Mereka yang tetap hidup setelah tersambar petir harus hadapi banyak masalah kesehatan berat. Peristiwa alam saat 100 juta Volt menerjang tubuh, bukan sekedar pengalaman tak terlupakan.
Iklan
Momen sambaran petir hanya berlangsung beberapa milidetik, jika menerjang tubuh manusia. Setelah itu segalanya berubah total. Saat fenomena terjadi temperatur bisa mencapai hingga 50.000 derajat Celcius. Itu sama panasnya seperti di permukaan matahari.
Jika petir menyambar dan gemuruh terdengar di langit, bagi banyak orang itu ibaratnya pertunjukan alam mengagumkan. Untuk sebagian orang itu menyulut panik, terutama bagi mereka yang pernah jadi korban sambaran petir.
"Mereka kerap menderita gangguan stres pasca trauma. Tersambar petir adalah peristiwa yang tidak pernah mereka duga," sehingga sepenuhnya mengubah hidup. Demikian dikatakan Profesor Berthold Schalke dari Klinik Neurologi Universitas Regensburg. Sejak beberapa tahun lalu, ia merawat korban sambaran petir.
Tubuh terbakar parah
Ia menjelaskan, aliran listrik tegangan tinggi dari petir bisa menyebar di permukaan tubuh. Itu menyebabkan luka bakar parah. Seorang pasiennya tersambar petir ketika mengenakan kalung emas. Akibat petir, kalung yang dikenakan sepenuhnya menguap dan meninggalkan luka bakar di kulitnya.
Kadar luka bakar sama seperti jika terkena uap panas. Shalke juga menjelaskan, kunci yang ditempatkan di saku baju juga bisa jadi potensi bahaya, karena bisa terbakar dan terbenam ke dalam kulit. Sebagian besar korban sambaran petir biasanya tewas.
Dampak Dahsyat Perubahan Iklim
Perubahan iklim akan membawa efek dahsyat bagi manusia penghuni Bumi. Penerbangan, pelayaran dan aktivitas sehari-hari terancam bahaya berbagai fenomena alam ekstrem dan dampaknya.
Foto: picture-alliance/dpa
Badai dan Petir Makin Intensif
Energi panas beraksi seperti bahan bakar bagi awan badai. Jika temperatur global terus naik, aktivitas badai dan petir akan makin intensif. warga di kawasan badai akan makin menderita. Jumlah kebakaran hutan akibat sambaran petir akan meningkat. Petir ciptakan gas rumah kaca NOx di atmosfir yang secara tak langsung meregulasi gas rumah kaca lainnya, seperti ozon dan methana.
Foto: picture-alliance/dpa
Gunung Es Sumbat Samudra
Gletser di Greenland lumer dan pecah menjadi bongkahan gunung es yang mengapung di samudra Atlantik Utara. Lembaga maritim internasional melaporkan, bulan April 2017 tercatat 400 bongkahan gunung es menghalangi jalur pelayaran. Naiknya temperatur memicu makin banyak gunjung es pecah dan mengapung ke laut terbuka.
Foto: Getty Images/J. Raedle
Aktivitas Vulkanik Meningkat
Sepertinya tidak ada korelasi antara perubahan iklim dengan naiknya aktivitas gunung api. Nyatanya Bumi memiliki dinamika yang sulit diprediksi. Contohnya di Islandia, gunung api dan gletser sudah ko-eksis puluhan ribu tahun. Saat lapisan es setebal 2 km mencair, tekanan terhadap kerak Bumi berkurang dan akibatnya aktivitas vulkanisme dan magmatisme meningkat tajam.
Foto: Getty Images/S. Crespo
Gurun Makin Gersang dan Meluas
Gurun pasir sebetulnya penuh dengan kehidupan. Baik di tingkat bakteria maupun flora dan fauna khas. Tapi jika suhu terus naik, koloni bakteri akan musnah, dan juga flora dan fauna gurun mati. Akibatnya gurun makin gampang dilanda erosi dan terus meluas.
Foto: picture-alliance/Zuma Press/B. Wick
Turbulensi Udara Makin Hebat
Perubahan iklim akibat aktivitas manusia juga memiliki kaitan dengan makin hebatnya turbulensi udara di atmosfir. Penelitian yang dilakukan Universitas Reading, Inggris meenunjukkan, jika kadar karbon dioksida meningkat dua kali lipat, kasus turbulensi udara di jalur penerbangan akan naik sekitar 150 persen. Ini berarti ancaman risiko penerbangan juga meningkat.
