1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

TikTok "Bocil" Merajalela, "Ibu Soed Turun Gunung"

3 September 2025

Lagu-lagu karya Ibu Soed diaransemen ulang, di tengah gempuran lagu-lagu Barat dan orang dewasa yang viral di TikTok dan juga digandrungi para bocah cilik. Mampukah lagu-lagu anak khas Indonesia kembali populer?

Jakarta 2025
Carmanita bersama Prof. Dr. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, D.Th., seorang profesor musik internasional, pendiri Daya Indonesia Performing Arts Academy) kini menghidupkan kembali lagu-lagu anak Indonesia agar relevan dengan generasi masa kini.Foto: Elvin Johanes

Di sebuah lapangan parkir depan sebuah apotek di Blok M, Jakarta, sekelompok anak-anak berseragam Sekolah Dasar (SD) mendendangkan lagu yang tengah viral di Tiktok: Stecu stecu setelan cuek baru malu. Aduh Adik ini mau juga Abang yang rayu. Stecu stecu stelan cuek baru malu. Aduh adik ini mau juga abang yang maju…. Di pinggir area parkir, orang-orang yang menyaksikan ulah para "bocil" tetap santai menyantap baksonya dengan lahap.

Dari dalam apotek, seorang ibu tunggal beranak dua Mariana Sadewo, keluar menuju ke arah mobil. Awalnya ia tak peduli, Namun lirik lagu itu mengusiknya. Ia menegur para bocah tersebut: "Lagu apa itu, Adik?”  Anak-anak itu tak menjawab asal-asalan, "Stecu!"; "Cinta Satu Malam,!" Sebagian tertawa dan lainnya lanjut mendendangkan lagu Barat yang liriknya kali ini malah mengandung unsur seksualitas. Mariana tambah melotot, hanya bisa pasrah tak tahu harus bilang apa lagi. Segera ia tancap gas meninggalkan parkiran. 

Pebisnis laundry tersebut lalu mendiskusikan fenomena itu dengan kawan-kawannya yang juga beraal dari kelompok single mom di Jakarta. Mereka saling berbagi cerita, sekaligus keprihatinan, bahwa anak.anak mereka pun sangat suka lagu-lagu orang dewasa yang tengah viral di media sosial.

Anak perempuan Mariana dan salah satu putri dari kawannya yang  juga masih SD, suka lagu di TikTok berjudul WAP yang bikin para ibu herhenyak saat mendengar liriknya "I don't cook, I don't clean. But let me tell you how I got this ring..."  Itu baru satu kalimat dari sekian banyak lagu Barat popular di media sosial yang mengumbar seksualitas, kekerasan dan perihal mengejar hal duniawi dengan menghalalkan segala cara - yang dinyanyikan oleh para bocah, keluh Mariana geram. "Susah payah kami single moms didik anak-anak perempuan kami agar mandiri dan tangguh, eh lagu-lagunya model begitu..."

"Jika sejak dini telinga dibiasakan dengan lagu-lagu yang menormalisasi hal semacam itu,sulit mendidik anak perempuan kami untuk bisa tumbuh tanpa fondasi harga diri yang kokoh,” tandasnya. Ia dan rekan-rekan ibu tunggal lainnya sepakat, penting bagi orang tua  memberi kebebasan namun tetap dalam pengawasan, agar tidak "melahirkan" generasi yang menormalisasi kekerasan, rela menggadaikan martabat demi validasi, atau kenikmatan sesaat. "Kami berharap, ada inisiatif agar anak.anak kembali mendendangkan lagi lagu-anak-anak sesuai usianya,” tambahnya.

Mencintai seni musik sejak dini, membangun karakter baik bagi anakFoto: Elvin Johanes

Harapan para ibu tunggal ini sedikit terjawab

Melalui proyek aransemen ulang lagu-lagu Ibu Soed (1908–1993), cucu Ibu Soed, Carmanita bersama Prof. Dr. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, D.Th., seorang profesor musik internasional, pendiri Daya Indonesia Performing Arts Academy) kini menghidupkan kembali lagu-lagu anak Indonesia agar relevan dengan generasi masa kini.

Proyek aransemen ulang lagu-lagu anak ini berangkat dari keresahan akan hilangnya kedekatan generasi muda dengan bahasa dan budaya bangsa. Padahal, maestro musik legendaris Ibu Soed (1908–1993) telah mewariskan ratusan lagu anak-anak.

"Sangat mengkhawatirkan jika anak-anak kita lebih akrab dengan lagu-lagu asing atau lagu dewasa ketimbang lagu anak Indonesia. Padahal, Ibu Soed telah mewariskan ratusan karya indah yang sederhana, mudah dinyanyikan, dan sarat nilai kebangsaan. Melalui proyek ini, saya ingin mengembalikan semangat Ibu Soed agar anak-anak kita bangga berbahasa Indonesia dan memiliki kedekatan dengan budaya bangsanya sendiri, "ujar Carmanita.

Lagu perdana, "Tanah Airku”, dibawakan oleh penyanyi cilik berusia enam tahun Adler Lie Johns tanpa polesan vokal. "Saya menemukan seorang anak bernama Adler secara tak sengaja. Ternyata ia mampu menyanyi dengan hati. Itulah esensi lagu anak, sederhana namun penuh makna,”  Menurutnya, kehadiran Adler sebagai representasi anak Indonesia menjadi simbol autentisitas sekaligus harapan bagi lahirnya kembali kebanggaan berbahasa Indonesia melalui musik.

Adler menyanyi di televisi lagu Tanah AirkuFoto: Elvin Johanes

Mengembalikan lagu anak-anak ke tema anak-anak

Dalam proyek ini, Prof. Deviana secara bertahap akan mengaransemen total 114 lagu ciptaan Ibu Soed, merujuk pada buku notasi sederhana Ketilang 1 dan 2 karya Florentine yang diterbitkan Gramedia pada 1985 dan 1986. Semua hasil aransemen akan dibagikan melalui kanal YouTube Official Ibu Soed, agar dapat diakses luas oleh keluarga, sekolah, maupun komunitas.

"Lagu anak perlu dikembalikan kepada anak-anak. Dengan orkestrasi yang indah, kami ingin mempersembahkan musik yang berkualitas namun tetap mudah dinikmati oleh telinga anak-anak. Kehadiran Adler sebagai penyanyi cilik yang bernyanyi secara natural tanpa pelatihan formal menambah autentisitas proyek ini,” jelas Prof. Deviana.

Proyek aransemen ulang lagu-lagu Ibu Soed ini diharapkan dapat menjadi gerakan kultural yang tidak hanya menghadirkan musik berkualitas bagi anak-anak Indonesia, tetapi juga memperkuat identitas, karakter sekaligus rasa cinta tanah air sejak dini.

Saridjah Niung atau lebih dikenal dengan nama Ibu Soed (1908–1993) adalah komponis legendaris Indonesia yang menciptakan ratusan lagu, banyak di antaranya ditujukan untuk anak-anak. Karyanya tidak hanya memuat nilai pendidikan dan moral, tetapi juga semangat kebangsaan.

Screenshot di YouTube video Petualangan SherinaFoto: Ayu Purwaningsih/DW

Membangun karakter individu ketika dewasa

Sebagai seorang ibu, Mariana heran atas meredupnya lagu-lagu anak bertema keseharian mereka. Padahal pada zaman Ibu Soed dulu ada ratusan lagu ciptaannya yang sederhana namun edukatif, antara lain; Burung Kutilang, Naik Delman, Kupu-Kupu, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Desaku, Hai Becak, Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, dan Tanah Airku dan ratusan lagu ciptaan Ibu Soed lainnya.

Mariana berujar lagu-lagu yang anak-anak gemari sekarang ini misalnya kumpulan lagu orang dewasa dangdut koplo seharusnya bukan buat konsumsi anak-anak. Dari hal-hal kecil seperti lagu, menurutnya menjadi serpihan faktor yang membentuk karakter dan akhlak anak ketika beranjak dewasa, selain pendidikan, agama dan lainnya.

"Akhlak adalah fondasi sejati dalam membentuk manusia bermartabat. Tanpa proses pembelajaran, kita hanya melahirkan generasi yang menginginkan segalanya secara instans—mau enaknya saja seperti kisah-kisah di lagu-lagu itu, tanpa memikirkan konsekuensi atau akibat perbuatannya pada orang lain demi kepuasan diri, sebagaimana lagu-lagu orang dewasa yang mereka nyanyikan," ujarnya. 

Lagu-lagu anak kecil meski sederhana, juga akan sangat membantu pembangunan karakter anak jika di liriknya disematkan nilai-nilai universal seperti toleransi, pluralisme, cinta lingkungan, dan empati, pungkasnya.

 

"Editor: Rizki Nugraha

Kota Eropa Yang Paling Banyak Dijadikan Tema Lagu

03:37

This browser does not support the video element.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait