1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terorisme, Konferensi Anti Semitisme

29 April 2004

Gelombang ancaman dan serangan teror semakin meluas.

Kerusuhan di bagian selatan Thailand- Tentara didepan sebuah Masjid
Kerusuhan di bagian selatan Thailand- Tentara didepan sebuah MasjidFoto: AP

Tidak hanya di Irak, dimana pasukan pendudukan Amerika Serikat menghadapi perlawanan yang sengit, dari kelompok militan. Tapi juga ancaman dan serangan teror membayangi Yordania dan Suriah. Semakin menyebarnya ancaman dan serangan teror, dikaitkan dengan invasi Amerika Serikat di Irak, mendapat perhatian media Internasional. Masalah teror ini, akan kami ketengahkan sebagai tema pertama dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW. Dan tema yang kedua, konferensi anti semitisme yang diselenggarakan Organisasi Keamanan dan kerjasama Eropa OSCE di Berlin. Baiklah kita masuki tema pertama, terorisme. Harian Perancis LA FIGARO yang terbit di Paris menyoroti serangan teror di Ibukota Suriah Damaskus. Kami kutip:

Empat tahun setelah meninggalnya penguasa tunggal Suriah Hafes el Assad, mitos bahwa stabilitas dinegara itu tidak tergoyahkan, mengalami guncangan. Penyebabnya dilalaikannya keamanan dalam negari. Apa yang terjadi dipekan belakangan, dengan puncaknya, serangan teror hari Selasa lalu, meninggalkan keretakan dibenteng stabilitas Suriah. Tanpa diragukan lagi, yang bertanggung jawab di Damaskus, menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan memberikan reaksi politik yang diharapkan.

Mengenai serangan teror di Ibukota Suriah, Damaskus, harian Denmark POLITIKEN yang terbit di Kopenhagen berkomentar:

Teror adalah teror. Bila melihat bahwa penguasa di Damaskus selama bertahun-tahun melindungi terorisme internasional, maka tidaklah tepat bila rakyat Suriah menjadi sasaran serangan bom. Tapi bila serangannya sebagai dampak dan reaksi dari apa yang dilakukan penguasa Suriah, mungkin oleh beberapa pihak dapat dipahami . Suriah memerlukan pertumbuhan ekonomi, modernisasi serta meningkatkan hubungan dan keterbukaan terhadap dunia luar. Sekarang Presiden Baschir El Assad melihat aksi teror didepan matanya. Dimanapun terorisme harus dihadapi dengan tegas. Presiden El Assad harus melonggarkan genggaman kekuasaannya, dan membuka jalan bagi diciptakannya sebuah sistem yang baru.

Serangan teror di Ibukota Suriah Damaskus, masih merupakan teka teki. Tapi serangan teror tersebut, dinilai harian Rusia KOMMERSANT yang terbit di Moskow sebagai dapat memperbaiki reputasi Suriah. Selanjutnya kami baca:

Sejak lama Damaskus merupakan tempat pelarian berbagai kelompok militan dan organisasi teror. Kenyataan itu membuat Amerika Serikat mencantumkan Suriah kedalam daftar negara yang melindungi terorisme. Ketika pemerintah Amerika Serikat mencanangkan perang terhadap terorisme Internasional, dan kemudian menduduki Irak, Suriah menjadi gugup dan cemas. Serangan bom di Damaskus, bagi Suriah seolah sebagai suatu penghapusan dosa. Suriah menjadi korban terorisme Internasional, dan saatnya bergabung dengan koalisi anti teror.

Dengan semakin meningkatnya ancaman dan serangan teror, harian Perancis LA CROIX menurunkan ulasannya yang berjudul " dimana pemadam kebakaran bagi planet bumi?". Kami kutip:

Sejak serangan teror tanggal 11 Septeber 2001, dan juga sejak berkobarnya perlawanan Intifada kedua yang dilancarkan warga Palestina , aksi teror merupakan bagian dari kelompok monoritas yang radikal. Setahun setelah disingkirkannya kekuasaan Presiden Saddam Hussein, yang disebutkan sebagai langkah untuk meredam teror, malah yang terjadi sebaliknya. Aksi teror semakin meluas dan menyebar. Kesepakatan baru-baru ini, antara Presiden Amerika Serikat George W Bush dan Perdana Menteri Israel Ariel Scharon, semakin menambah bahan penyulut tindak kekerasan. Dimana pemadam kebakaran untuk planet bumi ini?.

Harian Italia IL MESSAGGERO yang terbit di Roma, menyoroti bentrokan berdarah antara aparat keamanan Thailand dengan kelompok militan Islam dibagian selatan negara itu. Siapa yang berada dibalik bentrokan tersebut? Selanjutnya kami baca:

Sejak tahun belakangan dilaporkan meningkatnya kehadiran kelompok militan Islam di Thailand. Diduga mereka terkait dengan kelompok El-Khaida pimpinan Osama bin Laden. Mereka terdiri dari anak-anak muda, terkoordinir dengan baik, serta dapat dikatakan tidak memiliki senjata. Sikap militannya didukung oleh keyakinan agama atau politik tertentu. Selain itu mereka dididik dan terlatih dengan baik. Siapa yang berada dibelakangnya?. Sampai sekarang tidak diketahui.

Tema terakhir dalam SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW, adalah konferensi anti semistisme, yang diselenggarakan di Berlin oleh Organisasi Kerjasama dan keamanan Eropa OSCE: Mengenainya berikut komentar harian Jerman HANDELSBLATT yang terbit di Düsseldorf. Kami kutip:

Siapa yang mempertanyakan taktik politik dan militer yang dijalankan Perdana Menteri Israel Ariel Scharon terhadap Palestina, tidak dapat secara otomatis disebut sebagai sikap anti semitisme. Kritik yang tajam mengenai hal itu, juga dilontarkan kelompok oposisi di Israel. Barangsiapa yang mendukung Scharon dengan mempergunakan isyu anti semitisme, maka ia akan terjebak kejalan yang sesat, karena melecehkan makna yang sesungguhnya dari anti semitisme.