Yasmin pernah jadi korban perkosaan ISIS. Ia melarikan diri. Namun, trauma memicunya membakar diri ketika takut diperkosa lagi. Kini ia menjalani perawatan di Jerman dan kembali menyulam masa depan.
Iklan
Trauma Jadi Budak Seks, Gadis Yazidi Bakar Diri
02:19
Ketika pertama kali bertemu dengan Yasmin, psikolog khusus trauma Jan Ilhan Kizilhan terkejut dan terdiam: "Saya bertemu dengannya di kamp pengungsi dekat kota Dohuk. Dan ketika saya membuka tenda selama 5-10 detik, saya syok sendiri. Karena tubuhnya benar-benar terbakar, tidak ada mata, tidak ada hidung, tidak ada telinga. Semua kulit terbakar. "
Gadis ini sebenarnya telah diselamatkan dan tinggal sebuah kamp pengungsi di Irak selama dua minggu, ketika suatu hari trauma itu datang menghantui. Ia merasa mendengar suara-suara militan ISIS di luar tendanya. Yasmin mengira orang yang dulu menculiknya datang.
Trauma itu membuatnya berpikir, dirinya akan menghadapi perkosaan dan pelecehan seksual lagi di tangan ISIS. Yasmin yang baru berusia 17 tahun bersumpah untuk membuat dirinya tidak lagi menarik, dengan mengguyur wajah dan tubuhnya dengan bensin lalu menyalakan korek api. Api membakar rambut dan wajahnya, mengupas hidung, bibir dan telinganya.
Jan Ilhan Kizilhan, psikolog khusus penanganan trauma yang mengobati Yasmin mengisahkan: "Suatu hari dia bermimpi buruk. Dalam mimpi buruk ini dia merasa bahwa inilah yang terjadi, bahwa di depan tenda ada gerombolan ISIS, dan ISIS akan memerkosanya. Satu-satunya yang ada di pikiran Yasmin, adalah 'bagaimana saya bisa menjadi tak menarik agar tak tidak diperkosa lagi' dan oleh sebab itu ia mengambil bensin dan membakar diri."
Yasmin bercerita: "Saya sangat takut. Saya sangat marah dan saya menangis sepanjang waktu. Saya bertemu dokter dan mereka memberi saya suntikan dan pil. Tapi saya tidak bisa makan selama dua hari. Saya tidak bisa makan, menangis sepanjang waktu. Dan sebagian besar waktu saya bisa mendengar suara mereka berada di telinga saya. Kami tinggal di tepi sungai di Khanke. Saya bisa mendengar suara mereka, saya sangat takut. Dan sekali waktu mortir menghantam Khanke, saya begitu takut dan berlari ke tetangga saya. Setelah itu saya sangat takut, saya tidak tahan lagi. Dan inilah yang terjadi pada saya. "
Lara Tak Berbatas: Nasib Kaum Yazidi Irak
Ketika musim dingin menyapa, pengungsi menghadapi masa-masa sulit. UNHCR memperkirakan terdapat satu juta pengungsi domestik di Irak, kebanyakan kaum Yazidi yang terusir oleh Islamic State
Foto: DW/Andreas Stahl
Yang Terusir dan Mengungsi
Menurut badan PBB urusan pengungsi, UNHCR, Irak kini memiliki sekitar satu juta pengungsi domestik. Kebanyakan bergerak ke arah utara untuk mencari kehidupan baru di kawasan Kurdi.
Foto: DW/Andreas Stahl
Dalam Pelarian
Kebanyakan pengungsi domenstik di utara Irak adalah kaum Yazidi. Ketika geriliyawan Islamic State menyerang pegunungan Sinjar, yang selama puluhan tahun menjadi rumah kelompok minoritas itu, sebagian meninggalkan harta benda dan mencari tempat berlindung di utara.
Foto: DW/Andreas Stahl
Bertahan Hidup
Nyaris mustahil buat Lembaga Swadaya Masyarakat dan pemerintahan Kurdistan buat membantu semua pengungsi yang melarikan diri ke utara Irak sejak awal Agustus. Mereka yang tidak mendapatkan tempat di dalam kamp pengungsi, terpaksa bertahan hidup tanpa bantuan apapun.
Foto: DW/Andreas Stahl
Mencari Atap
Kelangkaan tempat di kamp pengungsi memaksa banyak warga Yazidi hidup dan tinggal di bangunan terbengkalai atau gedung-gedung sekolah di utara Irak.
