''Belum Ada Bukti Indonesia Positif Virus Corona''
10 Februari 2020
Penelitian Harvard soal kemungkinan sistem kesehatan Indonesia tidak bisa mendeteksi virus corona dibantah oleh ahli dari Eijkman Institute. Menurutnya, Indonesia sudah memiliki alat deteksi berupa PCR dan sequencing.
Iklan
Laporan terbaru menyebutkan angka kematian akibat virus corona jenis baru (2019-nCov) di Cina, hingga Senin (10/02) telah melampaui 900 orang. Sementara jumlah pasien terinfeksi 2019-nCov secara global telah melebihi 40.000 kasus.
Angka kematian ini disebut telah melebihi korban meninggal akibat virus SARS yang juga mewabah pada tahun 2003. Kala itu, SARS menewaskan 774 orang di seluruh dunia.
Hingga berita ini diturunkan, Indonesia masih bebas dari virus corona. Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pengawasan dan deteksi virus corona.
WHO mengatakan Indonesia perlu meningkatkan persiapan menghadapi virus corona karena negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand telah mendeteksi virus tersebut di wilayah masing-masing. Dengan jumlah penduduk 270 juta orang, Indonesia belum melaporkan satu kasus pun terkait virus corona.
Mengikuti rekomendasi WHO
Sebelumnya, media Australia The Sydney Morning Herald pada Jumat (07/02), menyebutkan Indonesia belum mempunyai alat tes khusus yang diperlukan untuk mendeteksi kasus positif virus corona dengan cepat.
Indonesia disebut menggunakan ala tes pan-coronavirus yang bisa mengidentifikasi semua jenis virus dari keluarga corona, termasuk flu biasa, SARS dan MERS. Alat itu disebut memerlukan waktu hingga lima hari untuk memastikan apakah seseorang benar-benar positif mengidap virus corona jenis baru atau tidak.
Namun, kepada DW Indonesia, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio, mengatakan Indonesia memiliki dua alat pendeteksi virus corona.
“Segera setelah Sydney Morning Herald mempublikasikan itu, hari itu juga sebetulnya kita sudah punya sistem yang direkomendasikan oleh WHO yang one step saja dengan primer yang spefisik untuk virus corona wuhan,” ujar Amin.
Dua alat pendeteksi virus corona yang dimiliki Indonesia yaitu Polymerase Chain Reaction atau PCR dan sequencing. PCR berfungsi untuk melihat apakah keluarga dari virus corona terdapat dalam tubuh pasien, sementara sequencing untuk menentukan jenis virus corona, apakah misalnya SARS, MERS atau virus corona jenis baru dari Wuhan.
Penelitian Harvard khawatirkan virus corona tidak terdeteksi di Indonesia
Indonesia yang masih bebas dari virus corona juga membuat sejumlah ahli khawatir. Misalnya saja hasil penelitian ahli epidemiologi, Marc Lipsitch, dari Harvard TH Chan School of Public Health menyebutkan bahwa Indonesia melaporkan nol kasus terkait virus corona namun bisa saja sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tidak terdeteksi.
Lipsitch mengatakan sistem kesehatan di Indonesia dan Thailand mungkin tidak dapat mendeteksi virus corona asal Wuhan. Ia menyebut hal itu dapat menciptakan masalah lebih besar.
Seperti dilansir dari Kompas, Kepala Badan Litbang Kesehatan (Balitbankes) Kementerian Kesehatan, dr. Siswanto mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Harvard hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
''Kalau diprediksi harusnya ada enam kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita harus bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard), hanya prediksi saja,'' ujar Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/02).
Senada dengan Siswanto, Amin sepakat penelitian itu sifatnya prediksi dan dibuat berdasarkan permodelan dari dua faktor, yakni lalu lintas manusia dari Wuhan ke Indonesia dan kedekatan geografis Cina dengan Indonesia.
“Pada saat tulisan itu disiapkan kira-kira dua minggu lalu dan prediksi itu tentu saat ini sudah berubah lagi karena faktor yang dia pakai itu dinamis,” jelas Amin.
Penelitian Lipsitch tersebut dilakukan sebelum ada intervensi negara-negara untuk mencegah penyebaran virus corona, sehingga Amin menegaskan bahwa penelitian tersebut seharusnya sudah tidak relevan.
“Waktu itu penerbangan (dari dan ke Cina) tinggi. tapi sekarang sudah ditutup sudah distop tentu ceritanya akan beda lagi,” jelasnya.
Amin menegaskan sampai saat ini tidak melihat ada kelompok-kelompok pasien yang mengalami gejala penyakit serupa dan secara bersamaan. Balitbangkes yang mengeluarkan hasil pemeriksaan terhadap orang yang dicurigai terinfeksi penyakit corona juga tidak menemukan bukti tersebut.
''Jadi kita tidak bisa memaksakan diri untuk menyatakan positif, tidak ada buktinya juga kalau kita mau bilang sudah positif. Kita tidak bisa membuktikan,'' ujarnya.
238 WNI tidak lalui pemeriksaan tenggorokan
Sebelumnya, 238 WNI yang dipulangkan dari Wuhan dan tengah menjalani masa observasi di Natuna sejak 2 Februari 2020 disebut tidak menjalani tes swab atau usap tenggorokan. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran apakah Indonesia benar-benar teliti dalam mendeteksi virus corona.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Wiendra Waworuntu, menyebutkan pemeriksaan swab membutuhkan biaya besar. Sementara Amin juga membenarkan bahwa semua uji molekuler relatif mahal, tetapi itu bukan alasan mengapa WNI yang diobservasi tidak dilakukan pemeriksaan swab. Menurutnya, pemeriksaan swab dilakukan kepada mereka yang menunjukkan gejala penyakit.
“Pedoman WHO begitu, pedoman WHO adalah mereka yang keluar dari negara tertular dan tidak sakit maka yang harus dilakukan adalah observasi,” katanya.
Amin menambahkan bila tidak ada gejala, seperti timbul penyakit demam, batuk dan sebagainya, maka tidak ada alasan untuk diperiksa. WNI yang dipulangkan dari Wuhan dinyatakan dalam keadaan sehat dan hanya menunggu masa observasi sampai 14 hari.
Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia
Kurang dari sebulan, wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global. Lebih dari 50 juta warga Cina dikarantina, para ilmuwan masih berjuang temukan vaksin.
Foto: Reuters/Antara Foto
Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan
Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.
Foto: Imago Images/UPI Photo/S. Shaver
Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi
7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.
Foto: picture-alliance/BSIP/J. Cavallini
Kematian pertama di Cina
Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.
Foto: Reuters/Str
Virus sampai ke negara-negara tetangga
Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Menular dari manusia ke manusia
Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Foto: picture-alliance/YONHAPNEWS AGENCY
Jutaan orang dikarantina
Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.
Foto: AFP/STR
Virus corona capai Eropa!
Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.
Foto: Getty Images/X. Chu
Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang
Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mortagne
Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup
Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jerman laporkan kasus virus corona pertama
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia bebas virus corona
Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.
Foto: Ministry of Transportation/D. Pieterz-Kemenhub
Evakuasi internasional dimulai
Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.
Foto: imago images/Kyodo News
WHO keluarkan status darurat kesehatan global
30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/J.-C. Bott
Tim penjemput WNI diberangkatkan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.
Foto: Reuters/Antara/M. Iqbal
Kematian pertama di luar Cina
Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna
Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.
Foto: Reuters/Antara Foto
Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari
Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)