Proses evakuasi korban di Palu dan Donggala terus dilakukan. Dikhawatirkan jumlah korban bisa mencapai ribuan. Pemerintah pun sudah menyiapkan pemakaman massal untuk mencegah penyebaran penyakit.
Iklan
Tim penyelamat bergegas mencari korban yang terjebak di antara reruntuhan di Palu, Sulawesi Tengah. Sejumlah titik yang menjadi fokus pencarian di antaranya Hotel Roa-Roa, Mal Ramayana, Restoran Dunia Baru, Pantai Talise dan Perumahan Balaroa. Tim SAR gabungan berharap masih bisa menemukan korban selamat akibat bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi Jumat lalu (28/09).
Di antara reruntuhan hotel bertingkat delapan, Roa-Roa Hotel sempat terdengar suara meminta bantuan hingga Sabtu (29/09). Diperkirakan ada 50 orang terjebak reruntuhan bangunan.
"Kami berupaya sebaik mungkin. Waktu menjadi sangat penting di sini untuk menyelamatkan orang," ungkap Muhammad Syaugi, Kepala Basarnas. "Alat berat masih dalam perjalanan," ungkapnya seperti dikutip dari Associated Press.
Dilaporkan ada 61 warga asing di Palu ketika gempa dan tsunami terjadi, dan sebagian besar dalam kondisi baik. Hanya satu warga Korea Selatan yang diduga masih terjebak di dalam Roa-Roa Hotel, sementara tiga warga Perancis dan Malaysia masih hilang.
Rahmansyah, kepala desa di salah satu desa di Palu menyebutkan 100 hingga 200 orang warganya masih tertimbun reruntuhan. Sebagian besar dapat dievakuasi dari reruntuhan namun 90 orang lainnya dilaporkan masih hilang.
Jumlah korban terus bertambah
Menurut data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari Minggu (30/09) korban meninggal dunia di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengahmencapai 832 orang. Angka ini meningkat drastis dibandingkan sehari pasca terjadinya bencana.
"Jumlah korban jiwa kemungkinan bertambah sebab banyak korban masih tertimbun reruntuhan bangunan dan masih banyak juga daerah belum terjangkau," ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB seperti dikutip dari Associated Press sambil menambahkan, "Korban banyak dimakamkan secara massal setelah diidentifikasi."
Sutopo mengaku informasi yang terhimpun sejauh ini masih didapat dari Palu sedangkan tiga wilayah lain yang terdampak cukup parah seperti Donggala, Sigi, dan Parigi masih terkendala jalur komunikasi yang putus.
Pemakaman massal
Banyaknya jumlah korban menyebabkan pemakaman massal harus segera disiapkan. Meski demikian jika masih ada warga yang menemukan jenazah anggota keluarganya maka bisa memakamkan sendiri. Pemakaman massal dilakukan karena alasan agama dan kesehatan.
"Ini harus dilakukan pemakaman secepatnya untuk alasan kesehatan, juga alasan agama," ujar Kepala BNPB, Willem Rampangilei. "Ada juga usul dari tokoh agama saat pemakaman harus dipisahkan antara laki-laki dengan perempuan itu secara teknis," katanya menambahkan seperti dikutip dari Detik News.
Gempa dan Tsunami Mengguncang Palu
Gempa 7,7 SR yang guncang Donggala memicu gelombang tsunami di Palu. Gempa dua kali terjadi sebelum tsunami menerjang dan menyebabkan nyaris 400 korban tewas. Gempa dan tsunami sudah pernah terjadi di Sulawesi Tengah.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Rifki
Korban tewas bertambah
Seorang ayah menggendong jenazah anaknya yang tewas akibat tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Tsunami lebih dari 2 meter menyapu pesisir Palu dan Donggala. Sebagian besar korban yang ditemukan awalnya hanya di Palu, Sementara lokasi terparah di Donggola, Sigi dan Parigi sulit dicapai tim evakuasi, sehingga perkiraan jumlah korban jiwa diduga mencapai ribuan.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Rifki
Terjebak di bawah reruntuhan
Diperkirakan banyak korban yang terjebak bangunan yang roboh akibat gempa. Di Palu, fokus pencarian di antaranya Hotel Roa-Roa, Mal Ramayana, Restoran Dunia Baru, Pantai Talise dan Perumahan Balaroa. Di Balaroa, akibat proses likuifaksi ada bagian jalanan yang naik dan perumahan warga yang ambles sedalam 5 meter. Sekitar 90 warga diduga terjebak di dalam reruntuhan.
Foto: Reuters/Antara Foto
Identifikasi korban
Meski jumlah korban tewas yang dievakuasi mencapai ratusan korban, namun yang dapat diidentifikasi melalui lima rumah sakit di Palu menurut catatan BNPB terbatas. "Jumlah itu juga sebagian karena tsunami, sebagian karena gempa sebelumnya yang mengakibatkan tsunami itu. Misalnya saat gempa itu tertimpa reruntuhan," papar juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Rifki
Ratusan terluka
Ratusan orang terluka dan terpaksa dirawat di luar rumah sakit. Sebagian besar terluka akibat tertimpa reruntuhan, atau saat menyelamatkan diri. Saat gempa banyak tembok bangunan yang roboh. Komang Adi Sujendra, Direktur Rumah Sakit Palu meminta bantuan. "Kami membutuhkan rumah sakit lapangan, tim medis, obat-obatan dan selimut."
Foto: Getty Images/AFP/M. Rifki
Pemakaman massal
Banyaknya jumlah korban serta demi mencegah penyebaran penyakit menyebabkan pemakaman massal menjadi pilihan. 18 jenazah yang dimakamkan pada tahan awal telah diidentifikasi sebelumnya di RS Bhayangkara Polri.
