kepentingan bisnis, Musk yang diikuti 200 juta pengguna di jejaring X diyakini juga memiliki agenda politik global, yakni mendorong kekuasaan kelompok konservatif. Tokoh populis kanan Inggris Nigel Farage, misalnya, dijanjikan sumbangan sebesar 95 juta Euro untuk partainya.

Musk juga membina kedekatan dengan kaum populis kanan Italia di bawah Perdana Menteri Giorgia Meloni dan Partai Fratelli d'Italia.

Kenapa media kanan Axel Springer ikut dibidik?

Surat kabar "Welt" didirikan di zona pendudukan Inggris dan pertama kali terbit pada tanggal 2 April 1946. Tujuh tahun kemudian, penerbit konservatif Axel Springer mengambil alih surat kabar tersebut. Raksasa penerbitan Jerman itu rajin mencaplok media dan kini aktif di lebih dari 40 negara.

Axel Springer paling dikenal lewat tabloid "Bild", yang rutin membuat kontroversi lewat jurnalisme sensasional, dan giat mempengaruhi politik di Jerman.

Opini Musk dikabarkan sempat memicu diskusi panas di tubuh redaksi. Buntutnya, editor kepala bagian opini, Eva Marie Kogel, mengundurkan diri setelah artikel diterbitkan. Redaksi dikatakan terbelah antara menjunjung keragaman opini, dan tuduhan disalahgunakan sebagai corong kaum ekstrem kanan.

Direktur utama Axel Springer Mathias Döpfner dikenal sebagai pengagum Musk dan memiliki kontak pribadi dengan sang miliarder. Döpfner gemar mengutarakan opini yang mengritik aksi iklim atau mendukung kampanye partai konservatif

Dia juga mengkritik "para elit media” yang dianggapnya bersikap bias terhadap AfD. Opini Elon Musk di "Welt am Sonntag" dapat dilihat sebagai upaya Döpfner menormalisasi pandangan kaum ekstrem kanan di ruang publik.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya