Tiga Menit Penentu Timnas Bangladesh Selamat dari Tragedi
15 Maret 2019
Timnas Kriket Bangladesh sedang berada di Christchurch untuk pertandingan uji coba. Mereka sedang menuju Masjid Al Noor untuk shalat Jumat, saat penembakan sedang berlangsung.
Iklan
Setidaknya 49 orang tewas dalam serangan terhadap dua masjid di Selandia Baru yang sedang menggelar shalat Jumat.
Timnas kriket dari Bangladesh yang sedang berada di Christchurch untuk melakukan pertandingan uji coba, hendak melakukan shalat Jumat bersama di Masjid Al Noor, lokasi serangan teror. Manajer tim Khaled Mashud bercerita bus yang membawa sebagian besar tim Bangladesh sudah dekat masjid tersebut ketika serangan mulai terjadi.
"Kami sangat dekat, kami bisa melihat masjid. Kami berada maksimum 50 meter jauhnya. Kami sangat beruntung," Mashud mengatakan kepada wartawan di Christchurch. "Jika kita berada di sana tiga hingga empat menit sebelumnya, kita akan berada di masjid, dan hal besar mungkin terjadi."
Islamofobia Picu Serangan Teror di Inggris
Seorang pria menabrak rombongan jemaah Shalat Tarawih di sebuah masjid di London. Tersangka pelaku dikabarkan sempat berteriak "Saya ingin membunuh Muslim!"
Foto: Getty Images/AFP/D. Leal-Olivas
Laporan Kecelakaan
Kepolisian Inggris mengaku awalnya mendapat laporan kecelakaan pada pukul 00:20 waktu setempat. Saksi mata mengabarkan sebuah mobil menabrak orang di area Finsbury Park.
Foto: picture-alliance/AA/T. Salci
Seorang Korban Jiwa, Belasan Luka-luka
Laporan tersebut ternyata serangan teror terhadap kaum muslim di London. Saksi mata mendengar tersangka pelaku berteriak "saya ingin membunuh muslim!" dan menggunakan mobilnya untuk menabrak rombongan jemaah yang baru menyelesaikan ibadah shalat Tarawih. Satu orang meninggal dunia. Sementara 10 lainnya dikabarkan mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/R. Carvalho
Tertangkap Warga
Pengemudi van yang diketahui berusia 48 tahun kemudian ditangkap oleh warga yang ada di sekitar. Saksi mata mengatakan beberapa korban terseret di bawah kendaraan hingga beberapa meter.
Foto: Getty Images/AFP/D. Leal-Olivas
Pendekatan Anti-Terorisme
Perdana Menteri Theresa May mengatakan kepolisian menyelidiki insiden tersebut sebagai "sebuah serangan teror." Sementara Walikota London Sadiq Khan mengatakan bahwa insiden itu adalah "serangan teroris yang mengerikan".
Foto: Reuters/N. Hall
Manifestasi Maut islamofobia
Tragedi di Finsbury Park menggerakkan sebagian warga lokal melakukan shalat di dekat lokasi kejadian. Dewan Muslim Inggris menyebut insiden tersebut sebagai "manifestasi paling mematikan" dari Islamofobia.
Foto: Reuters/Y. Mok
5 foto1 | 5
Mashud mengatakan sekitar 17 pemain dan staf tim Bangladesh di bus menyaksikan korban yang berlumuran darah keluar dari gedung. "Itu tampak seperti apa yang biasanya kita lihat di film. Dari bus kita melihat orang-orang berlumuran darah keluar dari masjid," katanya. "Kami berada di dalam bus sekitar delapan hingga 10 menit. Kami merunduk di dalam bus, jika ada tembakan (ke arah mereka). Kemudian kami menyadari bahwa teroris bisa keluar dan menyerang kami. Kemudian kami semua memutuskan untuk meninggalkan bus. "
Seorang reporter kriket asal Bangladesh memposting rekaman para pemain berjalan cepat dari tempat kejadian.
Juru bicara Dewan Kriket Bangladesh Jalal Yunus kemudian mengatakan tim "syok" tetapi tidak terluka dan telah diminta untuk tinggal di hotel tim.
Salah seorang pemain senior kriket Tamim Iqbal yang bersama timnas berada di Christchurch membenarkan bahwa kondisi tim dalam keadaan selamat. Namun, mereka merasa ketakutan dan mohon untuk terus didoakan.
