1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Tim SAR Jerman: Ormas Asing Lakukan Wisata Bencana di Palu

12 Oktober 2018

Tim SAR Internasional asal Jerman menuding organisasi-organisasi asing melakukan wisata bencana dan "membebani" pemerintah Indonesia ketika mencoba membantu korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.

Anggota tim SAR asal Jerman di Palu, Sulawesi Tengah.
Anggota tim SAR asal Jerman di Palu, Sulawesi Tengah.Foto: Reuters/H. Hanschke

Jerman Bantu Pasok Air Bersih Buat Sigi

02:14

This browser does not support the video element.

Langkah pemerintah mengusir sejumlah relawan asing dari kawasan bencana di Sulawesi Tengah mendapat dukungan dari organisasi internasional lain. Tim International Search and Rescue asal Jerman misalnya menilai langkah tersebut sudah tepat.

"Saya harus katakan, jika saya melanggar aturan, saya tidak akan kaget jika suatu saat saya diusir," kata Stefan Heine, Koordinator I.S.A.R Germany di Palu. Lembaga nirlaba tersebut mengirimkan 14 relawan ke Sulawesi ketika mendapat permintaan resmi pemerintah buat menyediakan fasilitas penyulingan air minum di Palu.

Baca Juga: Relawan Asing Kebingungan Usai Diusir Indonesia

Heine bersama timnya yang tiba pada Kamis, (4/10), sepekan setelah bencana berganda tersebut, mengatakan sejak awal sudah mendapat peringatan untuk hanya memenuhi tugas yang diminta dan selalu berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun ternyata ada banyak organisasi lain yang beraksi di luar koordinasi pemerintah.

"Memang dalam penugasan ini kami lagi-lagi dengan jelas menyaksikan adanya semacam wisata bencana. Ada banyak organisasi kecil yang pergi tanpa legitimasi, kecuali hanya dengan niat menolong. Hal itu memang baik, tapi tidak kan, cara kerjanya tidak seperti itu. Anda tidak bisa begitu saja masuk ke kawasan bencana tanpa berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Itu yang paling penting."

Indonesia Usir Relawan Asing

02:16

This browser does not support the video element.

Hal serupa juga diakui oleh Presiden I.S.A.R Germany, Dr. Daniela Lesmeister yang memantau operasi dari kantor pusat di Duisburg, Jerman. "Saya mendengar ada banyak organisasi yang masuk ke Indonesia tanpa permintaan kongkrit dan mereka tidak membantu negara tersebut, melainkan malah membebani. Aktivitas penyelamatan harus selalu dikoordinasikan," ujarnya.

"Ada kasus di mana satu tim SAR dari Perancis yang dipulangkan. Sejak awal pemerintah Indonesia sudah mengatakan tidak membutuhkan tim SAR tambahan. Tapi mereka tetap datang ke Palu. Jadi saya tidak heran jika tiba-tiba mereka disuruh pulang," kisah Heine.

Baca Juga: Apa Kata Pakar Jerman Tentang Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia?

Upaya pencarian jenazah korban saat ini lebih banyak dilakukan tim Basarnas, BNPB, LSM Indonesia dan aparat TNI/Polri. Awalnya BNPB merencanakan bakal menghentikan operasi pencarian pada Kamis (12/10).

Namun Jurubicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan akan memperpanjang masa pencarian hingga Jumat (13/10). "Karena permintaan penduduk untuk pencarian jenazah, kami memperpanjang proses pencarian dan evakuasi selama satu hari," ujarnya.

Setelahnya pemerintah akan fokus pada upaya pemulihan dan pembangunan ulang infrastruktur. Menurut BNPB, pemerintah masih memetakan kerugian dan kebutuhan anggaran untuk program rekonstruksi. Awalnya jumlah kerugian yang tercipta ditaksir mencapai 10 triliun Rupiah. Sutopo meyakini Palu akan pulih dengan cepat.

"Melihat kondisinya saat ini, periode rekonstruksi akan berlangsung dari 2019 hingga 2020," ujarnya. "Selambatnya pada 2021 Palu akan pulih sepenuhnya."

rzn/ap