1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEtiopia

Tigray Ikuti Etiopia Sepakati Gencatan Senjata

25 Maret 2022

Pemberontak Tigray mendeklarasikan gencatan senjata dan memberikan jaminan keamanan bagi organisasi kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan. Perkembangan ini diyakini sebagai peluang terbesar bagi perdamaian di Etiopia.

Kota Dessie, Tigray, Etiopia
Kehancuran di Dessie, Tigray, EtiopiaFoto: Maria Gerth-Niculescu/DW

Dalam keterangan persnya, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menyepakati "gencatan senjata” pada Jumat (25/3). Keputusan untuk menghentikan perang dan membuka koridor kemanusaan di Tigray juga dibuat pemerintah Etiopa sehari sebelumnya.

TPLF mengklaim "berkomitmen mengimplementasikan gencatan senjata sekarang juga,” tulis mereka, sembari mendesak pemerintah di Addis Ababa untuk menyegerakan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Konflik selama 17 bulan itu memicu bencana kemanusiaan berkepanjangan, di mana 400.000 warga Tigray terusir ke kamp-kamp pengungsi. Januari silam, PBB melaporkan hampir 40 persen penduduk Etiopia, yang berjumlah enam juta orang, mengalami "kelangkaan pangan akut.”

Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya jumlah bahan bakar yang membatasi pengiriman bahan pangan dan obat-obatan. PBB menyebutkan, petugas kemanusiaan sampai harus mengirimkan bantuan dengan berjalan kaki.

Perdana Menteri Etiopia, Abiy Ahmed pada Kamis (24/3) mendeklarasikan gencatan senjata secara sepihak, demi "membuka jalan bagi resolusi konflik” di utara Etiopia, katanya seperti dilansir media-media nasional.

Dia mengimbau TPLF untuk "menghentikan semua tindakan agresi dan menarik mundur pasukannya dari wilayah jiran yang sudah diduduki.” 

Kekurangan bantuan kemanusiaan

Keputusan itu disambut baik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. Dalam keterangan persnya, dia "mengajak semua pihak untuk memanfaatkan pengumuman ini untuk membangun gencatan senjata secara permanen, termasuk kesepakatan keamanan yang diperlukan.”

PM Abiy sempat berang terhadap AS, ketika Washington mencabut kemudahan dagang dan diskon tarif bagi Etiopia untuk mendesakkan perdamaian. Kini, sanksi itu ditangguhkan selama pemerintah Etiopia merundingkan perdamaian dengan Tigray.

Program Pangan PBB (WFP) mengaku kehabisan stok bahan pangan dan bahan bakar di EtiopiaFoto: AP Photo/picture alliance

Negosiasi antara kedua pihak dirangkai tim diplomat Uni Afrika pimpinan pejabat PBB, Olusegun Obasanjo. Sejak beberapa bulan terakhir, mereka melobi Tigray dan Etiopia agar mau menyepakati gencatan senjata. 

Analis mengatakan, gencatan senjata harus ditindaklanjuti dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan secara besar-besaran. William Davison, peneliti senior Etiopia di International Crisis Group mengatakan, hal ini merupakan faktor krusial dalam negosiasi damai.

"Pengiriman bantuan tanpa syarat dan hambatan, bisa membantu membangun rasa kepercayaan yang membuka jalan bagi negosiasi dan dialog,” kata dia.

Program Pangan Dunia, WFP, melaporkan lebih dari sembilan juta penduduk di Afar, Amhara dan Tigray membutuhkan bantuan secepatnya. Juga diingatkan, kesepakata gencatan senjata tidak serta merta mempermudah penyaluran bantuan.

"Operasi WFP di wilayah Tigray terpaksa dihentikan, dengan hanya memasok bahan bakar darurat dan kurang dari satu persen cadangan pangan,” tulis badan PBB itu pekan ini. 

rzn/as

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya