Tren Baru Pertambangan Laut Dalam Rawan Bencana Lingkungan?
12 Juli 2023
Laut dalam kaya akan mineral, tapi para ahli mengatakan bahwa membuka aktivitas pertambangan di laut dalam dapat membawa risiko yang belum diketahui.
Iklan
Di kedalaman Samudra Pasifik, antara Meksiko dan Hawaii, triliunan bebatuan berbentuk kentang tersebar di dasar laut. Bebatuan ini mengandung mineral seperti nikel, kobalt, dan mangan yang penting bagi teknologi hijau dalam transisi energi global.
Di wilayah lautan ini, yang disebut Zona Clarion-Clipperton (CCZ), melimpah bebatuan yang dikenal sebagai nodul polimetalik. Keberadaan bebatuan ini semakin memicu perdebatan tentang penambangan logam laut dalam untuk menghasilkan teknologi seperti baterai untuk kendaraan listrik. Perusahaan pertambangan berpendapat bahwa tambang laut dalam lebih baik bagi lingkungan dibandingkan ekstraksi di darat. Benarkah demikian?
Puluhan negara telah mensponsori proyek eksplorasi laut dalam skala kecil, tetapi penambangan komersial di perairan internasional tidak diizinkan. Hal ini akan menjadi topik perdebatan dalam pertemuan kunci Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang masalah ini di Jamaika.
Gerard Barron, CEO salah satu perusahaan tambang laut dalam The Metals Company (TMC), mengatakan bahwa penambangan laut tidak begitu merusak alam apabila dibandingkan dengan ekstraksi di tempat-tempat seperti di hutan hujan Indonesia.
"Lautan kita penuh dengan logam," kata Barron dalam sebuah wawancara. "Dampak lingkungannya lebih rendah daripada alternatif (pertambangan) berbasis lahan."
Namun, banyak ilmuwan dan ahli konservasi tidak setuju dengan pendapat Barron, dan menyerukan jeda atau moratorium rencana penambangan laut dalam di bawah laut lepas.
Risiko tambang laut dalam belum diketahui
Para ahli dan aktivis berpendapat bahwa ilmu yang ada saat ini tidak cukup memahami kehidupan di laut dalam yang tidak terkena sinar matahari. Membukanya untuk pertambangan akan membuka risiko yang tidak diketahui.
"Tidak ada itu namanya penambangan laut dalam berdampak ringan," kata Jonny Hughes, penasihat kebijakan di badan amal lingkungan Blue Marine Foundation. "Ini adalah ide yang paling merusak yang bisa Anda pikirkan tentang laut dalam."
Melihat dari Dekat Keajaiban Laut
Laut merupakan rumah bagi banyak makhluk menakjubkan, seperti spesies yang baru-baru ini ditemukan di bawah Antartika. Berikut beberapa potret hewan air paling menarik di dunia.
Foto: British Antarctic Survey/dpa/picture alliance
Kehidupan yang tak terjamah
Di bawah lapisan es setebal ratusan meter di Antartika, para peneliti telah menemukan hewan sesil (mirip dengan spons) yang telah beradaptasi dengan kondisi ekstrem seperti kegelapan dan suhu di bawah nol, serta berada di bawah hamparan es. Organisme ini juga berada di 260 kilometer dari laut lepas.
Foto: British Antarctic Survey/dpa/picture alliance
Naga air
Spesies ini mungkin tampak seperti kuda laut, namun hewan ini merupakan naga laut merah (Ruby Seadragon). Belum lama ini para peneliti di lepas pantai Australia Barat menemukan spesies tersebut yang telah diidentifikasi sejak tahun 2015. Hewan-hewan tersebut diamati sedang makan di kedalaman 50 meter (165 kaki).
Foto: picture-alliance/dpa/Scripps Oceanography/UC San Diego
Kuda laut
Bentuk kuda laut "asli" sangat unik dan tidak biasa. Mereka adalah salah satu dari sedikit spesies yang berenang secara vertikal. Berbeda dengan spesies lainnya, tugas mengandung dan melahirkan dilakukan oleh kuda laut jantan. Selain itu, mereka juga merupakan hermafrodit atau berkelamin ganda.
