1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaMyanmar

Topan Mocha di Myanmar: Sedikitnya 145 Tewas di Rakhine

19 Mei 2023

Media resmi rezim Myanmar melaporkan, jumlah korban tewas resmi akibat badai Mocha akhir minggu lalu menjadi setidaknya 145 orang tewas di negara bagian Rakhine, termasuk 117 anggota etnis Rohingya.

Amukan topan Mocha merusak tempat pemukiman di Sittwe
Amukan topan Mocha merusak tempat pemukiman di Sittwe, negara bagian Rakhine, MyanmarFoto: AP/picture alliance

Televisi resmi Myanmar MRTV melaporkan hari Jumat (19/5), setidaknya 145 orang tewas di negara bagian Rakhine. Disebutkan, angka tersebut berlaku hanya untuk negara bagian Rakhine saja, di mana topan Mocha menimbulkan kerusakan paling parah. Tidak disebutkan berapa banyak korban tewas di negara bagian lain.

Penghitungan korban amukan topan berlangsung lambat, sebagian karena kesulitan komunikasi di daerah yang terkena dampak dan kontrol ketat pemerintahan militer atas informasi. Pemerintah militer sebelumnya membantah laporan bahwa jumlah korban tewas telah melebihi 400, dan menyebut laporan itu palsu.

Laporan MRTV hari Jumat mengatakan, empat tentara dan 24 penduduk lokal di Rakhine tewas, selain 117 etnis Rohingya yang tewas. Rezim militer menyalahkan korban tewas yang disebut menolak untuk mengungsi dari rumah mereka, meskipun ada peringatan dari pihak berwenang sebelum badai melanda.

Pihak berwenang mengatakan telah mengevakuasi 63.302 dari 125.789 etnis Rohingya yang berlindung di 17 kamp di 17 kota, termasuk di Sittwe. Laporan MRTV mengidentifikasi Rohingya sebagai "warga Bengali", sebutan resmi yang diberikan kepada kelompok minoritas itu yang tidak diakui kewarganegarannya oleh pemerintah Myanmar. Etnis Rohingnya selama ini dikategorikan sebagai "imigran ilegal".

Terutama etnis Rohingya di negara bagian Rakhine jadi korban amukan MochaFoto: Sai Aung Main/AFP

Jutaan orang terdampak

"Ada jutaan orang yang tinggal di jalur topan, dan upaya besar-besaran sekarang sedang dilakukan untuk membersihkan puing-puing dan menyediakan tempat berlindung bagi mereka yang rumahnya rusak atau hancur," kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, OCHA, hari Kamis (17/5). "Pesisir Rakhine mengalami pukulan terberat dari topan dengan dampak parah di barat laut, dan beberapa kerusakan di Kachin (negara bagian) juga dilaporkan."

Laporan OCHA tidak memberikan jumlah korban tewas akibat badai tersebut, tetapi mengatakan korban dan orang hilang masih didokumentasikan, termasuk pengungsi internal. Theinn Shwe, seorang guru dari pusat pendidikan Headway untuk komunitas Rohingya di kamp pengungsi, mengatakan pada hari Jumat bahwa setidaknya 116 jenazah dari 15 kamp dan desa, termasuk 32 anak-anak dan 46 wanita, telah dikuburkan dalam sebuah upacara. Dia mengatakan, memang benar beberapa orang menolak untuk dievakuasi.

Meskipun pihak berwenang telah memberikan beberapa bantuan makanan dan tempat tinggal, masih banyak yang dibutuhkan, katanya, dan menambahkan bahwa bantuan dari organisasi internasional dan donor swasta belum tiba. "Jika pihak berwenang memberikan otorisasi perjalanan kepada organisasi internasional sesegera mungkin, kaum Rohingya di sini akan mendapatkan bantuan dengan cepat. Jika otorisasi perjalanan dibatasi, orang-orang di sini kemungkinan akan lebih menderita,” kata Theinn Shwe.

Terutama dibutuhkan bantuan tempat perlindungan, bahan makanan dan bahan medisFoto: Sai Aung Main/AFP

Kebutuhan mendesak: tempat berlindung, bahan makakan, persediaan medis

OCHA mengatakan ada kebutuhan mendesak akan bahan bakar untuk memastikan berjalannya layanan publik utama, terutama kesehatan dan pengolahan air. "Pasokan air bersih menjadi perhatian. Kebutuhan penting lainnya termasuk tempat berlindung, bantuan makanan, persediaan medis, dan layanan kesehatan. Di daerah banjir, kekhawatiran tetap ada tentang penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air dan pergerakan ranjau darat," warisan konflik sipil selama beberapa dekade di Myanmar.

Juru bicara negara bagian Rakhine dan Jaksa Agung Hla Thein mengatakan, hari Kamis (17/05), tidak ada batasan bagi organisasi lokal atau internasional untuk mengirimkan bantuan. Namun pernyataan itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

Topan Mocha menerpa kawasan Sittwe di negara bagian Rakhine pada Minggu sore lalu dengan angin berkecepatan hingga 209 kilometer per jam. Topan yang paling merusak di negara itu setidaknya dalam satu dekade juga membawa banjir bandang yang meluas, yang memadamkan listrik. Sementara angin kencang mnerbangkan atap bangunan dan menghancurkan menara jaringan seluler. Beberapa negara, termasuk India, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, telah mengalokasikan bantuan dana atau berbagai bahan untuk membantu pemulihan. hp/yf (ap, afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait