Militer Israel Akui Salah Lakukan Serangan Bom di Gaza
25 Desember 2019
Militer Israel mengatakan Selasa (24/12), serangan di Gaza bulan lalu yang menewaskan 9 orang termasuk anak-anak adalah sebuah kekhilafan. Pihak militer tidak menyangka ada warga sipil di gedung yang diserang.
Iklan
Serangan udara yang dilakukan Israel 14 November lalu di Jalur Gaza menargetkan rumah seorang komandan Jihad Islam, Rasmi Abu Malhous, kata militer Israel. Dia dan delapan anggota keluarganya terbunuh dalam serangan itu, termasuk lima anak-anak.
Militer mengatakan bahwa informasi intelijen yang dikumpulkan sebelum serangan itu mengindikasikan bahwa tempat itu "digunakan sebagai kompleks militer organisasi teror Jihad Islam".
Karena itu militer Israel menyimpulkan bahwa "warga sipil tidak punya akses ke sana" dan karena itu serangan "tidak akan mengorbankan warga sipil".
Namun penyelidikan yang kemudian dilakukan setelah serangan itu menemukan "bahwa meskipun kegiatan militer dilakukan di markas tersebut, itu bukan kompleks tertutup, dan pada kenyataannya warga sipil ada di sana," demikian disebutkan.
Militer Israel mengatakan pihaknya "akan belajar dari kesalahan" itu untuk mengurangi "terulangnya kejadian tidak teratur yang serupa."
"Secara keseluruhan sukses"
Militer mengatakan bahwa mereka telah melakukan "upaya besar ... untuk mengurangi kerusakan pada non-kombatan".
Laporan militer juga turut menyalahkan Jihad Islam karena mengeksploitasi dan membahayakan non-kombatan "dengan menempatkan aset militernya di jantung populasi sipil, dan dengan sengaja beraksi dari dalam wilayah sipil yang padat penduduk."
Gejolak tiga hari bulan yang lalu dimulai ketika Israel membunuh seorang pejabat senior Jihad Islam di Gaza pada 12 November. Kelompok militan itu lalu merespons dengan menembakkan lebih dari 450 roket ke Israel.
Militer Israel membalas dengan menyerang puluhan target di markas-markas kelompok militan.
Para pejabat Palestina mengatakan, seluruhnya ada 35 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 100 lainnya terluka pada insiden itu. Di pihak Israel tidak dilaporkan ada korban jiwa.
Dalam pernyataan hari Selasa (24/12), militer Israel mengatakan bahwa operasi November secara keseluruhan sukses, dan memberikan pukulan pada Jihad Islam serta meningkatkan keamanan warga sipil di Israel.
Kesaksian Serdadu Israel Tentang Pelanggaran HAM di Palestina
Organisasi HAM Israel, Breaking the Silence mengumpulkan kesaksian serdadu tentang berbagai insiden dan pelanggaran HAM di Palestina. Testimoni mereka mengungkap tindak tanduk militer yang semakin menyulut kebencian.
Foto: Reuters
Nyanyian Senyap Para Serdadu
Israel kerap mengklaim militernya adalah yang paling bermoral di seluruh dunia. Namun kesaksian sejumlah serdadu membuktikan sebaliknya. Testimoni berikut diambil secara anonim tanpa menyebutkan identitas. Hampir semua pelanggaran yang dicatat oleh organisasi Breaking the Silence tidak pernah menyentuh meja pengadilan.
Foto: Breaking the Silence
Darah Menjamin Pangkat
Seorang serdadu berpangkat sersan berkisah, ketika baru ditempatkan dalam unit patroli di tepi barat ia mendapat arahan dari seorang komandan berpangkat mayor jendral, "pangkatmu tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang kamu tangkap, tetapi seberapa banyak kau membunuh." Menurutnya hampir semua perwira tinggi di militer Israel meniti karir dengan cara serupa.
