Model Berhijab Mundur dari L'Oreal Karena Cuitan Anti-Israel
23 Januari 2018
Amena Khan, model berhijab asal Inggris harus mundur dari kampanye iklan L’oreal karena pernah mencuit komentar yang dicap anti-Israel. Amena adalah model berhijab pertama yang pernah muncul pada iklan 'mainstream'.
Foto: picture-alliance/dpa/F.Prioreau Composite Shot/L’Oréal and The Prince's Trust - All Worth It
Iklan
Amena Khan baru saja seminggu lalu terpilih sebagai salah satu model yang mewakili kampanye yang sedang diusung L’Oreal di Inggris. Ketika itu, Amena digadang-gadang sebagai perempuan berhijab pertama yang terpilih untuk tampil pada iklan mainstream yang ‘menjual‘ sampo. Kala itu, model yang pamor sebagai blogger itu, merasa memiliki pandangan yang sejalan dengan tema kampanye perusahaan perancis tersebut yakni: “All Worth It”, semua berharga.
Namun, baru saja iklan tersebut dirilis, Amena mengundurkan diri karena cuitan yang pernah dirilisnya pada tahun 2014. Model dan pemain film berlatar belakang Pakistan Kanada itu juga menyebutkan pada akun Instagramnya bahwa alasan ia memutuskan mundur dari kampanye tersebut “karena pembicaraan mengenai perbuatan saya itu telah mengalihkan perhatian dari pesan positif dan inklusif yang seharusnya tercipta."
Lahir di Kamp Pengungsi, Jadi Ratu Fesyen
Halima Aden, model Somalia-Amerika berhijab ini jadi pusat perhatian mode tahun 2017. Ia menjadi kontestan pertama yang mengenakan jilbab dalam kontes kecantikan Miss Minnesota, Amerika Serikat.
Foto: Reuters/B. McDermid
Mendadak jadi pusat perhatian
Halima Aden, model Somalia-Amerika, jadi pusat perhatian dunia mode tahun 2017. Aden yang belum genap berusia 20 tahun memulai debutnya di ‘catwalk‘ tahun 2017 dalam acara Kanye West's Yeezy di New York. Ia mengenakan jilbab di atas catwalk.
Foto: Reuters/B. McDermid
Gemilang di panggung kota mode
Dalam pagelaran fesyen Max Mara di Milan, ia mengenakan setelan dari desainer Alberta Ferretti memamerkan mantel dari kulit unta yang klasik yang dipadupadankan dengan jilbab wol halus. Sebuah judul di Instagram Ferretti tertulis: “Merangkul budaya dan keragaman untuk mematahkan norma dan mengubah pemikiran mode modern bersama Halima Aden."
Foto: Getty Images/AFP/M. Medina
Lahir di kamp pengungsian
Aden, lahir di Kakuma, sebuah kamp pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kenya. Ia datang ke Amerika Serikat pada usia tujuh tahun bersama keluarganya, yang awalnya menetap di St. Louis, Missouri. Ia jadi berita utama tahun 2016 saat dia menjadi kontestan Miss Minnesota pertama yang mengenakan jilbab.
Foto: Imago
Selalu ingat masa lalu
Dia mengingat hidupnya di kamp pengungsian: "Orang-orang yang berbeda, pengungsi yang berbeda dari seluruh Afrika berkumpul di Kakuma. Namun kita masih menemukan kesamaan."
Foto: Reuters/B. McDermid
Dikontrak agen mode dunia
Sementara Kanye West's Yeezy di New York adalah panggung fesyen pertamanya, penampilannya di Milan mungkin lebih penting karena Alberta Ferretti dan Max Mara mewakili ikon mode dunia. Aden bergabung dengan agen model IMG. "Sebagai Muslim, kita membutuhkan lebih banyak cerita positif," kata Aden tentang keberhasilannya.
Foto: Reuters/B. McDermid
Merasa nyaman
Menurut Aden, mengenakan busana muslim membuatnya merasa sangat nyaman dan menjadi diri sendiri. Beberapa pasangan orang tua dari agama lain mengucapkan kepadanya: "Saya ingin anak perempuan saya yang berusia tujuh tahun mengetahui bahwa tidak harus setengah telanjang untuk menjadi cantik."
Foto: Reuters/B. McDermid
Menjadi yang pertama
Langkah berani Aden dalam melambungkan karirnya ke tingkat yang lebih tinggi yang melibatkan banyak pengalaman "pertama", termasuk menjadi hijabi pertama yang ditandatangani oleh agen pemodelan besar. "Saya memakai jilbab setiap hari," kata Aden.
Foto: Reuters/B. McDermid
Jadi model sampul majalah dunia
Setelah pernah menjadi hijabi pertama yang tampil di sampul majalah Vogue, Halima Aden dipercaya menjadi model untuk Allure, dimana wajah Halima Aden terlihat di sampul majalah Allure edisi Juli 2017. (ap/ml, dari berbagai sumber)
Foto: Reuters/B. McDermid
8 foto1 | 8
Dalam pernyataan yang sama, Amena juga meminta maaf karena cuitannya pada tahun 2014 itu dianggap tak sejalan dengan pesan kampanye yang menampilkan keanekaragaman jenis rambut dan warna kulit tersebut. "Saya sangat menyesal atas cuitan di Twitter yang saya buat tahun 2014, dan dengan tulus meminta maaf atas kerugian yang ditimbulkan,” demikian ia tuliskan di laman Twitternya pada Senin (22/01).
