Tindakan Profil Rasial Masih Jadi Masalah di Jerman
Silja Thoms
5 Oktober 2023
Tindakan profil rasial menggambarkan tindakan pemeriksaan identitas yang diskriminatif oleh polisi. Banyak orang berulang kali melaporkan telah mengalaminya, baik karena warna kulit atau karakteristik lainnya.
Iklan
Apa yang dimaksud dengan pemrofilan rasial atau racial profiling dan bagaimana mencegahnya di Jerman?
Kasus di Nanterre mirip dengan kematian George Floyd pada 2020. Di Jerman juga terjadi kasus-kasus kontroversial mengenai kebrutalan polisi, seperti kematian pencari suaka Oury Jalloh pada 2005 di tahanan polisi, atau penembakan seorang pengungsi berusia 16 tahun di Dortmund baru-baru ini.
Apa tepatnya definisi tindakan profil rasial? Sederhananya, pembuatan profil rasial atau racial profiling adalah ketika seseorang dihentikan oleh polisi atau pihak berwenang lainnya berdasarkan warna kulit atau ciri-ciri etnis atau agama.
Tindakan tersebut dapat berupa pemeriksaan identitas, interogasi, pengawasan, penggeledahan atau bahkan penangkapan yang tidak didasarkan pada kecurigaan konkret. Hal ini dinilai diskriminatif karena menimbulkan kecurigaan umum terhadap berbagai kelompok masyarakat.
Seberapa sering tindakan profil rasial terjadi?
Kelompok yang menjadi sasaran dan LSM secara teratur melaporkan terjadinya pemrofilan rasial selama pemeriksaan oleh polisi. "Di sini kita tidak hanya membicarakan kasus individual," pengacara dan peneliti di Institut Hak Asasi Manusia Jerman (DIMR), Hendrik Cremer, mengatakan kepada DW. Namun, setidaknya untuk di Jerman, masih sulit dibuat pernyataan empiris mengenai fenomena ini, karena sedikitnya data yang tersedia, katanya.
Demo "Black Lives Matter" di Seluruh Penjuru Dunia
Masyarakat di seluruh dunia menuntut kesetaraan ras dan keadilan atas pembunuhan George Floyd yang dilakukan oleh polisi di AS.
Foto: Getty Images/AFP/R. Schmidt
Washington DC, AS
Salah satu aksi unjuk rasa terbesar di AS adalah yang dilakukan di ashington DC. Di ibukota AS ini ribuan warga turun ke jalanan di dekat Gedung Putih yang dilindungi barikade.
Foto: Getty Images/D. Angerer
Berlin, Jerman
Warga di ibukota Jerman duduk dan bungkam selama 8 menit 46 detik - jumlah waktu ketika polisi berkulit putih berlutut pada leher George Floyd sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Foto: Getty Images/M. Hitij
Paris, Prancis
Ribuan warga berkumpul di Paris menentang larangan polisi untuk protes dalam skala besar. Kerumunan pengunjuk rasa ini menyorakkan nama Adama Traore, seorang warga kulit hitam yang meninggal dalam tahanan polisi.
Foto: Getty Images/AFP/A.-C. Poujoulat
Liége, Belgia
Meskpiun larangan berkumpul karena virus corona, masyarakat Belgia tetap ikut serta melawan rasisme dan melakukan demo di beberapa kota, misalnya di Brussel, Antwerp, dan Liége.
Foto: picture-alliance/abaca/B. Arnaud
Manchester, Inggris
Para pengunjuk rasa di Manchester mengenakan masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona.
Foto: Getty Images/AFP/P. Ellis
Wina, Austria
Sekitar 50.000 pengunjuk rasa berkumpul di ibukota Austria, Wina, pada hari Jumat lalu. Itu adalah demonstrasi terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Slogan "Black Lives Matter" juga ditulis di beberapa mobil polisi.
Foto: picture-alliance/H. Punz
Meksiko
Tak hanya pembunuhan George Floyd yang memancing amarah warga Meksiko, tetapi juga nasib Giovanni Lopez, tukang batu yang ditangkap bulan Mei lalu di negara bagian Jalisco Barat dan meninggal karena kekerasan polisi.
