Persiapkan kunjungan Paus Fransiskus, sejumlah tokoh perwakilan agama dan aliran kepercayaan di Indonesia mendeklarasikan komitmen bersama untuk menjaga “Bumi sebagai rumah kita bersama”.
Iklan
Para tokoh agama yang terlibat dalam komitmen menjaga Bumi menyatakan, deklarasi itu dikumandangkan di tengah sejumlah persoalan krisis ekologi saat ini, yang salah satunya dipicu eksploitasi industri ekstraktif yang berdampak pada peminggiran dan pengabaian hak masyarakat lokal.
Para tokoh – yang mewakili agama Katolik, Protestan, Islam, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan aliran kepercayaan Baha'i – juga mengadakan dialog lintas iman bertema "Kemanusiaan dan Ekologi” di Pura Aditya Rawamangan, Jakarta (14/08).
Diiinsiasi oleh lembaga Gereja Katolik, Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau yang dikenal dengan Fransiskan, dialog itu juga digelar sebagai bagian dari upaya persiapan kunjungan Paus Fransiskus bulan depan, dengan mendalami pesan pentingnya, terutama dalam Laudato Si dan Fratelli tutti – dokumen Vatikan yang khusus bicara soal krisis ekologi dan dialog antaragama.
Masjid Ekologis Memberi Teladan Manajemen Air Cerdas
04:05
Pentingnya peran agama
Tokoh muslim Budhy Munawar Rahman memberi catatan tentang pentingnya peran agama-agama, yang pada prinsipnya memiliki ajaran untuk mendorong konservasi lingkungan dan aksi iklim.
Iklan
"Dalam Islam misalnya, ada konsep khalifah bahwa manusia adalah penjaga Bumi, dan memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan merawat ciptaan Tuhan, yang sejalan dengan ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus yang menekankan tanggung jawab kolektif untuk merawat Bumi sebagai rumah bersama,” paparnya.
Dalam deklarasi bersama usai dialog, para tokoh menyatakan komitmen terhadap sejumlah hal, termasuk "merawat Bumi sebagai rumah bersama, dengan mewujudkan gaya hidup hemat dan menghormati kesucian atau kesakralan alam.”
Mereka juga menyatakan komitmen "menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan berkelanjutan”serta "memastikan hak-hak masyarakat adat dan generasi mendatang terpenuhi, kearifan lokal terpelihara, dan kesejahteraan Bumi dimungkinkan.”
Para tokoh juga menegaskan komitmen "mengejawantahkan cara hidup yang didasarkan pada semangat persaudaraan di tengah keberagaman, menghormati dan menjunjung tinggi martabat pribadi manusia, terutama mereka yang dikecualikan atau disingkirkan,” dan "menegakkan keadilan ketika terjadi diskriminasi, korupsi, dan eksploitasi” serta "mewartakan secara terus-menerus nilai-nilai perdamaian di tengah masyarakat luas.”
Peliharalah, Bukan Merusak
Baik Islam, Buddha. Hindu, Kristen, Katholik dan Yahudi, memiliki kitab suci yang memberikan petunjuk dalam kehidupan. Di dalamnya mengajarkan para pengikut agama tersebut untuk merawat bumi dan lingkungannya.
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Melestarikan Ciptaan
Adam dan Hawa di Taman Eden: Kristen dan Yahudi meyakini memelihara ciptaan Tuhan adalah satu tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia: "Dan Tuhan menempatkannya di Taman Eden untuk bekerja dan memelihara taman itu" .(Alkitab: Kejadian 2: 15)
Foto: Jonathan Linczak / CC BY-NC-SA 2.0
Yahudi dan Kristen Alkitab berbagi pesan kunci
Kisah penciptaan diceritakan dalam perjanjian lama Kitab Musa. Kitab pertama Musa adalah bagian dari kitab Taurat, bagian pertama dari kitab Yahudi, yang disebut Tanakh.
Foto: Lawrie Cate / CC BY 2.0
Buku paling laku di dunia
Kisah penciptaan juga bagian sentral dari Perjanjian Lama dalam kitab suci umat Kristen, yang menjalin bagian-bagian dari teks-teks suci Yahudi. Alkitab adalah teks tertulis yang paling banyak digunakan dan paling sering dipublikasikan di dunia.
Foto: Axel Warnstedt
"Aturan ketertiban" manusia
"Dan Allah memberkati mereka, lalu berfirman: Beranakcuculah dan bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi "(Alkitab, Kejadian 1: 28).
