Salah satu akibat yang diderita orang setelah tertular COVID-19 adalah kehilangan kemampuan rasakan makanan. Tapi Jonas Wiloth melihat dampak positif juga ada.
Iklan
Jonas Wiloth senang makan pizza. Apalagi jika disantap bersama teman-temannya. Dia ingat baik malam di mana hidupnya serasa berubah seratus persen.
"Saat bersantap bersama, saya sadar, saya tidak merasakan apa-apa.” Awalnya ia pikir itu hanya akibat rempah-rempah yang salah, atau kokinya sedang tidak senang memasak. “Kemudian saya mengambil minuman, tapi dari minuman saya juga tidak merasakan apa-apa.” Hari berikutnya begitu pula. Akhirnya ia sadar ada yang tidak beres.
Tertular COVID-19
Maret 2020 Jonas pergi liburan di pegunungan. Ia dan beberapa temannya tertular virus COVID-19. Teman-temannya bebas dari simtom apapun setelah 14 hari. Tapi Jonas kehilangan kemampuan mencium dan merasakan makanan. Hingga hari ini.
Tapi Jonas tidak menjadikannya beban berat. Awalnya ia memang kecewa. Tapi ia sekarang sudah biasa hidup dengan perasaan itu. Apa kata keluarga dan teman-temannya?
"Awalnya sebagian besar dari mereka tidak percaya,” kata Jonas Wiloth. Tapi lama-kelamaan mereka sadar, memang kenyataannya begitu. Karena Jonas sekarang juga makan makanan yang sebelumnya ia tidak suka sama sekali. Misalnya sayuran Rosenkohl. “Jadinya semua orang sekarang percaya," ujarnya sambil tersenyum.
Iklan
Malah bisa kurangi bobot tubuh
Jonas bahkan bisa menemukan hal positif dari situasinya sekarang. Sebelum Corona ia sangat menyukai "junkfood". Hampir tiap hari ia makan sosis, pizza, dan makanan manis. Akibatnya, bobot tubuhnya di atas 100 kg.
Sekarang ia jauh lebih langsing. Bobot tubuhnya menurun 34 kg setelah kehilangan indra perasanya. Sekarang ia memperhatikan kesehatan dan mengkonsumsi makanan sehat. Sayur yang dulu tidak ia sukai, sekarang ia lahap tanpa masalah.
"Sekarang saya hampir tidak menyantap karbohidrat sama sekali. Melainkan banyak protein putih telur, daging ayam atau kalkun.“ Ia menambahkan, kalau mengkonsumsi karbohidrat, biasanya dalam bentuk beras, ditambah brokoli atau wortel, atau mentimun.
Itu jadi bahan pangan utamanya sejak pertengahan Maret. “Saya tidak makan pizza atau makanan berkadar lemak tinggi lainnya, karena tidak memuaskan pula."
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
Tapi kalau kentang goreng dia masih suka makan. Itu ada alasannya. Yaitu, kalau makan kentang goreng ia masih bisa mengingat rasanya. Makanan yang ia paling senang sekarang adalah Jalapeños. “Soalnya pedas, dan itu tetap bisa terasa walaupun yang lainnya tidak bisa saya rasakan lagi. Jadi saya suka."
Merasa tetap beruntung
Walaupun pernah tertular Corona, Jonas yang berprofesi sebagai tukang ledeng merasa tetap beruntung. Ia berkata, banyak orang lainnya, yang kesehatannya sangat terganggu setelah tertular COVID-19, dan karantina 14 hari.
“Ada yang kemampuan paru-parunya jadi terbatas, dan tidak bisa berolahraga lagi.“ Mereka tidak bisa menanggapi pengalaman tertular COVID-19 sebagai hal ringan, kata Jonas Wiloth. “Saya hanya kehilangan sedikit, sedangkan mereka kehilangan bagian besar dalam hidup mereka.“
Pada sebagian besar pasien, indra penciuman dan pengecap kembali setelah beberapa bulan. Kapan itu akan terjadi pada Jonas, tidak ada yang tahu. (ml/yp)