Foto: DW/Andreas Stahl
Maut di Puncak Sinjar
Tidak semua orang cukup beruntung bisa melarikan diri ketika teroris Islamic State menyerang desa-desa di sekitar gunung Sinjar. Kebanyakan dieksekusi atau tewas ketika mencoba melawan militan bersenjata lengkap. Peristiwa berdarah itu dikenal dengan nama "pembantaian Sinjar"
Foto: DW/Andreas Stahl
Tanpa Uluran Tangan
Musim dingin yang sudah di depan mata bakal mempersulit situasi keluarga Yazidi yang hidup di bangunan terbengkalai. Ketiadaan uang untuk makan atau setidaknya membeli selimut adalah kekhawatiran terbesar. Bantuan internasional bisa menyelamatkan kehidupan yang terancam.
Foto: DW/Andreas Stahl
Rumah Seadanya
Bangunan kosong ini dijadikan rumah dan tempat berlindung oleh sekitar 40 keluarga Yazidi yang mengungsi usai pembantaian Sinjar
Foto: DW/Andreas Stahl
"Menunggu dan Berharap"
Pengungsi Yazidi dijanjikan akan mendapat kamp pengungsi baru. Namun hingga kini belum terlihat adanya upaya serius membangun tempat berlindung buat kaum terusir itu. "Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah menunggu dan berharap," kata salah seorang pengungsi.
Foto: DW/Andreas Stahl
'Binasakan Rumah Kami'
Sebagian besar kaum Yazidi mendesak AS dan koalisinya agar melancarkan serangan udara terhadap kampung halamannya sendiri yang diduduki kelompok teror IS. "Tolong, ledakan rumah saya," kata seorang Yazidi yang meyakini satu-satunya cara menghalau IS adalah dengan serangan udara.
Foto: DW/Andreas Stahl
Lindungi Masa Depan Mereka
Seorang bocah Yazidi bermain di sebuah area konstruksi di utara Irak. Masa depan mereka adalah salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat internasional. Selama IS masih bergeliat, bocah-bocah ini masih akan hidup dalam pelarian tanpa kehidupan normal.
Foto: DW/Andreas Stahl
Terusir dari Tempat Pelarian
Seakan kondisi para pengungsi belum cukup mengenaskan, pemilik gedung tempat bernaung kaum Yazidi selama hampir tiga bulan, mengusir mereka keluar. "Kami tidak punya tujuan. Buat kami mustahil pergi hingga kamp pengungsi baru selesai dibangun," kata salah seorang pengungsi.
Foto: DW/Andreas Stahl
Tertinggal di Sinjar
Seorang remaja berpose di depan kamera. Banyak pengungsi Yazidi meninggalkan anggota keluarga dan sanak saudaranya di pedesaan Sinjar. Hingga kini tidak ada yang tahu nasib mereka.
Foto: DW/Andreas Stahl
12 foto1 | 12
1100 Korban Dibawa ke Jerman
Ia dibawa ke Jerman tahun lalu, untuk menjalani perawatan. Yasmin yang kini berusia 18 tahun adalah salah satu dari 1.100 perempuan ang dibawa ke Jerman untuk mendapat perawatan psikologis: "Kami membawa 1.100 perempuan dan anak-anak korban IS. Dulu mereka ada yang disiksa, diperkosa. Kami memeriksa kondisinya dan membawa mereka untuk mendapat perawatan medis di Jerman. " Mereka kebanyakan dari minoritas etnis Yazidi, yang telah melarikan diri dari tahanan ISIS.
Yasmin bersedia untuk menceritakan kisahnya pada media AP, tetapi meminta agar AP tidak menggunakan nama belakangnya karena takut ISIS membalas dendam.
Program perawatan yang dijalankan Kizilhan telah menarik perhatian internasional. Ia dan timnya mencoba untuk mengatasi masalah mendasar, yakni: setelah korban diselamatkan, trauma tetap membekas untuk jangka waktu yang lama. Bahkan di kamp-kamp pengungsi di Irak, Kizilhan mencatat ada sekitar 60 kasus di mana perempuan Yazidi bunuh diri.
Meski cobaan berat dihadapinya, Yasmin berdiri tegak dan wajahnya cerah saat ia ingat bagaimana Kizilhan memasuki tendanya di kamp pengungsi. Dia mengatakan pada sang psikolog, ia dan ibunya ingin mendapat bantuan perawatan di Jerman. Gadis Yazidi korban ISIS ini ingin pergi ke Jerman sehingga bisa merasa aman dan seperti dirinya sendiri lagi.