Foto: Reuters
Tameng Manusia
Seorang kapten dilaporkan mengikat seorang lelaki Palestina di kap mesin mobilnya untuk mencegah warga melemparkan batu ke arah konvoi tentara di sebuah desa di Bethlehem. Kesaksian tersebut dibuat oleh seorang serdadu berpangkat letnan. Kapten yang sama juga diklaim pernah memancing amarah warga desa Takoa di Tepi Barat agar "bisa menembaki kaki anak-anak dan remaja Palestina" yang melempar batu.
Foto: Getty Images/AFP/J. Ashtiyeh
Aksi Beringas Pemukim Yahudi
Seorang sersan di Brigade Nahal bercerita suatu hari ia mendapati seorang bocah perempuan Palestina dengan luka lebar di kepala. Ia dilempar batu oleh bocah Israel di desanya di Hebron. Menurutnya, bocah di pemukiman Yahudi justru mendapat pujian oleh orangtuanya jika melukai warga Palestina. Tindak kriminal semacam itu jarang ditindaklanjuti oleh kepolisian dan cendrung dilindungi oleh militer.
Foto: Reuters
Korban Sipil
Pertengahan 2014 militer Israel mendapat informasi pertemuan petinggi Hamas di sebuah rumah bertingkat di Khirbet Khuza’a, Jalur Gaza. Ketika pasukan pengintai mengkonfirmasikan target, angkatan udara Israel langsung menghancurkan gedung tersebut dengan bom. Warga sipil yang berada di dalam gedung cuma diberi waktu satu menit untuk melarikan diri. Tidak ada yang selamat dalam serangan tersebut.
Foto: Reuters
Tubuh Berceceran di Tembok
Seorang sersan di Brigade Givati bercerita tentang operasi penggerebekan sebuah rumah di Jalur Gaza. Ketika pintu rumah tidak dibuka, mereka lalu memasang bom jenis Fox di gagang pintu. Pada saat bom meledak, penghuninya yang seorang ibu baru hendak membuka pintu. Anak-anak melihat bagaimana tubuh ibunya berceceran di tembok rumah. Insiden tersebut kemudian dianggap "lucu" oleh seorang serdadu.
Foto: Reuters/M. Salem
Blokade Mengusir Bosan
Militer Israel sering memblokade pemukiman Palestina untuk alasan keamanan. Namun seorang serdadu berpangkat letnan berkisah bagaimana komandannya memblokir desa di dekat Qalqilya, Tepi Barat, cuma karena merasa bosan. "Tinggal kurung mereka. Anda menghancurkan mereka secara mental dan fisik. Mereka tidak bisa keluar dan tidak bisa bekerja," tuturnya mengutip ocehan sang komandan.
Foto: Reuters
Penggusuran Rumah Sipil
Setiap kali Hamas meluncurkan roket Qassam, militer Israel akan merangsek ke pemukiman Palestina di Jalur Gaza dengan buldoser. Mereka bertugas menggusur rumah penduduk tak berdosa untuk membuka zona pengaman. Adalah serdadu berpangkat rendah seperti letnan yang memutuskan rumah siapa yang harus dirobohkan. Penghuninya diusir tanpa uang ganti rugi.
Foto: Reuters
Salah Target
Sebuah operasi pembunuhan terhadap target teroris yang dilakoni pasukan elit Israel, Unit Shaldag, di Jalur Gaza berujung petaka. Seorang serdadu berkisah mereka menembaki mobil yang salah dan membunuh tiga orang warga sipil Palestina. Militer Israel kemudian mengklaim operasi tersebut berhasil. Keesokan harinya media melaporkan tentara berhasil membunuh tiga teroris.
Foto: picture alliance / AP Photo
Penganiayaan Sipil
Seorang sersan berkisah tentang seorang komandan di batalyon 35 yang berpatroli di sebuah pasar di Hebron. Dia lalu mendatangi seorang pedagang Arab berusia tua, menyeretnya ke halaman belakang dan memukulinya hingga babak belur. Sersan yang sama bercerita tentang serdadu lain yang ditugaskan menggeledah sebuah rumah, memotret penghuni perempuan saat sedang telanjang.