Foto: picture-alliance/Zumapress
Lisbon, Portugal
Spanduk para pengunjuk rasa di ibukota Portugal, Lisbon yang bertuliskan "Bertindak Sekarang". Di Portugal, kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam masih sering terjadi.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Mantilla
Sydney, Australia
Unjuk rasa yang dilakukan di Sydney, Australia, dimulai dengan upacara tradisional Aborigin. Setidaknya 20.000 pengunjuk rasa menuntut keadilan untuk George Floyd dan penduduk Aborigin yang menjadi korban kekerasan polisi.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/I. Khan
Tunis, Tunisia
Ribuan pengunjuk rasa di Tunis, Tunisia, meneriakkan "Kami ingin keadilan! Kami ingin bernafas!".
Foto: Getty Images/AFP/F. Belaid
Basel, Swiss
Sekitar 5.000 orang berkumpul di Basel, Swiss, dalam aksi unjuk rasa Black Lives Matter. (fs/yf)
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/G. Kefalas
11 foto1 | 11
Angka dari penelitian di Prancis pada 2017 menunjukkan bahwa di negara itu, pria muda yang dianggap etnis Arab atau berkulit hitam 20 kali lebih besar dari keungkinan untuk dicegat untuk pemeriksaan identitas dibandingkan populasi lain. Di Amerika Serikat, 41% warga kulit hitam Amerika mengatakan pernah dihentikan atau ditahan oleh polisi karena etnis mereka.
Penelitian lebih lanjut tentang profil rasial secara nasional saat ini sedang dilakukan di Universitas Kepolisian Jerman. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser dari Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan kiri-tengah mengeluarkan pernyataan pada bulan April yang membela polisi.
"Petugas polisi kita berhak mendapatkan semua dukungan dan rasa hormat yang bisa mereka peroleh. Mereka bertugas siang dan malam dalam kondisi yang sulit, terkadang membahayakan nyawa - dan mereka membela supremasi hukum dan demokrasi," ujar Faeser. Namun Faeser juga menegaskan bahwa munculnya prasangka harus dilawan dengan lebih konsisten.
Iklan
Dapatkan tindakan pemrofilan rasial diproses secara hukum?
Situasi hukum terkait pemrofilan rasial berbeda-beda di setiap negara. Hal ini dimulai dengan pertanyaan tentang bagaimana fenomena tersebut didefinisikan secara hukum. Pengadilan di AS dan Inggris, misalnya, mengakui praktik ini sebagai suatu masalah. Di beberapa negara bagian AS, seperti Texas, perbuatan profil rasial memiliki definisi hukum yang jelas dan secara eksplisit dilarang.
Namun tidak demikian halnya di Jerman. Pemeriksaan tanpa alasan terhadap orang yang hanya berdasarkan penampilan memang melanggar Undang-Undang Dasar Jerman, tapi undang-undang kepolisian di tingkat federal dan negara bagian masih membuka ruang untuk bermanuver.
"Khususnya dalam kasus polisi federal, dasar hukumnya bermasalah. Polisi federal berwenang di tempat-tempat tertentu, seperti kereta api, bandara, dan stasiun kereta api, untuk memeriksa orang tanpa alasan," kata Cremer kepada DW. "Tetapi tujuannya adalah untuk memeriksa apakah orang-orang berada di Jerman secara ilegal." Polisi bisa saja memilih orang yang mereka periksa berdasarkan ciri fisik seperti warna kulit, ujarnya.
Undang-undang ini dapat dipelintir untuk membenarkan praktik-praktik tersebut. Katakanlah dalam sebuah gerbong kereta penuh dengan penumpang berkulit putih, kecuali satu orang. Dan hanya orang tersebut yang diperiksa.
Dalam praktiknya, polisi bisa saja mengatakan mereka memeriksa orang tersebut karena membawa koper yang berpotensi mencurigakan. Dengan menambahkan faktor lain selain penampilan, ini bukan lagi termasuk tindakan pemrofilan rasial, menurut pemerintah Jerman.
