1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teror di Spanyol

12 Maret 2004

Selama belum jelas siapa yang mendalangi aksi teror di Madrid, banyak beredar spekulasi.

Harian Rusia Kommersant dalam ulasannya menuli

Dapat dimengerti, mengapa pemerintah Spanyol langsung menuduh ETA sebagai pelakunya. Bila terjadi serangan teror di Spanyol, selalu yang dituduh kaum separatis ETA, seperti halnya kaum separatis Chehnia di Rusia. Apa lagi soal separatisme merupakan tema penting dalam kampanye pemilihan. Sebaliknya menuduh Al Qaida sebagai pelaku pemboman tidak menguntungkan bagi pemerintah. Sebab Partai Sosialis yang beroposisi dan lawan utama dalam pemilihan umum, di waktu lalu mengecam keras pemerintah Aznar sehubungan dengan partisipasi Spanyol dalam perang Irak. Apabila terbukti, aksi teror di Madrid merupakan aksi balas dendam para teroris internasional , bagi dukungan Spanyol kepada AS, maka pemerintah bertanggung jawab untuk kematian ratusan warganya. Maka kejelasan mengenai siapa yang mendalangi aksi teror itu. Mungkin baru akan diungkapkan seusai Pemilu.

Harian Austria Kurier mengomentari pemboman di Madrid sebagai pembunuhan massal. Harian ini menulis:

Serangan bom itu tak lain aksi pembunuhan massal yang mengerikan. Pemboman kejam itu tidak dapat dibenarkan dengan alasan politik mau pun agama mana pun. Karenanya tidak perlu mencari motifnya. Karena tidak ada motif. Serangan itu merupakan pembantaian massal. Rupanya seluruh dunia hendak ditakuti-takuti. Pihak mana pun yang merencanakan ,membiayai dan meledakkan bom itu , tidak peduli organisasi teror yang mana, dan apa pun alasannya, mereka adalah pembunuh yang keji.

Harian konservatif Polandia Rceczpospolita berkomentar:

Gambar-gambar serangan teror yang ditayangkan oleh televisi mengingatkan pada serangan teror 11 September di AS. Kali ini jumlah korbannya ratusan, bukan ribuan, namun aksi teror berdarah seperti itu belum pernah dialami di zaman modern Eropa. Bagi keluarga para korban sama saja, apakah anggota keluarganya dibunuh oleh ETA atau Al Qaida. Namun bagi Spanyol itu tidak sama. Serangan oleh ETA – meski kedengarannya sinis – dapat dipandang sebagai masalah dalam negeri Spanyol. Serangan Al Qaida , masalahnya lain, dan Polandia juga bisa terancam serangan maut seperti itu.

Harian Belanda Algemeen Dagblad menyebut pemboman di Madrid sebagai serangan terhadap demokrasi :

Gelombang teror di ibu kota Spanyol, mengingat saat terjadinya, yakni tiga hari sebelum pemilihan parlemen di negara itu, hanya dapat dipandang sebagai serangan terhadap demokrasi. Dalam pada itu tidaklah penting, apakah pelakunya termasuk anggota Gerakan Baskia ETA, atau anggota kelompok Islam seperti Al Qaida. Aksi kekerasan seperti itu siapa pun para pelakunya , harus dikutuk keras, diperangi dan dilawan. Ini berlaku baik bagi Al Qaida maupun bagi ETA, sebab ETA sudah lama kehilangan citranya sebagai gerakan kemerdekaan. Dan atas nama siapa para teroris melakukan serangannya?

Spekulasi mengenai siapa yang mendalangi serangan di Madrid masih terus merebak. Bagi harian Prancis Libération, dahsyatnya serangan teror di Madrid tidak sesuai dengan modus operandi yang selama ini dipraktekkan oleh ETA. Komentar harian ini:

Sebelum jelas siapa yang bertanggung jawab untuk serangan itu, dapat dipastikan, serangan berdarah di Madrid dapat membuat semakin populer pihak-pihak yang bertekad untuk memerangi terorisme.

Juga disebut-sebut kemungkinan Al Qaida terlibat dalam serangan di Madrid. Menurut harian Belanda de Volkskrant , Al Qaida sementara ini telah menetapkan norma-norma bagi aksi teror. De Volkskrant menulis:

Sejak 11 September 2001 kelompok-kelompok teror seperti ETA tidak lagi mendefinisikan wajah teror di dunia. Serangan kelompok Baskia dianggap tidak seberapa, bila dibandingkan dengan serangan di Riyadh, Casablanca, Istanbul atau Baghdad, dan tentu serangan 11 September itu sendiri. Untuk menarik perhatian dunia , aksi teror ETA , seperti pembunuhan terhadap seorang hakim atau pemboman hotel turis di daerah pantai yang diberitahukan sebelumnya, meskipun cukup keji, tidak ada artinya. Untuk meradikalisasi dan untuk merekrut para pengikut baru , dan agar mendapat nama sebagai gerakan teror di abad ke-21, serangannya harus lebih dahsyat dan keji. Itulah norma-norma yang telah ditetapkan oleh Al Qaida.