Pertandingan uji coba ketiga dan terakhir dari tur timnas kriket Bangladesh, yang dijadwalkan di Christchurch pada hari Sabtu (16/03) dibatalkan. Manajer tim Bangladesh Khaled Mashud mengatakan mereka berusaha untuk kembali ke Bangladesh sesegera mungkin.
vlz/ts (afp, dailystar)
Potret Desa Muslim AS Yang Dicap "Sarang Teroris"
Pada dekade 1980-an sekelompok muslim membangun sebuah desa di tepi kota New York, AS, buat mencari kedamaian. Kini desa Islamberg dianggap sarang terorisme dan menjadi simbol permusuhan bagi kaum kanan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mencari Damai di Desa Kecil
Sebuah desa kecil sekitar 190 km dari New York menampung migran muslim dan menamakan diri "Islamberg." Suasana desa berpenduduk sekitar 40 keluarga yang asri dan nyaman terkesan kontras dengan tudingan miring yang dilayangkan kelompok kanan AS. Islamberg dianggap sebagai sarang terorisme,
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mengasingkan Diri
Adalah pengikut tokoh Sufi asal Pakistan, Syeikh Mubarik Gilani, yang membangun pemukiman muslim di New York. Penduduknya kebanyakan adalah generasi kedua atau ketiga pendatang Afro-Amerika. Kendati banyak yang bekerja di luar kota, penduduk Islamberg cenderung tertutup. Satu-satunya kontak dengan dunia luar adalah lewat klub olahraga lokal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Oase Terpinggirkan
Islamberg terletak agak terpencil di tepi gunung Catskill. Satu-satunya akses ke dunia luar adalah sebuah jalan sempit berbatu. Sebuah supermarket kecil memasok bahan pangan dan kebutuhan pokok untuk penduduk lokal. Hingga baru-baru ini semua warga terbiasa membiarkan pintu rumah terbuka saat berpergian.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
"Mimpi Buruk Terparah AS"?
Belakangan Islamberg sering menjadi sasaran ujaran kebencian kelompok kanan AS. Blog Freedom Daily misalnya pernah mengklaim sebuah penggerebekan di Islamberg atas perintah Presiden Donald Trump mengungkap "mimpi buruk paling parah buat Amerika," yakni kamp pelatihan Jihad buat teroris. Tudingan tersebut kemudian dibantah oleh berbagai media besar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Disambangi Kaum Kanan
Serangan terhadap Islamberg tidak sebatas ujaran kebencian. Tidak lama setelah geng motor "American Bikers Against Jihad" menyambangi Islamberg, seorang penduduk Tenessee ditangkap karena menyerukan pembakaran mesjid di Islamberg. Wali Kota Islamberg, Rashid Clark, menganggap kabar palsu dan ujaran kebencian terhadap desanya sebagai ancaman terbesar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Pembelaan Kepolisian
Kepolisian setempat juga menepis tudingan tersebut. "Penduduk di sini adalah warga negara AS. Mereka telah hidup di sini sejak lebih dari 30 tahun. Mereka membangun komunitas dan menjalin kontak dengan dunia luar. Di sini tidak pernah ada masalah," kata James Barnes dari Biro Investigasi Kriminal Kepolisian New York.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Label Teror dari Dekade Lampau
Tudingan miring terhadap Islamberg antara lain terkait keberadaan organisasi Muslims of America (MoA) yang bermarkas di sana. Menurut pemerintah AS MoA adalah pecahan dari kelompok kriminal "Jemaat al-Fuqra" yang aktif pada dekade 1980-an. "Kalau kami melatih teroris sejak 30 tahun," kata Ketua MoA Hussein Adams, "kenapa sampai sekarang belum ada serangan?"
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Setumpuk Rasa Frustasi
Tudingan miring tersebut membuat frustasi penduduk Islamberg. "Mereka tidak mengganggu siapa pun," kata Sally Zegers, editor harian lokal Hancock Herald kepada Associated Press.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Normalisasi Kebencian
Hingga kini gelombang kebencian terhadap Islamberg belum mereda. Tahirah Clark yang bekerja sebagai pengacara hanya bisa berdoa sembari berharap segalanya akan berakhir. Namun hingga saat ini penduduk Islamberg harus membiasakan diri terhadap celotehan pedas kelompok konservatif kanan.