Melawan Rasisme Lewat Kartun
Dari Turki, Iran hingga Belgia, kartunis dari seluruh dunia menjadikan karyanya sebagai sikap menentang diskriminasi ras.
Foto: -
Dunia penuh warna bagi semua
Dalam dunia penuh warna, beberapa orang selalu kalah. Ini yang digambarkan oleh kartunis Korea Selatan Young Sik Oh. Manusia belum berhasil memberantas rasisme yang merajalela. Diskriminasi tak hanya bagi orang berkulit gelap saja, namun kaum homoseksual, wanita atau pemeluk agama lain mengalaminya, tergantung lingkungan Anda di dunia.
Kamu bisa menggunakan lebih banyak warna
Kartun karya German Peer Wedderwille menampilkan dua burung hitam bertengger di dahan pohon, di atas lanskap hitam-putih yang suram. Sambil mengamati burung warna-warni di dahan seberangnya, burung hitam mengatakan pada burung pendatang dari visualnya saja sudah tidak sesuai.
Foto: -
Komponis rasis
“Ebony dan Ivory hidup bersama dalam harmoni yang sempurna, berdampingan di tuts pianoku, Ya Tuhan, kenapa kita tidak?” menirukan mantan personel The Beatle Paul McCartney dalam lagu terkenal “Ebony dan Ivory.” Kim Duchateau asal Belgia tentunya menanyakan hal yang sama pada dirinya saat menggambar kartun ini. Seorang pianis harus tahu, tanpa harmoni tuts hitam dan putih, hanya ada hiruk pikuk.
Ironi lagu kebangsaan Eropa
Lagu “Ode to Joy” dikenal di seluruh dunia: ditulis oleh penyair Friedrich Shciller, 1785, lalu Ludwig van Beethoven membuatnya jadi musik simfoni ke-9-nya. Telah jadi lagu resmi Uni Eropa sejak 1985. Kartun buronan yang terjebak dalam bar lagu menyerupai kawat berduri, kontras dengan kalimat “semua orang akan menjadi saudara,” menggambarkan perlakuan pengungsi di perbatasan Eropa.
Penyambutan bersyarat
Banyak alasan orang meninggalkan negaranya: perang, penindasan dan kemiskinan. Namun, pengungsi ini jarang diterima di negara lain. Mereka berusaha menuju “tanah yang menjanjikan” secara ilegal, berjalan kaki atau menggunakan perahu karet. Kartun Jan Tomaschoff menggambarkan negara yang katanya terbuka menerima pengungsi tetapi memilih-milih siapa yang layak datang.
Fasad sipil
Masyarakat demokratis dilarang bertindak rasis atau diskriminatif dalam konstitusi. Namun, beberapa orang yang terlihat “terhormat” menyembunyikan ide-ide sayap kanan di balik fasad manusia biasa, tergambar dalam kartun Bern Phlenz. Terlihat dalam kepala seorang peria berjas, ada pria lebih kecil dengan gaya skinhead, memegang tongkat bisbol, mengintip, seolah-olah matanya adalah lubang intip.
Foto: -
Kelompok rahasia yang rasis
Kartun karya Saaed Sadeghi, Iran, tampikan jejeran pensil, namun ada satu yang bertudung putih runcing lengkap dengan mata: merupakan pakaian Ku Klux Klan. Kelompok rahasia ini tidak terima kenyataan bahwa sistem perbudakan dihapuskan di AS setelah Perang Saudara Amerika (1861-1865). Anggotanya secara terencana memburu orang kulit hitam, yahudi, komunis dan homoseksual.
Penghormatan untuk Rosa Parks
Seniman AS Loren Fishman hormati ikon kulit hitam Amerika, Rosa Parks, dalam melawan segregasi ras. Dia ditangkap karena menolak menyerahkan kursinya di bus untuk penumpang kulit putih. Hampir 70 tahun, rasisme jadi isu utama di AS. Kartun ini, seorang perempuan kulit hitam berdiri di depan mesin cuci dengan pilihan mencuci warna dan putih, serta berpikir: “Persetan dengan ini…”
Hidup ini penuh warna
Keberagaman membuat hidup penuh warna. Kartunis Guido Kühn mengilustrasikan ini dalam “Gadis dengan Anting Mutiara” dari lukisan terkenal Johannes Vermeer. Di gambar ini, kecantikan “Mona Lisa dari Utara” terlihat dengan tiga perempuan lainnya tersenyum dengan warna kulit yang berbeda. Tulisan di bawahnya menjelaskan semuanya.