3 Agustus 2014, kelompok ISIS menyapu ke daerah Sinjar di Irak utara, rumah bagi mayoritas Yazidi. Mereka membunuh orang-orang dan mengambil beberapa anak laki-laki, perempuan dan anak perempuan. Diperkirakan 3.200 etnis Yazidi masih ditahan ISIS di Suriah.
Jerman mengucurkan dana sebesar 95 juta Euro untuk program tiga tahun, yang di antaranya digunakan untuk membawa para korban kekejaman ISIS ke jerman dan mendapat perawatan. Kizilhan, seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam trauma, diminta untuk membantu.
Apa yang Mereka Lakukan Setelah Bebas dari ISIS?
Setelah selama ini dijadikan 'tameng manusia' oleh ISIS, warga Manbij, Suriah, rayakan kebebasan, pertengahan Agustus 2016. Para warga ramai-ramai langgar aturan yang sebelumnya diterapkan ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Merayakan kebebasan
Para perempuan merayakan kebebasan setelah koalisi Pasukan Demokratik Suriah SDF membersihkan Manbij, yang sebelumnya dikuasai milisi ISIS. Didukung serangan udara AS, SDF meluncurkan serangan di Manbij dan pedesaan sekitarnya sejak bulan Mei. Setelah gempuran dilancarkan SDF mengatakan kota tersebut telah "dibersihkan dari geng ISIS“ pada pertengahan Agustus 2016.
Foto: Reuters/R. Said
Merokok
Seorang nenek membakar rokok, sebagai tanda 'melanggar' aturan ketat ISIS. Aturan ketat ISIS melarang keras orang-orang merokok.
Foto: Reuters/R. Said
Cukup sudah berjanggut
Para pria saling mencukur janggut. Selama ini ISIS menerapkan beberapa aturan yang wajib dipatuhii penduduk, di antaranya menuntut para pria untuk memelihara janggut.
Foto: Reuters/R. Said
Pelukan erat
Seorang tentara perempuan SDF memeluk erat seorang wanita, selepas kawasan tersebut dibebaskan. Banyak pejuang Kurdi di Suriah yang merupakan perempuan. Pasukan SDF menuding ISIS memanfaatkan warga sebagi tameng hidup.
Foto: Reuters/R. Said
Evakuasi
Seorang anak perempuan tersenyum lebar setelah dievakuasi dari wilayah yang dikuasai milisi ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Patroli
Selama hari-hari terakhir pembebasan, SDF terus membersihkan kota dari penguasaan ISIS.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Menyelamatkan warga
Pejuang perempuan SDF menggendong seorang bayi setelah evakuasi rakyat dilakukan di kawasan terakhir yang dikuasai ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Lepaskan nikab dan burka
Beberapa perempuan membuka nikab maupun burka yang selama ini dipaksakan oleh ISIS. Bahkan ada pula yang tampak membakar busana-busana berwarna hitam di jalan-jalan.
Foto: picture-alliance/dpa/Kurdistan24
8 foto1 | 8
Kizilhan, yang berlatar belakang Kurdi, lahir di Turki dan dapat berbicara bahasa Kurdi, termasuk dialek Yazidi, Jerman, Turki, Persia, Inggris dan bahkan beberapa bahasa Arab.
Dari bulan Februari 2015 hingga Januari 2016, tim kecil yang terdiri dari berbagai ahli pergi ke kamp-kamp pengungsi di Irak utara. Kizilhan melakukan 14 kali perjalanan dan mewawancarai 1.400-an perempuan dan anak-anak yang ia temukan. Ia mencoba untuk menentukan siapa yang akan mendapat manfaat terbaik dari program yang terbatas ini.
Pada akhirnya, ia memutuskan 1.100 perempuan dan anak perempuan mulai usia 4 hingga 56 tahun yang akan mendapatkan bantuan.
Kizilhan dan timnya kemudian bertemu dengan pemimpin agama kepala Yazidi, Baba Sheikh, di situs suci Lalish. Sang tokoh yang dihormati itu sepakat agar para korban tidak merasa terkucil atas apa yang mereka alami. Malahan ia mencium kepala para korban dan mengatakan kepada komunitas mereka, ia sangat bangga atas ketabahan mereka.
