Terlantar Sejak Orde Lama, WNI Peroleh NIK di Berlin
16 Juli 2018
WNI yang telah bermukim lama di Eropa kini mendapat kesempatan mengurus Nomer Induk Kependudukan lewat perwakilan RI. Tanpanya mereka selama ini tidak boleh membeli properti atau membuka tabungan di tanah air
Iklan
Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, menyerahkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) kepada pemukim lama di Eropa. Salah seorang WNI yang mendapat NIK adalah Berlin Sumbajak, WNI kelahiran Pematang Siantar 70 tahun silam. Pemberian NIK ini dilakukan pada saat kegiatan sosialisasi dan simulasi penerapan Portal Peduli WNI, di KBRI Berlin, Minggu (15/7).
Berlin yang sudah tinggal di Jerman sejak puluhan tahun lalu belum pernah memiliki NIK atau Kartu Tanda Penduduk. "Puji Tuhan, saya senang sekali akhirnya bisa punya kesempatan memiliki NIK”, kata dia.
Kegiatan sosialisasi ini adalah bagian dari upaya pendataan WNI di Jerman dan termasuk yang pertama untuk kawasan Eropa. Selain pengumpulan data yang akurat mengenai warga Indonesia yang telah bermukim lama, Portal Peduli WNI juga dibuat untuk memastikan semua WNI di Jerman bisa memperoleh NIK.
"Kita harap upaya ini menjawab kebutuhan WNI di Jerman. Ini salah satu cara negara untuk hadir”, tutur Duta Besar Oegroseno.
Nasi Tumpeng Raksasa di Berlin
Acara tahunan KBRI Berlin kembali digelar di Mall of Berlin. Kali ini tema yang diusung "hutan tropis Indonesia". Puncak acara adalah pemotongan tumpeng raksasa oleh Dubes RI Fauzi Bowo.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Hutan Tropis Indonesia
Acara mempromosikan Indonesia ini digelar selama dua hari, 16-17 Juni 2017, di Mall of Berlin. Tema yang diangkat adalah hutan tropis di Indonesia. Tidak hanya seni budaya saja yang ditampilkan, tetapi juga digelar diskusi yang membahas minyak sawit berkelanjutan.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Antusiasme Warga Berlin
5000 pengunjung diperkirakan hadir dalam gelar budaya selama dua hari tersebut. Piazza Mall of Berlin disulap menjadi "belantara hutan". Tampak dekorasi pohon dan semak belukar hingga ke bangian lantai atas mal.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Selamatkan Flora dan Fauna
Stan-stan organisasi lingkungan seperti BOS (Borneo Orangutan Survival), dan WWF turut hadir dalam acara tersebut. Mereka tanpa lelah memberikan informasi kepada pengunjung akan pentingnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi flora dan fauna yang terancam.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Diperkenalkan Sejak Dini
Anak ini sedang dirias untuk menjadi orangutan. Ini salah satu upaya organisasi lingkungan untuk mengenalkan hewan terancam ini kepada anak-anak dengan cara yang tidak menggurui.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Jembatan Komunikasi
Selain stan-stan organisasi lingkungan, ada juga stan biro perjalanan dan biro-biro konsultan yang berperan sebagai jembatan antar budaya, Indonesia-Jerman, dan berbagai keahlian. Seperti yang dilakukan Dwi Anoraganingrum dari IndoCon (foto).
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tarian Nusantara
Di panggung secara silih berganti pengunjung disuguhi berbagai pertunjukan, antara lain gamelan, tari Saman, angklung, pencak silat, tari Enggang (foto)m dan pembacaan dongeng untuk anak-anak.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Dangdutan di Berlin
Goyang dangdut sepertinya tidak boleh ketinggalan di ajang-ajang pengenalan budaya Indonesia. Di acara KBRI kali ini pun, Batik Band menutup penampilan mereka dengan alunan musik dangdut.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tumpeng Raksasa
Ini acara yang ditunggu-tunggu para pengunjung Mall of Berlin. Nasi tumpeng kreasi koki Kai Kwee ini dibuat selama empat hari dengan bantuan banyak relawan. Porsinya diperkirakan cukup untuk 1000 orang. Dubes Fauzi Bowo memberikan potongan pertama tumpeng kepada dua pengunjung mal yang beruntung.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
8 foto1 | 8
Kasus Berlin Sumbajak bukan satu-satunya di Eropa. Ribuan WNI yang datang ke Eropa di era Oder Lama untuk belajar atau bekerja, hingga kini tidak terdaftar dalam sistem kependudukan pemerintah, meski tetap mempertahankan status kewarganegaraan Indonesia. Hasilnya mereka tidak pernah memiliki NIK, KTP atau melakukan perekaman biometrik.
Akibatnya para WNI tersebut kehilangan hak-hak sipil saat pulang ke Indonesia, tidak bisa membuka rekening di bank atau membeli properti.
Pemberian NIK dan perekaman biometrik bagi WNI di luar negeri adalah bagian dari program Pemerintah untuk memperbaiki sistem pendataan, pelayanan dan perlindungan bagi WNI di luar negeri. Pada awal tahun 2018, Kementerian Luar Negeri telah meluncurkan laman web sistem informasi pelayanan dan perlindungan WNI yang diberi nama Portal Peduli WNI lewat alamat peduliwni.kemlu.go.id.
Sistem ini diharapkan sudah diterapkan di 129 Perwakilan RI di luar negeri selambatnya pada Desember 2018 ini. Dengan sistem ini diharapkan dalam beberapa tahun ke depan Pemerintah memiliki data tunggal WNI serta pelayanan yang seragam bagi seluruh WNI di luar negeri. Sistem ini mengintegrasikan seluruh data utama nasional antara lain data Dukcapil Kemdagri, Data SIMKIM Ditjen Imigrasi Kemhukham serta data pekerja migran Indonesia (PMI) di BNP2TKI.
Indonesia Usung Identitas Maritim di Pameran Pariwisata ITB
Indonesia kembali menyemarakkan ajang pameran pariwisata terbesar sejagad, ITB di Berlin. Kali ini kekayaan laut dan beragam corak kebudayaan Jawa dan Bali menjadi primadona parwisata nusantara.
Foto: KBRI Berlin
Ambisi Wisata Indonesia
Menteri Pariwisata Arief Yahya (tengah) punya ambisi besar menggandakan jumlah wisatwan asing ke Indonesia, terutama dari Eropa. Untuk itu ia memboyong 169 pelaku industri pariwisata dan perwakilan daerah ke ajang pameran pariwisata terbesar sejagad, ITB di Berlin, Jerman.
Foto: KBRI Berlin
Kekayaan Budaya dan Keindahan Laut
Tahun ini pemerintah mencoba menghidupkan gairah wisatawan asing dengan mengusung keindahan laut dan kebudayaan Indonesia. Sebuah kapal Pinishi berukuran besar dan desain gerai yang bernafaskan arsitektur tradisional Bali menghiasi paviliun Indonesia di Berlin.
Foto: KBRI Berlin
Satu Juta dari Jantung Eropa
Tahun lalu Indonesia disambangi 14 juta wisatawan asing, 260.000 di antaranya berasal dari Jerman. Negeri di jantung Eropa ini mencatat tingkat pertumbuhan paling tinggi di antara negara asal wisatawan asing. Pemerintah berharap bisa meningkatkan kunjungan wisatawan dari Jerman menjadi satu juta pelancong dalam beberapa tahun ke depan.
Foto: KBRI Berlin
Nyaman, Mudah dan Beragam
Untuk menggandakan jumlah wisman Eropa, Indonesia menawarkan 18 destinasi wisata yang memenuhi tiga kriteria utama Kementerian Pariwisata, yakni kemudahan akses, kenyamanan akomodasi dan keragaman atraksi. Uniknya 10 destinasi wisata baru selain Bali yang dicetuskan Presiden Joko Widodo belum seluruhnya menggaung di pameran ITB Berlin tahun ini.
Foto: KBRI Berlin
Memanjakan Wisman, Mendatangkan Devisa
Selain Bali, pemerintah juga mengusung ragam budaya Jawa di Yogyakarta, Solo dan Surabaya, keindahan pantai di Lombok, Kepulauan Seribu, Labuan Bajo dan kawasan pesisir Jember dan Banyuwangi. Kemenpar menawarkan paket hemat wisata di luar musim liburan yang menawarkan tiket pesawat dan akomodasi dengan harga terjangkau, serta seratusan acara pariwisata yang diadakan di seluruh negeri
Foto: KBRI Berlin
Yang Terbaik dari 187 negara
Kemegahan paviliun Indonesia bukan hal baru di ITB Berlin. Tahun 2016 dan 2017 desain paviliun nusantara mendapat penghargaan The Best Exhibitors Award untuk kategori Asia, Australia dan Oceania. Tahun ini pun Indonesia membidik penghargaan tersebut. (rzn/yf - Sumber: KBRI Berlin)