Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Anjlok ke Ranking 102
28 Januari 2021
Dalam laporan terbaru Transparency International yang dirilis Kamis (28/1), Indeks korupsi (CPI) Indonesia tahun 2020 anjlok ke posisi 102 dari 180 negara. Tahun 2019 Indonesia masih ada di ranking 85.
Iklan
Transparency International dalam laporan tahunan terbarunya melukiskan gambaran suram tentang bagaimana korupsi merusak respons COVID-19 di banyak negara tahun lalu dan mengikis lembaga-lembaga demokrasi. Karena itu, laporan Corruption Perception Index (CPI) 2020 yang dirilis Kamis (28/1) diberi motto: "Korupsi Bisa Membunuh Manusia"
Transparency International meneliti korelasi antara tingkat korupsi dan tanggapan negara-negara terhadap pandemi virus korona pada tahun 2020. Studi ini menyoroti dampak korupsi pada tanggapan pemerintah terhadap dan melihat bagaimana korupsi telah berdampak pada banyak negara dalam hal investasi dalam sistem perawatan kesehatan dan sejauh mana norma dan lembaga demokrasi telah dilemahkan selama pandemi.
Transparency International mengatakan, korupsimenjadi lazim dalam langkah respons COVID-19, dari suap untuk tes Covid-19, suap di bidang perawatan kesehatan hingga korupsi di pengadaan persediaan medis untuk publik.
"Apa yang Anda lihat adalah bahwa pengadaan peralatan perlindungan - masker, ventilator dan sebagainya - tidak ditangani secara transparan," kata Daniel Eriksson dari Transparency International, kepada DW. "(Pandemi) sangat menarik bagi orang-orang yang korup untuk menyedot uang ke dalam kantong mereka sendiri, sehingga membuat diri mereka kaya dengan mengorbankan penduduk pada umumnya - korupsi dalam kasus ini benar-benar membunuh orang," tegasnya.
Iklan
Denmark negara terbersih korupsi, Indonesia melorot ke ranking 102
Tiga negara dengan tingkat persepsi korupsi terendah adalah Denmark, Selandia Baru dan Finlandia, sementara di peringkat terbawah ada Sudan Selatan, Somalia, dan Suriah.
Jerman kembali menempati peringkat 9, seperti tahun sebelumnya, dengan skor 80 dari 100. Amerika Serikat hanya mencetak skor dan membuatnya turun ke peringkat terendah yang pernah dicapainya sejak 2012, yaitu ranking 25.
Sedangkan Indonesia yang tahun 2019 masih meraih skor 40 dan menempati ranking 85 dari 180 negara, anjlok hampir 20 posisi ke peringkat 102, dengan skor 37. Sementara India yang meraih skor 40 sekarang berada jauh di atas Indonesia, yaitu di ranking 86.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
"Merasa frustasi" dengan memburuknya kinerja anti korupsi
Paket bantuan COVID-19 di berbagai negara menunjukkan bahwa ada masalah korupsi yang serius dan "menandai kemunduran yang signifikan dari norma-norma demokrasi yang sudah berlangsung lama, yang mempromosikan pemerintah yang bertanggung jawab," kata Transparency International.
Selanjutnya disebutkan bahwa "tak terhitung banyaknya nyawa yang hilang karena efek berbahaya dari korupsi, yang merusak tanggapan global yang adil dan setara" terhadap pandemi. Analisis Transparency Interantional mengatakan korupsi telah mengalihkan dana dari investasi yang sangat dibutuhkan dalam perawatan kesehatan, meninggalkan beberapa komunitas tanpa dokter, peralatan dan juga klinik dan rumah sakit.
"COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan dan ekonomi; ini adalah krisis korupsi dan yang saat ini gagal kami tangani," kata Ketua TI Delia Ferreira Rubio dalam siaran persnya.
Indeks Persepsi Korupsi CPI menggunakan skala nol hingga 100 untuk menilai kinerja masing-masing negara, dengan nol berarti sangat korup dan negara-negara yang mencetak hampir 100 poin hampir bebas dari korupsi. Ttransparency InterantionaI menyatakan "merasa frustasi" melihat skor rata-rata pada tahun 2020 hanya 43 poin, dengan dua pertiga dari 180 negara yang disurvei mendapat skor di bawah 50 poin.