Dua orang dari KNKT dan DKPPU siap diberangkatkan untuk membantu investigasi penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines.
Iklan
Dua orang perwakilan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan (DKPPU) dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan bergabung dengan tim penyelidik di Ethiopia pekan depan.
"Ada dua orang yang berangkat. Satu orang dari KNKT dan satu orang dari DKPPU,” ujar Direktur Kelaikudaran dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Captain Avirianto kepada Tempo.co.
Dalam tim tersebut terdapat seorang ahli lulusan pendidikan investigasi. Tim yang dikirim bertugas mencari penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines yang memiliki nomor penerbangan ET 302.
Cara Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat Terbang
Korban jatuhnya pesawat terbang seperti kasus Sriwijaya Air SJ182, seringnya sulit dikenali karena jasadnya rusak berat. Ilmu forensik memiliki metode standar untuk identifikasi korban yang sulit dikenali.
Foto: itestro/Fotolia.com
Sidik Jari atau Dactyloscopy
Korban tewas akibat jatuhnya pesawat atau tabrakan kereta api biasanya jumlahnya ratusan dan tidak utuh. Metode klasik identifikasi adalah dactyloscopy alias pelacakan sidik jadi. Nyaris tidak ada orang yang sidik jarinya identik. Dengan membandingkan sidik jari antemortem dan postmortem biasanya dapat dilacak jati diri korban.
Foto: picture alliance/ZB
Ciri Fisik atau Anthropometri
Jika jasad korban tidak rusak berat, berbagai ciri fisik juga dapat dijadikan acuan. Misalnya tanda tertentu pada tubuh, tahi lalat, bekas luka operasi, tatoo atau mungkin cacat tubuh. Beragam ciri bisa dicocokkan dan dilacak untuk menentukan jati diri korban.
Foto: AFP/GettyImages
Forensik Gigi atau Odontologi
Bentuk dan susunan gigi tiap orang juga unik. Di negara maju kebanyakan warganya rutin datang ke dokter gigi dan memiliki citra rekam gigi. Untuk korban kecelakaan yang jasadnya rusak berat, citra Röntgen gigi dengan segala ciri khasnya, termasuk gigi palsu atau yang dicabut bisa digunakan sebagai metode identifikasi jatidiri.
Foto: Fotolia/djma
Citra Röntgen
Salah satu metode identifikasi adalah dengan membandingkan citra rontgen saat masih hidup dan setelah meninggal. Misalnya melacak bekas kecelakaan, patah tulang atau deformasi lain. Namun sayangnya tidak banyak warga yang memiliki citra rontgen tubuh atau bagian tubuh. Tapi cara inipun sering digunakan untuk identifikasi korban kecelakaan pesawat atau bencana alam.
Sidik Jari Genetika
Metode paling anyar adalah melacak kode DNA yang merupakan sidik jari yang tidak bisa dipalsukan. Caranya dengan mengambil sampel DNA korban untuk dibandingkan dengan sampel sidik jari genetika orang terdekat, biasanya adik, kakak atau orang tua. Cara ini amat akurat tapi memerlukan penguasaan teknik dan waktu relatif lama.
Foto: Fotolia/Gernot Krautberger
Dari Kepolisian ke Kepentingan Sipil
Ilmu forensik mulai digunakan polisi pada abad ke-18 untuk lacak korban atau pelaku kejahatan. Pencarian jejak dan analisa material bukti di tempat kejadian perkara, biasanya mampu mengungkap jati diri korban kejahatan yang tidak dikenal, sekaligus menangkap tersangka pelaku. Kini metodanya makin diperluas hingga ke ranah masyarakat sipil terutama untuk identifikasi korban kecelakaan dan bencana.
Foto: fotolia
6 foto1 | 6
Adanya indikasi bahwa kasus kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines memiliki kemiripan yang jelas dengan kecelakaan pesawat JT 610 dari Lion Air di Indonesia juga menjadi suatu alasan diadakannya investigasi bersama ini.
