Thailand mengeluarkan keputusan darurat yang membatasi transportasi dan publikasi "berita sensitif", serta memberikan wewenang kepada aparat untuk menyelesaikan "situasi darurat" setelah protes anti-pemerintah meningkat.
Iklan
Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha pada Kamis (15/10) telah menandatangani keputusan darurat yang melarang pertemuan publik lebih dari lima orang dan membatasi transportasi.
Keputusan darurat tersebut juga melarang penerbitan “berita sensitif” dan memberikan wewenang kepada kepolisian dan tentara untuk menyelesaikan “situasi darurat”.
Gerakan protes anti-pemerintah yang meningkat pada Rabu malam (14/10) disebut Prayuth sebagai “agresi yang mempengaruhi stabilitas negara”.
“Sangat penting untuk melakukan tindakan mendesak guna mengakhiri situasi ini segera dan secara efektif untuk menjaga perdamaian dan ketertiban,” katanya. Masih belum jelas sampai kapan keputusan darurat ini akan berlaku.
Kutipan alasan lain di balik diberlakukannya tindakan darurat itu adalah terhalangnya iring-iringan mobil kerajaan oleh para pengunjuk rasa pada Selasa (13/10).
Keputusan tersebut mulai berlaku pada hari Kamis (15/10) pukul 4 pagi , setelah aparat kepolisian menduduki jalan-jalan tempat pengunjuk rasa hadir. Pada saat itu, beberapa pengunjuk rasa telah bubar dan berencana berkumpul kembali pada sore hari di persimpangan komersial utama di Bangkok.
Setidaknya tiga pemimpin protes telah ditangkap oleh polisi, demikian menurut keterangan Pengacara HAM Thailand.
Ketika Jendral Rolex Sudutkan Junta Militer Thailand
Sebuah jam tangan mewah yang dikenakan petinggi junta militer Thailand memicu protes dan cemooh. Ulah Prawit Wongsuwan menempatkan pemerintahan militer dalam posisi pelik menyusul aksi protes yang belum reda.
Foto: Getty Images/AFP/L. Suwanrumpha
Foto Menjadi Petaka
Gambar kabinet baru junta militer Thailand yang diunggah akhir 2017 silam memicu hujan sumpah serapah. Pasalnya sosok kedua paling berkuasa, Prawit Wongsuwan, yang dalam gambar sedang menutup mata, tanpa sengaja menampilkan kekayaan berlimpah.
Foto: Getty Images/AFP/K.P. Na Sakolnakorn
Jam Seharga Mobil Mewah
Prahara berawal dari jam tangan yang dikenakan Prawit. Perhiasan merek Richard Mille asal Swiss itu dibanderol seharga hampir 1 milyar Rupiah. Tak pelak, cibiran dan cemoohan terhadap sang jendral memenuhi ruang publik Thailand.
Foto: Getty Images/AFP/K.P. Na Sakolnakorn
Harta di Pergelangan Tangan
Beberapa hari berselang pengguna media sosial Thailand membanjiri dunia maya dengan gambar meme, termasuk foto yang menampilkan Prawit mengenakan 24 jam tangan mewah dalam berbagai kesempatan yang nilainya ditaksir mencapai belasan milyar Rupiah.
Foto: abc.net.au
Gelombang Protes Landa Bangkok
Sejak kudeta militer 2014 silam, pemerintah junta Thailand banyak memberangus kebebasan berpendapat dan berkumpul. Meski begitu ribuan penduduk turun ke jalan untuk menentang korupsi di kalangan pejabat tinggi. "Jam tangan ini menunjukkan bahwa waktu buat pemerintah sudah berakhir," kata aktivis Ekachai Hongkangwan. Beberapa jam kemudian dia babak belur dipukuli sekelompok orang tak dikenal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Lalit
Seni Ganyang Korupsi
Olok-olokan terhadap Jendral Prawit tidak cuma muncul di dunia maya, tetapi juga hadir dalam bentuk seni jalanan di ibukota Bangkok. Gambar ini misalnya dibuat oleh seniman Thailand yang menamakan diri Headache Stencil. Setelah rumahnya disantroni polisi, dia memilih hidup bersembunyi.
Foto: Getty Images/AFP/L. Suwanrumpha
Kebangkitan Bintang Gemuk
Salah satu meme yang beredar pesat di internet adalah pelesetan poster film "Edge of Tomorrow" yang dibintangi Tom Cruise. Wajah Prawin dipasang pada poster dan diberi nama "Pom Cruise." Dalam bahasa Thailand, Pom artinya gemuk.
Foto: abc.net.au
Bola Panas buat Junta
Kasus Prawit menjadi bola panas buat junta militer Thailand, terutama karena bekas Jendral Prayuth Chan Ocha menjatuhkan pemerintahan sipil dengan dalih korupsi. Penanggulangan dan pencegahan korupsi juga dijadikan kebijakan prioritas pemerintahan junta militer.
Foto: Getty Images/AFP/P. Kittiwongsakul
Bersih Dosa Lewat KPK
Pada kasus Jendral Prawit, Komisi Anti Korupsi Thailand mengaku telah menggelar penyelidikan dan tidak menemukan kejanggalan. Prawit yang kini dikenal dengan sebutan "Jendral Rolex" itu mengklaim hanya meminjam jam tangan tersebut dan sudah dikembalikan kepada pemiliknya.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Sangnak
Militer di Bawah Cengkraman Rakyat
Tapi manuver pemerintah gagal meyakinkan penduduk. Sejak awal Februari sebuah petisi online untuk memaksa Prawit Wongsuwan mengundurkan diri telah ditandatangani oleh lebih dari 80.000 orang. Militer yang menghadapi pemilu dinilai cuma memiliki dua opsi, mengakui adanya budaya korupsi di kalangan petinggi militer atau tetap melindungi "Jendral Rolex" yang akan semakin memicu amarah penduduk
Foto: picture alliance / Pacific Press
9 foto1 | 9
Ribuan warga berunjuk rasa serukan reformasi
Sebelumnya pada Rabu (14/10), ribuan warga berunjuk rasa di Gedung Pemerintah untuk menuntut pengunduran diri Prayuth Chan-ocha, mantan panglima militer yang menjadi perdana menteri.
Iklan
Aksi protes terjadi saat peringatan pemberontakan mahsiswa pada 14 Oktober 1973 yang berujung pada penggulingan kediktatoran militer di Thailand.
Gerakan yang dipimpin para pemuda itu telah melakukan demontrasi sejak Juli lalu. Aksi protes dilakukan untuk mendorong perombakan pemerintah, konstitusi baru, dan diakhirinya pelecehan terhadap kritikus pemerintah.
Beberapa warga bahkan telah membuat seruan kontroversial untuk melakukan reformasi monarki, yang telah lama dianggap sebagai bagian keramat dari identitas Thailand.
Pada bulan lalu, puluhan ribu pengunjuk rasa pro-demokrasi muncul di Bangkok dan menggelar salah satu unjuk rasa terbesar di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Para aktivis berpendapat bahwa Perdana Menteri Prayuth, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada tahun 2014, memanipulasi pemilihan umum yang digelar tahun lalu guna memastikan militer tetap memegang kendali. Tuduhan tersebut dibantah oleh Prayuth.
Para pengunjuk rasa juga menyerukan pembatasan kekuasaan konstitusional raja, termasuk mengembalikan kendali yang dia ambil atas beberapa unit tentara. Namun, tuntutan publik ini direspons dengan reaksi keras pihak royalis.
Di bawah undang-undang pencemaran nama baik kerajaan Thailand, kritik terhadap monarki dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.