"They" Dinobatkan Jadi Kata Tahun Ini versi Merriam-Webster
11 Desember 2019
Kata "they" (mereka) makin populer digunakan sebagai kata ganti netral-gender bagi orang yang tidak jelas gendernya. Kamus AS Merriam-Webster mengatakan "they" adalah salah satu kata yang paling banyak dicari.
Kamus Merriam-Webster secara resmi memperluas definisi kata "they" pada bulan September lalu, dan mengatakan pencarian kata ini meningkat lebih dari 300% pada tahun ini.
Netral gender
Dalam sebuah pernyataan, Merriam-Webster meyebutkan bahwa kata "they" sekarang makin sering digunakan sebagai alternatif yang netral gender untuk "he" (dia, maskulin) atau "she" (dia, feminin). "They" juga digunakan lebih sering sebagai kata ganti singular sebagai "dia" dan bukan lagi hanya untuk bentuk plural sebagai "mereka".
Baik kamus bahasa Inggris Oxford dan situs Dictionary.com tahun lalu menerbitkan artikel online yang mengatakan bahwa penggunaan "they" dalam bentuk singular itu benar, secara tata bahasa, demikian ditulis kantor berita Reuters.
Bulan September lalu, bintang pop Inggris Sam Smith menyatakan dirinya sebagai non-biner dan minta dirujuk dengan kata ganti "they".
Gender neutral upbringing in Sweden
06:06
'Quid pro quo' dan 'impeach'
Kata-kata lain yang disebutkan Merriam-Webster sebagai kata-kata populer tahun 2019 adalah istilah yang sering muncul di panggung politik AS, yaitu "Quid pro quo" dan "impeach".
"Quid pro quo," frase dari bahasa Latin, berarti "sesuatu untuk sesuatu," sangat sering digunakan selama serangkaian dengar pendapat dalam kasus pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden AS Donald Trump.
Salah satu pertanyaan sentral dalam penyelidikan itu adalah, apakah Presiden Trump memang menjanjikan bantuan militer terhadap Ukraina,jika presiden Ukraina sebagai imbalannya meluncurkan penyelidikan terhadap saingan politiknya, yaitu keluarga Joe Biden.
"Impeach" juga menjadi salah satu kata utama pada 2019, setelah anggota parlemen AS dari Partai Demokrat mengumumkan akan mendorong penyelidikan pemakzulan terhadap Trump.
Hari Perempuan Internasional: Asia Tunjukkan Kemajuan Kesetaraan Gender
Terlepas dari banyaknya kemajuan di tahun-tahun terakhir, masih banyak perempuan Asia menderita diskriminasi. DW melihat harapan, namun juga masalah dari perempuan di banyak negara Asia.
Foto: NDR
Afghanistan
Perempuan di Afghanistan kini mengambil bagian untuk perubahan yang lebih baik setelah Amerika Serikat beserta koalisi meruntuhkan rezim Taliban pada 2001 lalu. Namun dari situasi terakhir yang memungkinkan diikutsertakannya Taliban kedalam pemerintahan berarti perempuan masih harus memperjuangkan hak-haknya akan pendidikan dan pekerjaan.
Foto: Getty Images/R. Conway
Iran
Kini Iran memiliki tim sepak bola perempuan. Namun perjuangan akan kebebasan dan pemberdayaan perempuan masih berlanjut. Nasreen Southoudeh, seorang pengacara yang membela aksi protes perempuan melawan kewajiban penggunaan hijab, baru-baru ini dijatuhkan hukuman lima tahun penjara.
Foto: Pana.ir
Pakistan
Uzma Nawaz (tengah) adalah mekanik mobil perempuan pertama di Pakistan. Negara di Asia Selatan ini perlahan memberikan kebebasan bagi perempuan. Di kota Karachi, para perempuan bahkan ikut serta dalam aksi #AuratAzadiMarch atau women`s march di Hari Perempuan Internasional tahun ini.
Foto: Getty Images/AFP/S.S. Mirza
India
Pengendara sepeda motor perempuan belakang menjadi tren di India. Terlepas dari kemajuan ini, perempuan masih sering menjadi korban perkosaan dan kekerasan seksual. Tahun lalu, beberapa perempuan di India menantang pelaku kekerasan terhadap mereka sebagai aksi kampanye #MeToo. Mereka mengeluhkan banyaknya pengaruh pria, juga pimpinan politik.
Foto: Imago/Hindustan Times
Sri Lanka
Di negara ini perempuan menikmati situasi kesetaraan gender yang cukup baik. Mereka bebas memilih untuk menempuh pendidikan lebih tinggi atau mulai bekerja, tentunya tergantung dari kondisi keuangan keluarga. Sri Lanka mungkin adalah satu-satunya negara di Asia Selatan dengan akses pendidikan dan kesehatan yang baik.
Foto: Imago/Photothek
Bangladesh
Sudah dua dekade ini rakyat Bangladesh memilih perempuan sebagai perdana menteri. Meski hak-hak perempuan makin mendapatkan tempatnya, namun perempuan masih kerap dipandang sebelah mata di tempat kerja, serta memiliki keterbatasan akses kesehatan dan pendidikan.
Foto: DW/M. M. Rahman
China
Perempuan di Cina diuntungkan dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam negeri. Tapi diskriminasi terhadap perempuan masih terus berlangsung. Bahkan hari ini, bias di masyarakat terhadap anak perempuan membuat rasio gender tidak seimbang. Perempuan masih memiliki akses terbatas untuk pendidikan dibanding laki-laki. (ga/hp)