Cuitan Amena menjadi kontroversial karena komentarnya dicap sebagai “anti-Israel.”Cuitan yang telah dihapus dari laman sosial tersebut ramai dibahas di publik, tak lama setelah Amena mengatakan kepada ‘Newsbeat” bahwa dia senang menjadi wanita berhijab pertama yang menjadi bagian dari iklan penting.
Promosi keragaman gagal dalam kemasan sampo
Perusahaan kosmetik raksasa asal Perancis itu menyebutkan bahwa mereka “menyetujui“ keputusan Amena. “Kami menghargai kenyataan bahwa Amena telah meminta maaf atas isi cuitannya dan atas reaksi yang mungkin timbul,“ demikian pernyataan L’Oreal keapada AFP.
Bukan kali pertama, iklan L’Oreal yang mempromosikan keragaman kandas di tengah jalan karena komentar yang disampaikan modelnya di media sosial menuai reaksi kontroversial. Musim panas tahun lalu, model transgender berkulit hitam asal Inggris, juga tersandung komentar yang ditulisnya di laman Facebook. Saat itu ia menuduh bahwa semua orang berkulit putih melakukan kekerasaan rasial.
Beginilah Pengusaha Yahudi Promosikan Zionisme di Palestina
Banyak iklan pengusaha Yahudi di Palestina tahun 1930an turut mempromosikan zionisme. Pameran foto di Museum Yahudi di Tefen, Israel, memperlihatkan beberapa iklan itu.
Foto: DW/Sarah Hofmann
Impian Negara Israel Merdeka
Tahun 1930, kawasan Palestina yang ketika itu masih mencakup wilayah Israel saat ini, berada di bawah kedaulatan Inggris. Para penguasaha Yahudi yang datang ke Palestina, tidak hanya mempromosikan produknya, melainkan juga menyebarkan gagasan zionisme, yaitu visi pembentukan Negara Israel Merdeka. Misalnya iklan-iklan rokok.
Foto: Alfons Himmelreich: Photographer on the Roof
Kedatangan para imigran Yahudi berbahasa Jerman
Fotografer Alfons Himmelreich lahir di München, Jerman. Tahun 1933, dia pindah ke Palestina-Inggris. Tahun 1942, dia membuka studio foto di Tel Aviv. Foto-foto yang ditampilkan di pameran foro Museum Tefen berasal dari buku Alfons Himmelreich: "Photographer on the Roof" (Juru Potret di Atap).
Foto: Alfons Himmelreich: Photographer on the Roof
Aliyah: imigrasi ke Palestina
Salah satu rokok yang dijajakan tahun 1930an bermerek: Aliyah. Ini adalah sebutan bagi kedatangan warga Yahudi ke tanah Palestina, yang mereka anggap sebagai Tanah Suci. Poster sebelah kiri menunjukkan kapal yang membawa para migran dari Eropa ke Tanah Suci. Iklan ini tidak hanya mempromosikan rokok, melainkan juga gagasan untuk berkumpul di Palestina dan mendirikan negara baru bagi kaum Yahudi.
Foto: DW/Sarah Hofmann
Tradisi minum kopi dari Eropa
Para migran Yahudi yang berasal dari Eropa mempertahankan kebiasaan mereka di negara asalnya, misalnya minum kopi. Karena itu, banyak rumah dan panrik kopi yang didirikan para migran, misalnya Landwer's Coffee (kanan) yang masih ada sampai sekarang di Tel Aviv.
Foto: DW/Sarah Hofmann
Sabun cuci dengan pesan khusus
Poster-poster iklan di atas adalah replika. Iklan di sebelah kiri dibuat sebelum Negara Israel didirikan. Karena itu disabunnya tertulis Palestina. Di bagian atas terlihat simbol menorah, yang kemudian menjadi simbol negara Israel.
Foto: DW/Sarah Hofmann
Jeruk Jaffa yang terkenal
Dua produk dari Palestina yang dikerjakan para migran Yahudi akhirnya terkenal sampai ke Eropa: minyak zaitun dan jeruk. Merek Jaffa berasal dari nama kota Arab Jaffa, yang sekarang berada di utara Tel Aviv da menjadi bahian dari Israel. Jeruk Jaffa kini menjadi salah satu komoditi ekspor utama Israel.
Foto: DW/Sarah Hofmann
Setiap anak Israel kenal ini
Inilah Bamba! Sekarang, snack rasa kacang ini ada dimana-mana di Israel. Hampir setiap anak Israel menyukai Bamba. Bahkan ada anekdot, warga Israel tidak ada yang menderita alergi kacang, karena sejak masa kecilnya mereka sudah makan Bamba. Produk ini pertama kali diperkenalkan oleh migran asal Jerman, Otte Wallish. (Teks: Sarah Judith Hofmann/hp/yf)