Foto: DW/Nurdin Amir
Ratas di Palu
Joko Widodo langsung memimpin rapat terbatas setibanya di Palu, Sulawesi Tengah. Proses evakuasi, pembenahan akses jalan dan komunikasi jadi prioritas utama tanggap darurat saat Jokowi mengunjungi lokasi terdampak bencana gempa dan tsunami.
Foto: Biro Pers Setpers
Mengantre BBM
Antrean panjang terjadi di berbagai SPBU di Palu. Aliran listrik yang terputus, membuat warga terpaksa mengantre hingga malam. Selain warga, tempat yang juga mendesak membutuhkan pasokan BBM adalah rumah sakit.
Foto: DW/N. Amir
Tanpa listrik
Pasca gempa, infrastruktur hancur dan saluran komunikasi terputus. Warga bertahan di lapangan terbuka, karena takut berada di dalam bangunan bila gempa susulan terjadi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Y. Litha
Akses jalan terputus
Akibat gempa dan tsunami, jalanan di Palu, Sulawesi Tengah, sulit diakses akibat jalan yang menghubungkan Poso dan Palu terputus. Bukan hanya di dalam kota, akses di wilayah perbatasan dengan kota tetangga juga terdampak gempa. Donggala, wilayah yang terkena dampak terparah sulit dicapai, sehingga evakuasi korban terhambat.
Foto: picture alliance/AP
Evakuasi daerah terparah
Warga turut membantu proses evakuasi para korban pasca gempa mengguncang Sulawesi Tengah, Jumat (28/09). Presiden Jokowi juga memerintahkan Menko Polhukam untuk mengkoordinasi BNPB serta menginstruksikan TNI untuk melakukan penanganan darurat baik pencarian korban, evakuasi, maupun penyiapan kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan korban selamat.
Foto: Getty Images/AFP/M. Rifki
Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman tak begitu jauh dari pesisir Pantai di Palu. Ketika gelombang tsunami terjadi, banyak umat yang bersiap melakukan sholat maghrib.
Foto: BNPB
Jembatan Kuning Ponulele
Dari pantauan udara terlihat, jembatan setinggi 20,2 meter yang jadi ikon Kota Palu luluh lantak akibat terjangan tsunami yang dahsyat. Jembatan lengkung pertama di Indonesia yang membentang di atas Teluk Talisa itu roboh dan turut membawa mobil yang melintas di atasnya.
Foto: BNPB
Tsunami 5 meter
BNPB menyebutkan tsunami yang menghantam Palu sempat mencapai ketinggian lima meter. Saat terjadi gempa yang disusul tsunami sebagian besar warga masih tetap melanjutkan aktivitas.
Foto: Getty Images/AFP/O. Gondronk
Tak segera lari
Jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah, sebab diketahui ada "puluhan hingga ratusan" orang yang sedang berkumpul melakukan perayaan di pantai Talise, Palu saat tsunami terjadi. "Ketika peringatan tsunami terjadi kemarin, warga tetap melanjutkan aktivitas mereka di dekat pantai dan tidak segera berlari dan mereka menjadi korban," ungkap juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Peringatan tsunami
Sebelum gempa berkekuatan 7,7 SR yang memicu tsunami terjadi, sekitar tiga jam sebelumnya, gempa pertama terjadi di Donggala. Peringatan dini tsunami segera aktif saat gempa terjadi, namun sesudah setengah jam dan situasi dianggap kondusif, peringatan tsunami diakhiri. Peringatan dicabut berdasarkan pemantauan visual dan peralatan di laut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Y. Litha
Penyebab gempa dan tsunami Donggala dan Palu
Gempa 7,7 SR yang mengguncang Donggala memicu gelombang tsunami di Kabupaten tersebut dan Kota Palu. Gempa bumi tersebut merupakan gempa tektonik yang dangkal akibat aktivitas Sesar Palu-Koro. Patahan Palu-Koro merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia, setelah patahan Yapen, dengan pergerakan mencapai 46 mm/tahun.
Foto: Getty Images/AFP/M. Rifki
Gempa dan tsunami pernah terjadi
Bukan pertama kali gempa dan tsunami terjadi, baik di Donggala maupun Palu. Lokasinya yang berada di Sesar Palu-Koro menjadikan wilayah itu rawan gempa dan tsunami. BNPB merilis gempa dan/atau tsunami pernah terjadi 10 kali. Gempa pertama tercatat terjadi 1 Desember 1927 di Teluk Palu. Sedangkan tsunami setinggi 3,4 meter pernah terjadi tahun 1996 di Donggala. (Ed: ts/yp)
Foto: AFP/Getty Images/J. Samad
17 foto1 | 17
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun sudah memastikan lahan pemakaman massal disiapkan di Jl. Garuda, Palu.
"Saya sudah memerintahkan untuk membuat 10x100 meter untuk pemakaman massal. Malam ini (30/09) dikerjakan dengan dibantu oleh basarnas. Mudah-mudahan Senin pagi sudah selesai dan segera kita makamkan," ungkap Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto kepada DW Indonesia.
Tak jauh berbeda dengan proses evakuasi, keterbatasan alat juga menjadi hambatan melakukan penggalian pemakaman massal.
"Kesulitan terbesar saat ini adalah alat berat yang hanya satu. Untuk menggali makam-makam jenazah tersebut. Kita berjuang alot juga untuk proses evakuasi warga... Kami sangat butuh alat berat tersebut," ungkap Muhammad Syaugi, Kabasarnas kepada DW Indonesia.
Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Palu menekankan akan segera mengirimkan alat berat dan bantuannya lainnya dari Mamuju dan Gorontalo untuk membantu proses evakuasi terlebih lagi di daerah yang akses jalan dan telekomunikasinya masih terputus.