Foto: Axel Warnstedt
Bekerja dengan berhati-hati atas ciptaannya
Dalam Islam, ciptaan Allah harus dilindungi. Manusia dapat memanfaatkannya, tapi dengan secara baik: "Matahari & bulan beredar menurut perhitungan, bintang-bintang dan pohon-pohon tunduk pada-Nya. Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca keadilan. Jangan ganggu keseimbangannya. Tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu menguranginya". (Al Qur‘an, Surat 55, 3-10)
Foto: sektordua / CC BY 2.0
Jangan sebabkan kerusakan di muka bumi
Al-Qur'an berisi petunjuk khusus dan rinci bagi umat Muslim. Banyak petunjuk di dalamnya yang langsung berkaitan dengan masalah lingkungan dan alam. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". (Al Qur'an, Surat Al-Baqarah: 2, 11)
Foto: Axel Warnstedt
Hindu dalam siklus abadi
Dalam semuanya bergerak dalam siklus di mana masing-masing komponen – kelahiran atau kematian, terlihat atau tidak terlihat – semua terulang secara terus-menerus. Manusia adalah bagian dari dunia ini, statusnya sama seperti makhluk hidup lainnya.
Foto: public domain
Selalu menjaga keseimbangan
Keseimbangan alam harus dipertahankan. Siapa yang sudah mengambil sesuatu, harus mengembalikannya. Dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup: "…dengan pengorbanan, Dewa akan memberkati apa yang kamu butuhkan. Ia yang menikmati apa yang para dewa beri, tanpa memberi imbalan sesungguhnya adalah pencuri . "(Bhagavad Gita 3:12)
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Semua saling terkait
Dalam bahasa Pali pada kitab awal Buddha, terdapat tulisan mengenai segala sesuatu yang saling ketergantungan dan keterkaitan: "Sesuatu yang ada, memiliki keberadaan. Eksistensi muncul dari keberadaannya. Jika sesuatu tidak ada, maka eksistensinya pun tiada. Dengan terhentinya sesuatu, maka hal ini akan selesai. "(Pali, Samyutta Nikaya II, 12:21)
Foto: Mixtribe-Photo / CC BY 2.0
9 foto1 | 9
Sokongan LSM lingkungan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ikut mendukung komitmen itu. Dini Pramita, aktivis Jaringan Advokasi Tambang, memberi gambaran tentang persoalan lingkungan di Indonesia saat ini, terutama dalam kaitan dengan industri eksraktif.
Dini memberi catatan soal pola-pola pemiskinan lewat implementasi proyek-proyek ekstraktif di Indonesia,"(Industri ini) memicu perampasan lahan warga setempat sehingga membuat masyarakat jatuh miskin dan dipaksa hidup berdampingan dengan bencana, seperti yang terjadi di wilayah Kalimantan, Maluku dan wilayah lainnya."
"Ironisnya hal seperti itu dilakukan atas nama pembangunan berkelanjutan, transisi energi, transisi bersih, dan transisi berkeadilan,” tandas Dini.
"Sematan embel-embel hijau dan bersih hanya upaya untuk melanggengkan sistem ekonomi kapitalistik yang lagi-lagi bertumpu pada ekstrativisme,” tambahnya lebih lanjut.
"Transisi semu ini hanya mengganti penggunaan energi fosil ke energi fosil terbarukan, dengan daya rusak yang sama,” katanya.
Sementara itu Ahmad Maulana, aktivis sosial yang menangani komunitas marginal di bantaran Sungai Ciliwung Jakarta menyinggung krisis ekologi di ibu kota.
"Tempat bermain dan ruang terbuka hijau menjadi sebuah hal yang mahal untuk anak-anak kita di Jakarta,” katanya. "Di sisi lain, sungai yang tercemar dan kualitas udara yang semakin buruk, menjadi hal yang biasa dan bukan sebagai hal yang memprihatinkan.”
"Ukuran ideal sebuah kota sebesar Jakarta adalah, luas teritorial itu sebanyak 30% menjadi ruang terbuka hijau, tetapi kenyataannya saat ini terus menurun, tinggal sekitar 5% dari luas Jakarta,” demikian klaimnya.
Romo Yohanes Kristoforus Tara, dari divisi advokasi Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation [JPIC] Fransiskan berkata, mereka menerapkan sejumlah komitmen perlindungan Bumi dalam pelbagai kebijakan lembaga.
"Kebetulan di Fransiskan, JPIC yang menangani bidang dialog dan ekologi dan sejumlah poin komitmen itu telah kami jalankan selama ini dalam upaya advokasi kami terhadap masalah pertambangan, geothermal, dan isu lainnya,” katanya.
"Dengan komitmen bersama ini, kami memperkuat kembali energi untuk berjuang dan kini bersama lembaga-lembaga agama lainnyaa,” katanya.