Foto: Colourbox/M. Gann
Laut Jadi Keruh dan Pekat
Akibat perubahan iklim, curah hujan meningkat, dan sungai-sungai yang bermuara ke laut makin banyak membawa sedimen lumpur. Laut jadi keruh dan gelap. Fenomena ini sudah diamati terjadi di pesisir Norwegia. Dampaknya banyak flora dan fauna laut tidak lagi mendapat cahaya matahari dan mati.
Foto: imago/OceanPhoto
Manusia Jadi Lebih Mudah Stres
Situasi perasaan manusia juga amat peka terhadap perubahan iklim. Para hali psikologi sosial sejak lama mengamati fenomena makin hangatnya iklim dengan naiknya perilaku impulsiv dan aksi kekerasan. Terutama di negara kawasan khatulistiwa diamati orang makin mudah stres. Juga pemanasan global bisa memicu konflik global, akibat perebutan sumber daya alam seperti air dan bahan pangan.
Foto: Fotolia/Nicole Effinger
Kasus Alergi Makin Parah
Makin hangat Bumi, di belahan Bumi utara musim semi datang lebih cepat dan musim panas tambah panjang. Dampaknya tanaman pemicu alergi makin panjang masa berbunganya. Penghitungan volume serbuk sari pemicu alergi diramalkan naik 2 kali lipat dalam tiga dekade mendatang. Artinya musim alergi juga tambah panjang dan penderitaan penderitanya makin parah.
Foto: imago/Science Photo Library
Hewan Lakukan Evolusi Jadi Kerdil
Hewan kecil, terutama mamalia, populasinya akan berkembang biak dengan cepat. Inilah respons evolusi yang lazim yang terlihat dalam beberapa periode pemanasan global jutaan tahun silam. Di zaman Paleocen hingga Eocen sekitar 50 juta tahun silam, saat suhu Bumi naik sampai 8 derajat Celsius, hampir semua mamalia "mengkerdilkan" diri untuk beradaptasi.
Foto: Fotolia/khmel
Penyebaran Benih Tanaman Terhambat
Yang juga sering diremehkan terkait efek pemanasan global, adalah perilaku serangga, misalnya semut. Riset Harvard Forrest di Massachusetts menunjukkan, semut yang berperan dalam penyebaran benih tanaman, memilih tidak beraktivitas jika suhu naik. Juga kegiatan koloni melakukan sirkulasi nutrisi pada tanah berhenti. Semut akan aktiv lagi jika suhu kembali normal. Editor:Ineke Mules(as/ap)
Foto: CC BY-SA 4.0/Hans Hillewaert
10 foto1 | 10
"Berbagai faktor menentukan, apakah aliran listrik hanya menyebar di permukaan kulit, atau mengalir ke dalam tubuh," demikian papar Thomas Raphael dari Ikatan Teknik Elektro, Elektronik dan Teknik Informasi (VDE).
Listrik bisa memasuki tubuh melalui kepala. Listrik mencari jalan, misalnya lewat telinga, lubang hidung, mulut dan mata. Dari sana listrik mengalir ke tulang belakang. "Ada juga korban sambaran petir yang langsung terjatuh, dan jantungnya berhenti berdetak", ujar Berthold Shalke. Ahli syaraf itu percanya, banyak korban yang sebenarnya bisa tertolong jika segera mendapat pertolongan.
Kerusakan tidak segera terlihat
banyak organ tubuh manusia berfungsi dengan impuls listrik, misalnya otot atau syaraf di otak. Listrik dari sambaran petir menyebabkan semua sinyal listrik di tubuh kacau balau. Jika menyerang otot, berarti orang itu tidak dapat mengendalikan lagi ototnya atau lumpuh.
Beberapa korban sambaran petir terlempar beberapa meter dari lokasi mereka sebelumnya. Menurut Shalke, itu disebabkan kontraksi otot yang sama sekali tidak bisa dikendalikan manusia.
Sambaran petir bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf, dan baru terlihat lama setelah peristiwa berlalu. "Jaringan syaraf halus yang bertanggungjawab untuk merasakan suhu dan merasakan sakit biasanya rusak," papar Profesor Berthold Shalke.
Petir dan Geledek, Antara Fenomena Alam hingga Insiprasi Seni
Kilat, Geledek atau Petir: Beragam nama disematkan pada fenomena alam yang, kendati berdaya rusak tinggi, namun menyimpan estetika dan kecantikan tiada banding.
