Kali ini yang diincar adalah sebuah konvoi militer yang mengangkut serdadu. Setidaknya 28 orang tewas. PM Recep Tayyip Erdogan bersumpah akan balas dendam.
Iklan
Teror kembali menyapa Turki. Setidaknya 28 orang tewas dan 61 lainnya luka-luka ketika sebuah bom mobil meledak di dekat konvoi militer di ibukota Ankara. Sebagian besar korban adalah serdadu.
Kesaksian penduduk menyebutkan ledakan bom terdengar di seluruh penjuru kota. Sejauh ini belum jelas siapa yang bertanggungjawab atas serangan tersebut. "Turki tidak akan segan menggunakan haknya untuk melindungi diri dimanapun dan kapanpun," tegas Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Militer meyakini serangan tersebut memang diarahkan untuk membunuh atau melukai tentara.
Aksi teror tersebut memaksa Perdana Menteri Ahmet Davutoglu membatalkan perjalanannya ke Brussels buat membahas masalah pengungsi. Pun kantor kepresidenan mengumkan Erdogan menangguhkan kunjungan kenegaraan ke Azerbaijan yang dijadwalkan Kamis ini (18/02).
Sementara itu media pro pemerintah, Yeni Safak, melaporkan penyidik berhasil mengidentifikasi salah seorang pelaku pembomban melalui sidik jari. Menurut harian konservatif tersebut, pelaku merupakan warga negara Suriah.
Kabar yang belum terverifikasi itu menyebut pelaku bernama Salih Necar yang menyelinap masuk ke Turki bersama arus pengungsi. Adapun mobil yang digunakan pelaku disewa dua pekan silam dari sebuah kota wisata Izmir.
Sebelumnya seorang perwira senior militer mengatakan pihaknya menemukan indikasi bahwa kelompok militan Kurdi PKK bertanggungjawab atas serangan tersebut. Sejak lima hari terakhir militer Turki melancarkan serangan besar terhadap pemberontak Kurdi yang bersembunyi di Suriah.
PKK yang awalnya berjuang demi kemerdekaan, kini menuntut otonomi yang lebih luas buat wilayah timur Turki yang bermayoritaskan suku Kurdi.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.