"Bumi adalah hadiah Tuhan" - Saat Tokoh Islam Bicara Lingkungan
Deutsche Welle menggandeng Wahid Institute menggelar seminar Islam Ekologis. Di sana tokoh agama dari empat negara muslim terbesar membahas bagaimana menggerakkan agama sebagai motor perlindungan lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Cinta Manusia, Cinta Alam
Meski potensinya berlimpah, hingga kini agama jarang dilibatkan dalam upaya melindungi lingkungan atau mitigasi dampak perubahan iklim. Sebab itu Deutsche Welle dan Wahid Institute menggelar seminar "Cinta Manusia, Cinta Alam" untuk mengajak tokoh agama agar membantu mengkampanyekan pesan-pesan lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Temu Sapa Pegiat Lingkungan dan Tokoh Agama
Seminar ini tidak hanya mengundang tokoh agama, tetapi juga kaum muda yang selain mengembangkan solusi masalah lingkungan dengan pendekatan modern, juga giat mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Agustina Iskandar, Direktur World Cleanup Day Indonesia
"Kita tidak punya planet B dan sebab itu kita harus bekerjasama melindungi lingkungan global. Kami senang ada banyak orang bergabung dan saling berbagi tanggungjawab kolektif ini."
Foto: DW/A. Tauqeer
Hayu Prabowo, Imam Masjid Ramah Lingkungan
"Islam mengajarkan kita untuk menjalankan kehidupan yang selaras dengan alam, di mana pemborosan sumber daya alam itu dilarang dan masjid seharusnya menjadi contoh bagi ajaran agama ini."
Foto: DW/A. Tauqeer
Ahmad Shabbar, Direktur GarbageCan, Pakistan
"Lingkungan yang sehat dan manusia-manusia baik saling membutuhkan satu sama lain, untuk bisa bertahan hidup. Praktik berkelanjutan dan perhatian yang lebih kepada lingkungan adalah kunci bagi masa depan yang lebih damai."
Foto: DW/A. Tauqeer
Tofiq Pasha, Aktivis Lingkungan Pakistan
"Lingkungan berarti Bumi yang biasa kita sebut sebagai ibu. Tapi kita tidak memperlakukannya sebagaimana seorang ibu. Dia sedang sakit. Kita harus merawatnya sebagaimana kita merawat ibu sendiri. Karena seperti seorang anak, nasib kita bergantung kepada alam, lingkungan dan kesehatan ibu Bumi. Lindungi dia, maka kita menjamin masa depan umat Manusia."
Foto: DW/A. Tauqeer
Abu Sayem, Dosen Agama Dunia di Universitas Dhaka
"Menurut Islam, keseimbangan ekologis sangat penting dan kita merupakan bagian darinya. Jika kita merusak salah satu bagian dari alam, kita sebenarnya sedang menghina sang Pencipta."
Foto: DW/A. Tauqeer
Debarati Guha, Pemred Asia Deutsche Welle
"Perlindungan lingkungan berada di jantung ajaran agama, terlepas dari benua dan peradabannya. Ada banyak ayat di dalam Al-Quran yang misalnya menyerukan pada manajemen air yang baik. Dan sebenarnya semua agama besar di dunia mengajarkan pemeluknya untuk merawat Bumi dengan cinta dan kasih sayang karena ia adalah hadiah dari Tuhan."
Foto: DW/A. Tauqeer
Mujtaba Hamdi, Direktur Eksekutif Wahid Foundation
"Allah mengirimkan kepada kita khalifah-khalifahnya dan tanggungjawab terbesar kita adalah melindungi alam sebagaimana dia diciptakan oleh Tuhan."
Foto: DW/A. Tauqeer
9 foto1 | 9
Persiapan kunjungan Paus Fransiskus
Romo Yohanes menuturkan, dialog ini juga merupakan bagian dari upaya persiapan menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta bulan depan.
"Sebagaimana yang ditekankan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), kunjungan paus sama pentingnya dengan upaya mendalami dan mencari bentuk-bentuk konkret implementasi pesan-pesannya dalam memperkuat persaudaraan semesta,” katanya.
"Dalam konteks dialog ini, kami juga ingin mengajak lebih banyak orang memahami masalah ekologi sebagai masalah kemanusiaan, sebagaimana yang selama ini ditekankan oleh Gereja, terutama dalam dokumen Laudato Si,” imbuhnya.
Para tokoh yang mendeklarasikan komitmen ini antara lain; Pastor Massimo Fusarelli dari OFM, Matias Filemon Hadiputro, yang merupakan pendeta dari Gereja Kristen Jawa, Nissa Wargadipura, aktivis perempuan muslim dan pimpinan Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, tokoh Muslim Budhy Munawar-Rachman, Atthadhiro Thera dari organisasi agama Buddha Sangha Theravāda Indonesia, JM I Wayan Gelgel, perwakilan organisasi Hindu Pinandita Sanggraha Nusantara; Budi S. Tanuwibowo, yang merupakan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Nasrin Astani, aktivis dialog lintas agama aliran kepercayaan Baha'i dan lain-lain. (as)