Kekuatan Eropa Peringatkan Tentang Kesepakatan Nuklir Iran
15 Juli 2019
Jerman, Prancis, dan Inggris menyerukan para pihak yang bertikai untuk melakukan tindakan "bertanggung jawab" guna mengurangi ketegangan antara Teheran dan Amerika Serikat.
Tiga negara terkuat di Eropa tersebut pada Minggu (14/07) menyerukan agar tingkat eskalasi konflik tidak semakin meningkat dan melanjutkan dialog mengenai program nuklir Iran.
Dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Istana Elysee pada Hari Bastille Prancis, para pemimpin dari Inggris, Prancis dan Jerman mengatakan "telah tiba saatnya untuk bertindak secara bertanggung jawab" guna menghindari gagalnya kesepakatan nuklir 2015."
"Risikonya sedemikian (nyata) sehingga semua pihak perlu mengambil jeda dan memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan mereka," tambah pernyataan itu.
Pelanggaran meningkatkan ketegangan
Dalam 10 hari terakhir Teheran telah dua kali melanggar ketentuan perjanjian dengan enam negara kekuatan dunia yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Perjanjian ini berusaha memperpanjang waktu yang mungkin diperlukan bagi Iran untuk membuat bom atom.
Tahun lalu Presiden AS Donald Trump memutuskan AS tidak lagi berpartisipasi dalam JCPOA dan kembali menerapkan sanksi terhadap Republik Islam ini. Sebagai reaksinya, Iran lalu menaikkan batas pengayaan uranium.
Para pemimpin Iran marah karena perekonomian negara itu tidak diuntungkan dengan adanya keringanan sanksi yang dijanjikan lewat rencana aksi tersebut.
Menanggapi pelanggaran tersebut, negara-negara Eropa mengatakan pada Minggu: "Kami prihatin dengan adanya risiko bahwa JCPOA tidak lagi efektif di bawah tekanan sanksi ... dan sebagai akibat dari keputusan Iran yang tidak lagi melaksanakan ketentuan inti perjanjian."
Eropa 'masih dukung kesepakatan'
Jerman, Prancis, dan Inggris mengatakan mereka akan terus mendukung kesepakatan nuklir itu tetapi implementasinya "bergantung pada kepatuhan Iran sepenuhnya."
Lebih lanjut pernyataan itu mengatakan: "Kami sangat mendesak Iran untuk membalikkan keputusan mereka terkait hal ini."
Uni Eropa meluncurkan skema solusi untuk membantu banyak perusahaan menghindari sanksi keuangan dari AS akibat berdagang dengan Iran. Namun untuk saat ini program ini hanya terbatas pada produk makanan dan obat-obatan. Teheran telah meminta skema solusi yang dikenal dengan nama INSTEX ini supaya diperluas mencakup juga perdagangan minyaknya.
ae/vlz (AFP, AP, dpa, Reuters)
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.