Foto: picture-alliance/dpa
Nadi Langit
Ketika petir menggelegar di langit, maka bumi menerima energi dalam jumlah besar. Sebuah petir bisa berkekuatan hingga 500 juta Volt. Di kawasan seluas Jerman misalnya, petir bisa menyambar sebanyak dua juta kali dalam setahun. Sebagian besar petir tidak menghujam bumi, melainkan berkelana dari awan ke awan.
Foto: picture-alliance/dpa
Sangkar Faraday
Pria ini tidak sedang terancam karena jubah logam melindunginya dari sengatan petir. Prinsip yang disebut dengan "Sangkar Faraday" ini menghantarkan muatan listrik yang berbahaya ke luar. Fungsi serupa juga dimiliki oleh mobil atau pesawat terbang.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengalirkan ke Bumi
Sebuah petir selalu membidik tempat tertinggi. Tidak satupun bangunan tinggi yang dibangun tanpa penangkal petir di pucuknya. Tongkat logam itu berfungsi mengalirkan tegangan listrik ke tanah. Adalah sosok Benjamin Franklin, bapak kemerdekaan Amerika Serikat, yang menemukan penangkap petir tahun 1752.
Foto: picture-alliance/dpa
Fenomena Alam Berdaya Rusak Tinggi
Betapa petir bisa menyebabkan kerusakan, bisa dilihat di Jerman. Menurut asosiasi asuransi Jerman, tahun 2013 silam kerugian akibat petir mencapai 280 juta Euro. Kebanyakan akibat tegangan tinggi, ketika petir menyambar dan mengalirkan tegangan ke dalam jaringan listrik umum, lalu merusak perlengkapan elektronik di rumah. Sebab itu pula orang terbiasa mencabut kabel ketika hujan atau badai.
Foto: picture-alliance/dpa
Mitos Bola Petir
Perlu diketahui, yang tampak pada gambar ini bukan bola petir. Tapi kendati belum ada satupun bukti berupa foto, bola petir adalah fenomena alam yang benar-benar ada. Fenomena itu adalah bentuk cahaya yang berwarna dan berbentuk bola. Ilmuwan pernah membuktikan keberadaannya dengan membuat bola petir di dalam laboraturium.
Foto: picture-alliance/dpa
Antara Kekaguman dan Rasa Takut
Sebagian menyimak kagum ketika kilat menyambar-nyambar di langit. Sejak ribuan tahun, pertunjukan alam itu telah memesona manusia. Tapi ada juga yang merasa sebaliknya. Sejak beberapa dekade, dunia medis mengenal istilah Astrafobia, yakni ketakutan berlebihan terhadap kilat dan guntur.
Foto: picture-alliance/dpa
Sumber Inspirasi
Kendati berdaya rusak besar, petir memiliki kecantikan tersendiri yang dimanfaatkan sejumlah seniman seperti "Lords of Lightning" pada setiap pertunjukannya. Estetika petir dan kekuatan alam juga digunakan oleh ikon seni Land Art, Walter de Maria. Karyanya, "Lightning Field" di New Mexico mengubah lahan luas yang dipenuhi tongkat logam menjadi instalasi hidup ketika petir menyambar.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Akibat kerusakan di otak, gangguan kepribadian juga bisa timbul. Orang mungkin tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, atau sulit mengingat sesuatu. Dan itu berdampak pada kemampuan untuk bekerja. Dari segi neuropsikologi, biasanya korban sambaran petir yang selamat tidak bisa berprestasi seperti sebelumnya.
Langkah tepat jika cuaca buruk datang
Kadang petir tidak langsung menyambar orang, mungkin menyambar pohon di dekatnya, kemudian menjalar ke orang, baru mengalir ke tanah. Ini biasanya terjadi jika orang berada di dekat pepohonan.
Pakar perlindungan terhadap sambaran petir, Thomas Raphael dari VDE mengatakan, saran utama adalah: Tidak berada di udara terbuka. Paling baik jika berlindung di bangunan yang punya sistem perlindungan terhadap petir. Jika bangunan tidak punya sistem itu, setidaknya harus terbuat dari batu."
Mobil adalah tempat berlindung yang aman. "Mobil adalah pembungkus dari kaleng, berfungsi sebagai konduktor dan pelindung." Demikian Raphael. Jika berada di udara terbuka, sebaiknya berjongkok. "Karena kilat ingin masuk ke tanah, tapi ia tidak segera menghilang ke dalam tanah, melainkan menyebar ke dalam dan ke sekeliling lokasi sambaran terlebih dahulu." Raphael menambahkan, jika orang melangkah, listrik akan semakin menyebar ke seluruh tubuh.
