Bima Arya disomasi lantaran melarang kaum Syiah memperingati hari Asyura. Padahal walikota Bogor itu gemar membanggakan toleransi di kotanya. Lantas bagaimana ia ingin membangun kerukunan dengan membungkam minoritas?
Iklan
Bima Arya punya cara unik memaknai toleransi. Saat berbicara di depan 100 walikota dunia di Fiorentina, Italia beberapa waktu lalu, orang nomer satu di Bogor itu banyak berceloteh betapa kotanya menjaga betul kerukunan beragama. "Setetes darah akibat konflik agama," katanya, "bakal menjadi mimpi buruk bagi benak warga seumur hidup."
Maka demi menjaga kerukunan, akhir Oktober lalu ia melayangkan Surat Edaran Nomor: 300/1321- Kesbanggpol, yang melarang warga Syiah memperingati hari Asyura. Logika serupa muncul dalam konflik tanah dengan Gereja Kristen Indonesia di taman Yasmin.
Lantas bagaimana mungkin sosok yang diundang ke Italia karena dianggap berhasil merawat toleransi di kotanya itu membabat minoritas untuk meredam amarah mayoritas? "Adalah tugas saya untuk mengantisipasi konflik terjadi, baik melalui proses dialog maupun pendekatan keamanan," dalihnya seperti dilansir Tempo.
Sang Walikota bahkan pernah memimpin sendiri penggerebekan perayaan Asyura di wilayahnya. "Sudah kita awasi terus agar tidak ada kegiatan apapun, sesuai kesepakatan kita dengan MUI. Saya juga berdialog dengan warga, warga tidak mau ada kegiatan, oke stop!" tegasnya ketus.
Bima memilih memperkarakan Asyura dengan alasan menjaga kerukunan kendati minoritas Syiah di wilayah itu mengaku telah "memperingati Asyura sejak puluhan tahun tanpa pernah mendapat masalah dari masyarakat."
Pendekatan serupa sering digunakan aparat keamanan di Indonesia. Demi meredam konflik agama, penguasa merasa harus membiarkan intoleransi dan tirani mayoritas. Pendekatan serupa gagal diterapkan ketika pecah perang di Poso dan Ambon, dimana dua kelompok yang berseteru adalah sama kuat.
Alhasil Bogor mendapat predikat kota paling tidak toleran dalam daftar yang disusun Setara Institute. "Orang Bogor tentunya punya pandangan lain tentang hal itu," tanggap Bima ketika ditanya soal rapor merah kotanya itu. Jawaban tersebut sekaligus mengungkap arah kebijakan politik tokoh Partai Amanat Nasional tersebut. "Karena secara kalkulasi politik tidak menguntungkan dibela, maka kepala daerah mengamini tindakan represif," terhadap kaum minoritas, tulis Indonesian Conference on Religion and Peace dalam tajuknya.
Bima Arya kini menghadapi gugatan Yayasan Satu Keadilan ke Pengadilan Negeri Bogor. Alasannya tidak lain adalah surat edaran yang melarang kaum muslim merayakan Asyura - sebuah produk toleransi ala sang walikota.
rzn/yf (dari berbagai sumber)
Toleransi Beragama di Jerman
Toleransi beragama semakin digalakkan di Jerman. Itu diwujudkan antara lain dengan perayaan religi bersama, pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, juga aktivitas kebudayaan lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Merasa Anggota Masyarakat
Seorang perempuan muslim di Jerman mengenakan sebagai hijab sehelai bendera Jerman, yang berwarna hitam, merah, emas untuk menunjukkan keanggotaannya dalam masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Poetry Slam Antar Agama
Perlombaan ini digelar 17 Agustus 2013 di Berlin. Pesertanya : penulis puisi dari kelompok agama Islam, Yahudi dan Kristen. Mereka membacakan sendiri karyanya. Pelaksananya yayasan Jerman, Friedrich Ebert Stiftung.
Foto: Arne List
Jurusan Teologi Yahudi
Jurusan ini diresmikan 19 November 2013 di Universitas Potsdam. Pada semester pertama, jurusan yang berakhir dengan gelar Bachelor ini memiliki mahasiswa 47 orang dari 11 negara. Jurusan ini juga terbuka bagi orang non-Yahudi, yang berniat mempelajari teologi Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari "Open Door" Mesjid 2013
"Tag der offenen Moschee" diadakan setiap tahun di Jerman, pada tanggal penyatuan Jerman, 3 Oktober. Pelaksanaannya dikoordinir berbagai perhimpunan Islam di Jerman. Lebih dari 1.000 mesjid di Jerman menawarkan ceramah, pameran, brosur informasi dan acara pertemuan serta tur di dalam mesjid. Setiap tahun lebih dari 100.000 warga menggunakan kesempatan untuk lebih mengenal Islam itu.