Foto: -
Pelukan yang utopis
Kartunis Turki, Burak Eergin, serukan toleransi yang lebih besar di masyarakat. Sementara rekaman polisi memukuli demonstran sering jadi berita utama. Dalam kartun ini, petugas polisi dan demonstran membawa bunga dan saling berpelukan. Namun, kenyataannya berbeda, kartun ini hanya keinginan utopis untuk keharmonisan.
Warna di dunia
Di Brasil, negara asal kartunis Freelah, ada istilah “warna etno”, begitu sebutnya. Orang dari berbagai negara telah menikah dengan penduduk asli di sini, dan orang Brasil dengan berbagai warna kulit merupakan kekayaan budaya negara itu. Namun rasisme terhadap orang kulit hitam atau gelap menjadi kebiasaan di sini.
Yin dan Yang
Rasisme mungkin tidak akan jadi masalah jika masyarakat menghayati prinsip Cina, yin dan yang: dua kekuatan berlawanan yang saling tarik menarik, namun tak ada yang lebih unggul satu sama lain. Mereka seimbang dan tidak terpisahkan sebagai dua bagian dari satu kesatuan, bersatu dalam harmoni. Kartunis Kuba, Miguel Moraloes dengan jelas menyerukan “katakan tidak pada rasisme.” (mh/hp)
12 foto1 | 12
Cremer mengatakan hal ini seharusnya tidak terjadi. "Undang-undang yang berlaku saat ini menyebabkan pemeriksaan seperti itu kembali terulang. Dan masyarakat kemudian takut diperiksa berulang kali dan mendapat stigma di depan umum," katanya.
Dampaknya? Menjadi bagian dari suatu kelompok populasi yang dicurigai secara umum menimbulkan perasaan terhina, terasing, dan rasa tidak percaya. Hal ini juga dapat memicu stres psikologis dan fisik, mengurangi kesediaan untuk bekerja sama dengan polisi, yang mungkin akan menjadi hal yang salah saat menangani kasus-kasus tertentu.
Bagaimana Jerman mencegah profil rasial?
Salah satu strategi untuk mencegah profil rasial adalah dengan mempekerjakan personel polisi dari latar belakang yang lebih beragam dan memperkuat kompetensi interkultural mereka. Profil rasial juga sangat lazim terjadi ketika polisi tidak memiliki pedoman hukum yang konkret.
Langkah-langkah lebih lanjut untuk melawan profil rasial dapat mencakup pembentukan badan independen untuk memproses pengaduan, dokumentasi yang diperlukan oleh polisi tentang latar belakang individu yang mereka hentikan, dan mendidik masyarakat umum tentang cara mengenali dan melawan bentuk rasisme ini.
Pada bulan Mei, Menteri Dalam Negeri Faeser mengumumkan rancangan undang-undang untuk "modernisasi" undang-undang kepolisian federal, termasuk peningkatan transparansi dan pemeriksaan yang lebih ketat.
Walaupun tidak secara khusus menyebutkan pemrofilan rasial, dalam RUU itu terdapat formulasi kalimat baru yakni "berfungsi untuk memperjelas bahwa segala bentuk diskriminasi tidak akan ditoleransi di kepolisian federal," dan bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar, mereka harus menerapkan "kebijaksanaan, baik dalam hal pemilihan seseorang maupun dalam pelaksanaan tindakan … untuk mencegah atau menghentikan masuknya orang yang tidak berwenang ke dalam wilayah federal."
Jika undang-undang tersebut disahkan oleh Bundesrat, petugas juga akan diminta untuk mendokumentasikan alasan mereka melakukan sebuah penghentian terhadap seseorang.