"Kalau hasil dari dua pesawat memang ada yang menjadi problem, kami kirim rekomendasi apa yang perlu diperbaiki,” kata Avirianto. Fokus tim adalah mencari kemiripan dua kecelakaan pesawat tersebut. Bila ditemukan, sejumlah rekomendasi akan dikirim ke perusahaan Boeing. yp/ (tempo.co, rtr)
30 Tahun Kecelakaan Pertunjukan Udara di Ramstein
Tahun 1988, pesawat angkatan udara Italia bertabrakan di langit saat melakukan pertunjukkan udara di pangkalan Ramstein, Jerman. Tujuh puluh orang meninggal akibat tragedi ini.
Foto: picture-alliance/C. Daughty
Manuver "hati yang tertusuk"
Saat pertunjukan berlangsung pada Agustus 1988, skadron udara Italia, Frecce Tricolori, berusaha melakukan manuver yang disebut "pierced heart" atau "hati yang tertusuk." Dalam manuver ini seorang pilot akan terbang dan memotong jalan lima pesawat jet yang terbang bersamaan dengan kecepatan 600 kilometer per jam. Usaha itu berakhir bencana ketika tiga pesawat bertabrakan di udara.
Foto: picture-alliance/dpa/Füger
Tiga pesawat berjatuhan
Setelah tabrakan, satu pesawat lantas jatuh ke landasan. Badan pesawat itu terbakar dan tidak langsung berhenti tetapi meluncur bagaikan bola api ke arah kerumunan 300.000 orang. Satu pesawat lain jatuh di samping landasan dan pilotnya tewas. Pesawat ketiga menabrak helikopter medis, pilotnya berhasil melompat keluar dengan parasut tetapi kemudian tewas di landasan sebelum parasutnya mendarat.
Foto: picture-alliance/AP
Bencana bagi pengunjung
Sedikitnya 70 orang termasuk ketiga pilot tewas akibat kecelakaan ini dan 1.500 orang lainnya terluka. Mereka yang selamat tapi termutilasi oleh puing-puing pesawat atau cacat karena luka bakar tingkat tiga akhirnya mendapat kompensasi finansial setelah perjuangan melelahkan bertahun-tahun lewat jalur hukum. Di luar pangkalan udara Ramstein kini dibuat monumen untuk mengenang korban tewas.
Foto: AP
Investigasi pun terpecah
Satu tahun dalam masa investigasi, komite penyelidikan Ramstein di parlemen Jerman terpecah menjadi dua faksi yang tidak bisa direkonsiliasi. Faksi Sosial Demokrat (SPD) dan Faksi Demokrat Kristen (CDU / CSU) dengan Partai Liberal FDP. Komite juga mengeluarkan dua laporan akhir, SPD mengatakan bencana itu dapat dihindari sedangkan CDU / CSU dan FDP mengatakan pilot Italia itu jatuh pingsan.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Sanden
Tidak kapok
Setelah kejadian itu para politisi di parlemen sepakat melarang semua pameran penerbangan di Jeman. Namun pelarangan ini tidak berlangsung lama. Beberapa pihak berargumen kalau pembayar pajak berhak melihat kekuatan angkatan bersenjata negara mereka. Jerman pun kembali menyelenggarakan banyak pertunjukan udara sejak tahun 1990-an.
Foto: picture alliance/AP Photo
"Tidak bisa ulangi yang sudah terjadi"
Sebuah upacara untuk memperingati 30 tahun tragedi ini pun digelar. Tahun ini peringatan dihadiri oleh Perdana Menteri negara bagian Rheinland-Pfalz, Malu Dreyer. "Kita tidak bisa mengulangi apa yang sudah terjadi, tapi kita bisa mengenang, berdiri bersama dan mendukung satu sama lain," ujar Dreyer.