Foto: picture-alliance/ dpa
Belut listrik
Terlepas dari namanya, belut listrik bukanlah belut melainkan spesies anggota keluarga ikan pisau. Mereka memang dapat menghasilkan sengatan listrik yang kuat hingga 600 volt, yang gunanya untuk membunuh mangsa. Para peneliti menyebut, ikan itu juga memanfaatkan listriknya sebagai alat pelacak, mirip dengan panggilan ekolokasi kelelawar.
Foto: imago/Olaf Wagner
Ikan pemanah
Archer fish atau ikan pemanah, hidup di air payau dan mempunyai cara unik untuk membunuh mangsanya yakni mereka meludahkan semburan air ke udara untuk menembak jatuh serangga. Bahkan mereka juga bisa melumpuhkan ikan yang lebih besar hingga jarak tiga meter.
Ikan ini mengubur dirinya sendiri di pasir dan menunggu mangsanya melewati kepalanya. Kemudian ia melesat ke atas dan mendapatkan makanannya. Selain mata yang berada di atas, stargazer juga memiliki mulut besar yang menghadap ke atas dengan kepala besar. Jika Anda pernah melihatnya, berhati-hatilah karena spesies ini berbisa.
Foto: picture-alliance / OKAPIA KG
Ikan batu
Berbisa dan pandai bersembunyi? Ikan batu adalah jagonya! Spesies itu tampak persis seperti batu yang ditumbuhi alga. Tapi jika Anda menginjaknya, duri-duri berbisa akan muncul di permukaan, bahkan bisa berakibat fatal bagi manusia.
Foto: gemeinfrei
Ikan buntal
Ikan buntal memiliki perut elastis yang bisa mengembang saat merasa terancam. Dengan cara ini mereka menjadi jauh lebih besar dan berbentuk bulat. Mereka menghasilkan tetrodotoxin yang dapat membunuh manusia. Di Jepang, orang-orang terbiasa mengkonsumsi ikan buntal.
Foto: picture alliance/Arco Images
Anglerfish
Seekor anglerfish atau ikan sungut ganda menarik mangsanya dengan illicium atau lampu kecil yang ada di atas kepalanya. Ujung illicium yang menyala membuat mangsa penasaran dan kemudian mereka akan ditelan oleh mulut besar pemangsa. Anglerfish dapat ditemukan hampir di mana saja di dunia, termasuk di laut dalam.
Foto: Flickr/Stephen Childs
Viperfish
Hampir tanpa cahaya dan sedikit makanan, hanya hewan tertentu yang dapat beradaptasi secara khusus untuk hidup di laut dalam. Viperfish adalah ikan bermulut besar dan bergigi tajam yang bisa bertahan di laut dalam. Mereka dapat ditemukan di kedalaman 200 meter sampai 5.000 meter.
Foto: picture-alliance/dpa
Plaice
Plaice adalah ikan pipih yang biasa menguburkan diri di sedimen. Mereka memiliki kedua mata di sisi kepala yang sama.
Foto: picture-alliance/dpa/H.Bäsemann
Mudskippers
Mudskipper adalah ikan yang masuk keluarga Gobiidae (ordo Perciformes). Mereka bisa bernapas melalui kulitnya seperti hewan amfibi. Ikan ini bisa memanjang hingga 30 cm ketika dewasa, bisa berjalan, memanjat bahkan melompat-lompat keluar dari air.
Foto: picture-alliance/dpa/MAXPPP
Hiu kepala martil
Para peneliti percaya bahwa kepala yang rata dan menjulur ke samping memberi hiu martil visual yang lebih tinggi dan membantu mereka menemukan mangsanya. (ha/gtp)
Foto: imago/imagebroker
13 foto1 | 13
Perdebatan akan hal ini diperkirakan akan mengemuka di Kingston, Jamaika, pada pertemuan tiga minggu yagn digelar oleh Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA). Ini adalah badan PBB yang bertanggung jawab untuk mengatur laut lepas, yakni wilayah di luar yurisdiksi pemerintah suatu negara, di mana mineral laut dalam paling sering ditemukan.
Pemerintah Norwegia misalnya, pada bulan lalu mengumumkan proposal untuk membuka perairan nasionalnya untuk penambangan laut dalam, sedangkan pada bulan Januari, Prancis melarang praktik tersebut di perairannya.