Yasmin masih 16 tahun usianya ketika ia dan adiknya terpisah dari keluarga mereka ketika mereka melarikan diri ke pegunungan, ditangkap dan ditahan ISIS: "Semua gadis diculik. Pria tewas dan para perempuan dan anak-anak dibawa. Mereka mengajar anak-anak bahasa Arab. Mereka memaksa anak-anak bekerja dan mengajar mereka untuk membunuh orang-orang seperti mereka. Setelah itu saya melarikan diri dengan adik. Kondisi saya masih sangat buruk. "
Setelah tujuh hari, mereka melarikan diri. Meski sudah lolos dari ISIS, dia masih takut dan selalu menangis.
Yasmin: Dunia Perlu Tahu
Terputus-putus suaranya ketika Yasmin mencoba untuk menjelaskan apa yang menyebabkan dia membakar dirinya sendiri. Ia berbicara samar-samar ketika mengingat memori buruk itu. "Suara mereka ada di telinga saya," katanya. "Saya bisa mendengar suara mereka, saya sangat takut."
Kini Yasmin berbagi rumah dengan orangtuanya, saudara perempuan dan dua saudara, yang akan bergabung nanti. Saudaranya tidak pernah berbicara tentang apa yang terjadi padanya. Tapi bagi Yasmin, dunia harus tahu apa yang terjadi.
Selain menjalani psikoterapi jangka panjang, Yasmin juga harus menjalani beberapa kali operasi pemulihan. Yasmin ingin tinggal di Jerman, menyelesaikan studinya, dan menggapai impiannya: "Saya mau tinggal di sini (Jerman), sehingga saya bisa menyelesaikan sekolah saya dan studi universitas saya."
ap/vlz(ap)
Pelarian Minoritas Yazidi di Irak
Setelah melarikan diri dari kejaran milisi Islamic State(IS), warga Yazidi terjebak di Gunung Sinjar. Mereka menanti bantuan.
Foto: AHMAD AL-RUBAYE/AFP/Getty Images
Mencari tempat berlindung
Tidak peduli kemana, mereka hanya mencari rasa aman. Ribuan anggota minoritas Yazidi melarikan diri dari buruan milisi Islamic State (IS). Beruntunglah mereka yang menemukan tempat berlindung di salah satu kamp pengungsi di Irak utara: tapi banyak yang terjebak di pegunungan.
Foto: Reuters
Eksodus massal Yazidi
Minoritas Yazidi hampir sepenuhnya terusir dari kawasan yang dikendalikan milisi IS. Seringkali itu dilakukan dengan kekerasan brutal. Ribuan orang melarikan diri ke Suriah. Sebagian sekarang kembali ke Irak, seperti di pelabuhan di perbatasan Suriah-Irak ini.
Foto: Reuters
Dirampok, dipermalukan, trauma
Milisi IS sering mengambili uang, barang-barang berharga dan paspor milik pengungsi. Beberapa orang hanya memiliki apa yang mereka kenakan pada tubuh. Banyak anak mengalami trauma akibat pengusiran secara kejam. Setidaknya 500 Yazidi tewas.
Foto: Reuters
Tantangan logistik
Terjadi kerumunan besar, ketika botol-botol air dibagikan kepada keluarga-keluarga yang melarikan diri. Memasok bantuan bagi pengungsi di daerah otonomi Kurdi merupakan tantangan logistik.
Foto: Ahmad Al-Rubaye/AFP/Getty Images
Misi Bulan Sabit Merah
Bulan Sabit Merah beraksi Hal ini juga berlaku untuk perawatan medis: Organisasi Bulan Sabit Merah memberi bantuan bagi pengungsi yang tiba di tepi Pengunungan Sinjar. Banyak dari mereka terluka atau lemah akibat perjalanan panjang. Kebanyakan dari berjalan kaki.
Foto: Reuters
Kehidupan sementara
Banyak pengungsi di Irak utara berada dalam kondisi suram. Lebih dari satu juta orang di seluruh Irak, termasuk orang Yazidi kehilangan tempat tinggal, demikian menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM.
Foto: picture-alliance/dpa
Bawa barang pribadi
Kamp pengungsian Badan pengungsi PBB UNHCR membangun sebuah kamp pengungsi darurat, antara lain di dekat kota di Irak utara, Erbil. Para pengungsi senang setidaknya bisa memasang dekorasi nereka sendiri --barang-barang pribadi, yang berhasil mereka selamatkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Pasokan dari helikopter
Beberapa hari lamanya Angkatan Udara Amerika Serikat mendistribusikan air dan makanan dengan helikopter ke warga Yazidi di Pegunungan Sinjar Para pengungsi sangat membutuhkan pengiriman bantuan, karena sebagain besar mereka terputus dari dunia luar.