1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tindakan Uni Eropa Terhadap Program Atom Iran

13 Januari 2006

Setelah EU3 (Menlu Jerman, Perancis dan Inggris) berunding Kamis kemarin (12/1) mereka bersepakat mengajukan masalah atom Iran sampai ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

EU3 bersama Javier Solana
EU3 bersama Javier SolanaFoto: dpa

Setelah bergulat diplomasi selama dua tahun dengan Iran, kini kesabaran trio Uni Eropa tandas. Trio tersebut adalah menteri luar negeri Jerman, Perancis dan Inggris yang acap kali disebut dengan EU3. Kamis lalu (12/1) mereka meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk mengadakan pertemuan krisis, agar Dewan Gubernur IAEA mengajukan masalah tersebut ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selanjtunya dikatakan, perundingan Uni Eropa dengan Iran buntu total. Demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, setelah bertemu dengan rekan-rekannya serta Komisaris Urusan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana. Uni Eropa menganggap, sudah saatnya Dewan Keamanan beraksi dan Resolusi IAEA harus diberlakukan. Meskipun pertikaian dengan Iran sudah memasuki tahap baru, Uni Eropa masih bersedia menyelesaikan masalah ini melalui jalan diplomasi, asal Iranpun bersedia.

Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw menyayangkan tawaran berdiplomasi ditampik oleh Iran. Oleh karena itu, EU3 berserikeras melibatkan Dewan Keamanan PBB. Sebelumnya, telah direncanakan sebuah pertemuan antara Uni Eropa dengan Iran Rabu mendatang (18/1), namun rencana ini dibatalkan, karena Menteri Luar Negeri Perancis Phillipe Douste Blazy menganggap pertemuan itu mubazir. Ia menekankan, jika PBB menerima laporan IAEA, otomatis Cina dan Rusia akan mengetahuinya. Sangatlah penting, jika mereka bersatu dalam bertindak, demikian Blazy.

Dalam sebuah pernyataan EU3 dikatakan, dengan melanjutkan kembali program riset atomnya, maka Iran menolak komitmen yang sudah dirembukkan dengan Uni Eropa. Yang dipermasalahkan di sini bukanlah hak-hak Iran berdasarkan perjanjian non-proliferasi, melainkan pemerintah Teheran tidak berhasil meyakinkan tujuan Iran mengembangkan program atomnya sebenarnya untuk maksud damai.

Seandainya DK-PBB menyetujui protes IAEA, Dewan Keamanan dapat memberlakukan sanksi terhadap Iran. Berdasarkan penjelasan para diplomat Uni Eropa, pertemuan krisis IAEA secepatnya dapat diselenggarakan Januari atau Februari mendatang. Sementara ini, EU3 bersama Amerika Serikat akan membentuk sebuah koalisi, yang nantinya menyampaikan protes tersebut ke DK-PBB.

Kritikan Rusia dan Cina, dua negara yang selama ini selalu menolak keterlibatan Dewan Keamanan dalam pertikaian ini, sekarang lebih tajam. Menurut laporan 'Washington Post', Moskow tidak akan menghalangi keterlibatan PBB. Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergej Lawrow kepada rekan Amerikanya Condoleezza Rice lewat telefon. Dalam sebuah wawancara dengan radio Moskow 'Echo', Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan, kecurigaan Rusia semakin kuat, bahwa Iran sebenarnya melanjutkan program atomnya untuk mengembangkan senjata nuklir. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan juga menunjukkan kecemasannya terhadap sikap pemerintah Iran.

Sedangkan para pemimpin Iran tidak ambil pusing dengan kecaman Uni Eropa. “Kami tidak kuatir“, demikian dikatakan petugas urusan atom Iran Abdulresa Rahmani Fasli Kamis kemarin (12/1). Ia melanjutkan, "Kalaupun situasi menuntut, kami akan menggerakkan orang-orang kami. Yang berwewenang akan merancang strategi yang membuktikan di DK-PBB nanti, bahwa sikap kami benar.“