Foto: DW/R. Najmi
Mencari Informasi dan Berkenalan
Pengunjung pada hari "open door" di Mesjid Sehitlik, Berlin. Sebanyak 18 mesjid di Berlin, setiap tanggal 3 Oktober membuka pintunya bagi semua orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Saling Menerima
Suster dari tiga ordo Katolik mengunjungi mesjid Yavuz Sultan Selim di Mannheim, pada "Hari Katolik" ke-98, tanggal 17 Mei 2012. Bertepatan dengan Hari Katolik tersebut, mesjid Yavuz Sultan Selim mengadakan hari pembukaan pintu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
Guru Merdan Günes berdiri bersama murid-murid di sekolah dasar kota Ludwigshafen-Pfingstweide, pada pelajaran agama Islam. Foto dibuat 09.12.2010. Pelajaran agama Islam mulai dilaksanakan di sebuah sekolah di negara bagian Rheinland Pfalz sejak tahun ajaran 2003/2004, dan sejak itu semakin diperluas.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar Toleransi
Guru Bülent Senkaragoz dalam pelajaran agama Islam di sekolah Geistschule di kota Münster. Foto dibuat 25/11/2011. Senkaragoz mengatakan, "Tugas saya bukan mengajarkan kepada murid, bagaimana cara sembahyang yang benar bagi seorang Muslim." Murid-murid di sini belajar tentang pentingnya toleransi. Pelajaran agama Islam dimulai di negara bagian Nordrhein Westfalen sejak 1999.
Foto: picture-alliance/dpa
"Mein Islambuch"
"Mein Islambuch“ (buku pelajaran Islam saya). Ini adalah buku pelajaran agama Islam baru untuk sekolah dasar. Ditulis oleh Serap Erkan, Evelin Lubig-Fohsel, Gül Solgun-Kaps dan Bülent Ucar. Di sebagian besar negara bagian yang dulu termasuk Jerman Barat, pelajaran agama Islam sudah termasuk kurikulum sekolah.
Berjalan Bersama
Buku pelajaran lain berjudul "Miteinander auf dem Weg" (bersama dalam perjalanan). Tokoh utama dalam buku itu hidup di dalam masyarakat, di mana pemeluk agama Kristen, Yahudi dan Islam hidup bersama dengan hak-hak sama. Seperti tampak pada salah satu ilustrasinya.
Foto: Ernst Klett Verlag GmbH, Stuttgart/Liliane Oser
Guru Agama Islam Orang Jerman
Annett Abdel-Rahman adalah guru pelajaran agama Islam di sekolah tiga agama di Osnabrück. Guru perempuan ini mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid," kata Annett Abdel-Rahman.
Foto: DW
Buka Puasa Bersama
Sebelum buka puasa bersama, para tamu membeli makanan dan manisan khas Turki, di Lapangan Kennedy di kota Essen. Dalam kesempatan ini umat berbagai agam bisa menikmati makanan bersama. Selama bulan puasa, hingga 500 orang, terdiri dari warga muslim dan non muslim datang ke tenda besar di lapangan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sama-Sama Warga Kota
Di bawah moto ”Wir sind Duisburg” (kitalah Duisburg), penduduk sekitar rumah tempat tinggal warga Roma di kota Duisburg dan sejumlah ikatan masyarakat serta persatuan warga Roma mengundang imigran untuk bersama-sama menyantap sarapan.
Foto: DW/C. Stefanescu
Pekan Antar Budaya
Seorang perempuan Senegal berdiri di lapangan pusat kota Halle an der Saale, di sebelah gambar gedung pemerintahan Rusia, Kremlin. Dalam "Interkulturellen Woche Sachsen-Anhalt" diadakan berbagai pesta, pameran, ceramah di negara bagian itu. Tujuannya mengembangkan toleransi bagi warga asing dan pengungsi. Pekan budaya ini adalah inisiatif gereja Jerman, dan diadakan akhir September setiap tahun.