Sebaiknya mulai bersiap jika melihat kilat dari jarak jauh. Raphael menjelaskan; "Begitu melihat kilat, langsung mulai menghitung sampai guntur terdengar. Kemudian angka itu dibagi tiga. Dan hasilnya adalah jarak kira-kira petir dalam kilometer ke posisi kita." Jika antara kilat dan guntur kurang dari 10 detik, risiko tersambar petir sangat tinggi.
"Di Jerman per tahun rata-rata terjadi lima kasus kematian akibat sambaran petir", demikian Raphael. Dampaknya sulit diteliti, karena jarang terjadi. Menemukan cukup banyak korban selamat tetap hidup, untuk melakukan studi sangat sulit, jelas Raphael. Dokter juga tidak banyak yang kenal fenomena ini.
Penulis: Gudrun Heise (ml/as)
Saat Nyawa Bergantung Pada Perkiraan Cuaca
Perubahan iklim membuat perkiraan cuaca menjadi urusan antara hidup dan mati. Untungnya kini ilmuwan mampu memprediksi cuaca ekstrim dengan lebih akurat.
Foto: Reuters/NOAA
Perkiraan Tujuh Hari
Perkiraan cuaca belakangan semakin akurat. Ketika 40 tahun lalu meteorologis hanya mampu memprediksi perubahan cuaca selama tiga hari, kini ilmuwan bisa membuat perkiraan untuk 10 hari, bahkan 30 hari. Perkiraan cuaca jangka panjang terutama krusial untuk sektor pertanian agar dapat mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrim.
Foto: Getty Images/S. Keith
Model Matematika
Memprediksi perubahan cuaca mustahil tanpa bantuan komputer super yang berfungsi dengan mengandalkan model matematika rumit dan kondisi cuaca aktual. Sejumlah perkiraan bahkan melibatkan data cuaca di 900 juta lokasi di Bumi. Untuk itu ilmuwan membagi Bumi dalam garis bantu yang masing-masing berjarak 9 kilometer.
Foto: ECMWF
Data Lintas Negara
Pada 1975 sejumlah negara Eropa sepakat berbagi data cuaca untuk memperbaiki hasil prediksi. Kini sebanyak 22 negara bergabung dalam European Centre for Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) yang melibatkan 12 negara mitra dan beberapa komputer super paling modern di dunia.
Foto: ECMWF
Kekayaan Data Pertajam Akurasi
Sekitar satu setengah tahun silam ECMWF memperluas model cuaca. Jika tadinya simulasi cuaca berbasis prediksi atmosferik, kini ECMWF menambahkan sejumlah elemen baru seperti data samudera dan tanah. Perubahan iklim ikut mengubah pola prediksi cuca karena harus melibatkan lebih banyak data. Meski begitu ilmuwan hingga kini belum mampu menemukan korelasi antara pemanasan global dan cuaca ekstrim.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Katic
Prediksi Hidup atau Mati
Betapapun juga ilmuwan tetap meyakini perubahan iklim memperparah cuaca ekstrim. Gelombang panas kian mengganas, topan dan badai menguat dan banjir kian sulit diprediksi. Kini perkiraan cuaca lebih penting karena menyangkut keselamatan nyawa. Jika prediksi bisa dibuat lebih akurat dan cepat, penduduk juga punya waktu lebih banyak buat bersiap-siap.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Kakade
Ancaman Tanpa Prediksi
Meski semakin sering, guntur dan kilat termasuk fenomena yang paling sulit untuk diprediksi. Adalah hal yang mustahil untuk memperkirakan lokasi sambaran kilat. Namun begitu ECMWF saat ini sedang mengembangkan metode analisa agar bisa memprediksi lokasi sambaran kilat dalam radius 50 kilometer.
Foto: picture-alliance/dpa
Waktu yang Berharga
Secara umum perkiraan cuaca akan terus membaik. Pada 2025 ilmuwan meyakini akan mampu memprediksi perubahan cuaca dalam 10 hari ke depan, bukan hanya 7 hari saja. Hal itu berarti penduduk memiliki waktu tiga hari lebih lama buat mempersiapkan diri menghadapi badai atau cuaca ekstrim lainnya. (Lisa Hänel/rzn/ap)