Iklan
Tekanan dari Nauru
Adalah sebuah negara kecil di Pasifik, yakni Nauru, yang memicu kontroversi dan kekhawatiran pada pertengahan 2021. Saat itu, Nauru memberi tahu ISA tentang rencananya untuk memulai penambangan laut dalam. Pemberitahuan ini memicu ditetapkannya tenggat waktu dua tahun bagi badan tersebut untuk mengadopsi buku peraturan bagi industri.
Ini berarti Nauru, yang mensponsori Nauru Ocean Resources Inc (NORI) yakni anak perusahaan TMC, telah menekan ISA untuk menyelesaikan buku peraturan dalam waktu dua tahun, atau mereka akan menyetujui rencana penambangan berdasarkan peraturan apa pun yang ada saat itu.
Ilmuwan kelautan menyoroti sejumlah masalah yang timbul akibat tambang laut dalam, termasuk polusi cahaya dalam ekosistem yang gelap gulita secara alami, gumpalan sedimen hasil aktivitas kendaraan tambang, dan polusi suara, yang menurut penelitian yang diterbitkan awal tahun ini dapat mengganggu komunikasi paus.
Fakta Tentang Laut, Sumber Kehidupan Bumi
Laut menutupi sebagian besar permukaan Bumi dan juga berperan dalam mengatur iklim di Bumi. Kondisi Bumi dan laut terus berubah karena perubahan iklim. Masih banyak yang harus diteliti tentang tempat tinggal kita ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Planet biru tempat kita tinggal: Bumi
Bumi disebut juga sebagai planet biru tentu karena warnanya. Lautan menutupi hingga 71% dari permukaan Bumi dan 90% dari biosfer. Ini menjadi bagian integral dari kehidupan dan penyediaan kebutuhan oksigen hingga 80%. Menjadikan laut bagian vital dari siklus karbon. Asal-usul laut belum dapat dipastikan, tapi lautan menjadi katalisator pembentukan kehidupan 4.4 miliar tahun yang lalu.
Foto: NASA
Rahasia di balik dalamnya laut yang belum tersentuh
Sekitar 80% dari dunia bawah laut belum pernah dieksplorasi atau dijamah oleh manusia. Para ilmuwan dan peneliti selalu mencoba untuk menguak misteri apa yang ada di bawah laut sana yang bisa membantu kita untuk memahami perubahan lingkungan dan membantu upaya mengelola sumber daya laut yang vital untuk perubahan iklim.
Foto: Colourbox/S. Dmytro
Laut berperan mengatur iklim di planet kita
Dengan menyerap radiasi matahari, mendistribusikan panas dan menggerakkan pola cuaca, laut memiliki peran vital dalam mengatur iklim di Bumi. Namun, kemampuan Bumi untuk melakukan hal natural seperti menyimpan kandungan karbon yang ada di udara dan memproduksi oksigen mulai terganggu karena perubahan iklim.
Foto: Getty Images/AFP/C. Triballeau
Laut juga 'padat' penduduk
Laut adalah rumah bagi sekurangnya 230.000 jenis spesies yang sampai sekarang diketahui. Terumbu karang menjadi tempat berlindung yang aman bagi invertebrata seperti kepiting, bintang, moluska dan ikan-ikan yang beragam. Sedangkan hewan besar seperti hiu, paus, dan lumba-lumba hidup di perairan terbuka.
Foto: Getty Images/D. Miralle
Hewan temuan bawah laut yang aneh
Para peneliti mengakui bahwa manusia mungkin baru menemukan sekitar 2/3 dari isi laut sesungguhya. Setiap tahunnya, ilmuwan selalu menemukan spesies baru seperti Squidworm atau Teuthidodrilus samae (foto) yang ditemukan di perairan laut Celebes di tahun 2007. Banyak hal lain yang menunggu untuk ditemukan di bawah sana.
Foto: Laurence Madin, WHOI
Tanda peringatan perubahan iklim
Laut dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Salah satu contoh utama adalah maraknya terumbu karang yang mulai "memutih" di seluruh dunia. Naiknya suhu dan polusi adalah situasi yang tidak optimal untuk kehidupan terumbu karang. Situasi ini menghambat terumbu karang untuk bertumbuh dan tidak semua terumbu karang dapat pulih setelah berubah menjadi "putih".
Foto: XL Catlin Seaview Survey
Tidak ada tempat berlindung lain untuk hewan laut
Penelitian terbaru menyatakan populasi ikan, moluska, dan kepiting turun dua kali lebih cepat dari populasi hewan daratan. Suhu ekstrem menjadi alasan utama, binatang yang hidup di laut tidak memiliki tempat untuk kabur dari naiknya suhu. Sayangnya, biota bawah laut tidak dapat berevolusi dengan cukup cepat untuk beradaptasi dengan situasi ini.
Es dan salju di Kriosfer mulai menghilang di tempat yang seharusnya ditutupinya. Naiknya suhu udara melelehkan glasier dan es. Kejadian ini berdampak pada naiknya permukaan laut dan juga naiknya tingkat keasaman laut dari metana yang dilepaskan dari permafrost dasar laut di Samudra Arktik.
Foto: AP
Kehilangan mata pencaharian
Manusia tidak dapat dipisahkan dari laut. Banyak kelompok sejak ribuan tahun yang lalu bermukim di pesisir pantai karena kelangsungan hidupnya bergantung kepada laut, seperti nelayan. Hari ini, keberlangsungan hidup banyak orang yang hidup di pesisir mulai terancam karena naiknya permukaan laut sedikit demi sedikit.
Foto: picture-alliance / Bildagentur H
Hilangnya biota laut
Hanya 13% dari laut di dunia bebas dari aktivitas manusia seperti menangkap ikan. Daerah pesisir yang sudah tersapu bersih mendorong para pencari ikan untuk berlayar lebih jauh. Kemajuan teknologi juga membantu menangkap ikan dengan jauh lebih mudah dan dalam jumlah yang lebih besar. Ini menjadi PR generasi mendatang untuk melindungi biota laut yang tersisa. (Ed.: pn/na)
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh yayasan nirlaba Planet Tracker baru-baru ini mengatakan bahwa penambangan laut dalam dapat menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati beberapa kali lebih banyak daripada penambangan terestrial. Hal ini karena berbagai faktor seperti luas permukaan yang terpengaruh dibandingkan dengan penggalian bawah tanah.
Tambang mineral di darat dinilai lebih ekonomis
Dalam beberapa bulan terakhir, kampanye untuk moratorium penambangan laut dalam telah mendapatkan dukungan dari sekitar 17 negara yang secara terbuka mendukung moratorium atau penghentian penambangan laut dalam.
"Semakin banyak negara yang menerima pandangan ini, bahwa sebenarnya tidak perlu terburu-buru dan membuat seperangkat peraturan hanya agar satu perusahaan pertambangan swasta dapat terus melaju," kata Pradeep Singh, peneliti yang memimpin kelompok spesialis di penambangan laut dalam di jaringan lingkungan International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Barron dari TMC tidak sependapat dengan pernyataan bahwa tidak ada cukup informasi yang tersedia untuk melanjutkan penambangan laut dalam. Ia mengatakan bahwa perusahaannya telah menambahkan sejumlah besar data ke catatan keanekaragaman hayati publik.
Namun, Paul Lusty, Direktur Pusat Intelijen Mineral Kritis Inggris di Survei Geologi Inggris, mengatakan penilaian yang membandingkan proyek penambangan laut dalam dengan penambangan terestrial "hanya sebaik data yang menjadi dasarnya, yang untuk kedalaman lingkungan laut datanya masih terbatas."
Lusty, yang memimpin penelitian yang ditugaskan oleh pemerintah Inggris tentang penambangan laut dalam yang hasilnya diterbitkan tahun 2021, mengatakan bahwa perusahaan juga menghadapi tantangan dalam meyakinkan para pebisnis. Beberapa calon pembeli seperti perusahaan teknologi dan mobil seperti Google, Samsung, dan BMW telah menyerukan larangan sementara, dan kemungkinan ada biaya tambahan dibandingkan menambang di darat.
"Tentu saja, pertimbangan ekonomi penambangan mineral tertentu di darat akan lebih disukai daripada di laut dalam," kata Lusty.