Tren Makanan Vegetaris dan Vegan Makin Marak di Jerman
Elmar Stephan
3 September 2020
Analis pasar mengatakan, wabah corona mengangkat tren dan konsumsi makanan tanpa daging. Penawaran makanan vegetaris dan vegan di restoran dan supermarket Jerman makin semarak.
Iklan
Produsen sosis di kota kecil Bad Zwischenahn, Jerman dalam beberapa bulan terakhir berhasil meningkatkan omset sampai 100 persen. Tapi tidak dengan produk sosis yang biasanya mereka tawarkan, melainkan dengan produk baru yang sedang jadi tren: sosis daging bohong, alias sosis yang dari bentuknya serupa dengan produk biasa, tetapi murni tanpa daging.
Hal yang sama dialami pesaingnya, perusahaan Wiesenhof, yang biasanya juga menawarkan berbagai jenis sosis tradisional. Tahun ini, penjualan produk-produk vegetaris dan vegan dari Wiesenhof naik sampai 44 persen.
Berpalingnya konsumen pada makanan tanpa daging juga dialami produsen besar seperti Nestle dari Swiss. Pada paruh pertama 2020, omset produk-produk berbasis tumbuhan naik 40 persen. Sekarang Nestle sedang mencoba kreasi terbarunya: ikan tuna palsu merek "Vuna", yang dibuat dari kacang-kacangan hijau.
Penjualan produk vegetaris dan vegan tumbuh dua digit
Stefan Palzer, Chief Technology Officer Nestle, mengatakan dengan antusias, sasaran mereka adalah para konsumen di Swiss dan Jerman yang disebutnya "Flexitatrier". Mereka adalah konsumen yang karena alasan perlindungan iklim mengurangi konsumsi daging dan ikan, tapi tetap ingin masakan beraroma daging dan ikan.
Sejak 2018, sektor makanan berbasis tumbuhan memang terus menunjukkan kenaikan. Jika dulu makanan jenis ini hanya merupakan sebagian kecil dari omset penjualan makanan, dan hanya dikonsumsi oleh kelompok tertentu, tahun lalu pangsa pasarnya sudah mencapai 25 persen.
Pasar terbesar di Eropa untuk produk makanan berbasis tumbuhan adalah Jerman, kata Alex Grümminger dari organisasi ProVeg. "Pada tahun-tahun mendatang, sektor ini akan tumbuh dua digit lagi", lanjutnya.
Semua produsen tawarkan produk vegetaris dan vegan
Dari hamburger tanpa daging sampai sosis yang kelihatan seperti terbuat dari daging, makin banyak produk makanan berbasis tumbuhan sekarang menyerbu pasar. Godo Röben, anggota direksi produsen sosis Rügenwalder Mühle mengatakan.
"Menurut penelitian, 10 sampai 40 persen protein hewan bisa digantikan oleh protein nabati. "Pertumbuhannya sangat cepat. Tidak ada produsen makanan yang sekarang tidak menawarkan produk tanpa daging", tambahnya.
Menurut Asosiasi Protein Nabati BalPro, yang mewakili 70 produsen makanan, pemerintah sekarang harus aktif mendukung pasar ini dengan berbagai kebijakan. Misalnya menguatkan para produsen regional. "Agar semuanya berkembang secara efisien dan ekologis, misalnya bisa digalakkan perkebunan dengan tanaman yang mengandung protein," kata Ketua BalPro, Sebastian Biedermann.
Apa Yang Terjadi Pada Tubuh, Jika Stop Makan Daging?
Apa yang terjadi pada tubuh kita, jika kita berhenti makan daging, atau setidaknya mengurangi konsumsinya dan memperbanyak sayuran? Sejumlah studi memapakarkan efeknya.
Foto: Fotolia/Kesu
Mengurangi kadar peradangan
Jika Anda makan daging atau produk olahan, Anda kemungkinan mengalami peningkatan kadar peradangan dalam tubuh Anda. Peradangan jangka pendek, seperti akibat cedera adalah hal normal. Tapi peradangan yang berlangsung lama sebaliknya. Diet nabati secara alami membantu anti peradangan karena seratnya tingi dan mengandung antioksidan.
Foto: Fotolia/Kesu
Mengurangi kadar kolesterol
Kadarr kolesterol yang tinggi adalah risiko utama penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh- ditemukan terutama dalam daging. Studi menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi sayuran, kadar kolesterolnya turun hingga 35%. Pola makan nabati mengurangi kolesterol karena nabati rendah kadar lemak jenuh dan bahkan banyak yang tak mengadung kolesterol. Riset membuktikan, kedelai menurunkan kolesterol.
Foto: Colourbox/Reezuan.Z
Menjaga mikrobioma meningkatkan kesehatan
Mikrobioma -- trilyun mikroorganisme dalam tubuh-- membantu pencernaan, menghasilkan nutrisi penting, melatih sistem kekebalan, menjaga jaringan usus, melindungi dari kanker, diabetes, aterosklerosis, radang usus, dan penyakit hati. Makanan nabati membantu membentuk mikrobioma usus yang sehat. Serat dalam makanan nabati mendorong pertumbuhan bakteri "ramah" dalam usus kita.
Foto: Fotolia/Minerva Studio
Mengubah kerja genetika
Para ilmuwan membuktikan faktor lingkungan dan gaya hidup dapat mempengaruhi genetika. Contohnya, antioksida dan nutrisi lain yang kita makan dapat mengoptimalkan bagaimana sel-sel dalam tubuh memperbaiki DNA yang rusak. Penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup, termasuk pola makan nabati, dapat menurunkan risiko kanker prostat.
Foto: PhotoSG - Fotolia
Mengurangi kemungkinan diabetes tipe 2
Protein hewani, terutama daging merah dan olahan, meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Mengapa daging penyebab diabetes tipe 2? Lemak hewan, zat besi dalam hewan, dan pengawet nitrat dalam daging ditengarai menjadi aktor utama perusak sel-sel pankreas, memperburuk peradangan, menyebabkan kenaikan berat badan dan merusak efisiensi fungsi insulin.
Foto: Colourbox
Mendapatkan kecukupan protein
Kelebihan protein tidak membuat badan menjadi lebih kuat atau lebih ramping. Protein berlebih disimpan sebagai lemak atau berubah menjadi limbah, dan protein hewani adalah penyebab utama kenaikan berat badan, penyakit jantung, diabetes, peradangan, dan kanker. Sebaliknya, protein nabati melindungi tubuh dari berbagai penyakit kronis. Nabati juga mampu memenuhi kebutuhan kalori dan protein.
Foto: Colourbox
Menurunkan berat badan
Studi yang diterbitkan Journal of Academy of Nutrition and Dietetics menunjukkan, jika seseorang memakan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan, lebih mudah mengalami penurunan berat badan daripada dengan yang non vegetarian.
Foto: Fotolia/Gorilla
Kulit lebih cerah
Menurut ahli gizi Susan Tucker MD, jumlah asupan tinggi mineral, antioksidan dan serat yang termasuk dalam pola makan nabati membantu terjadinya detoksifikasi dan menyebabkan kulit lebih cerah. Diet nabati dapat mengatasi masalah kulit yang umum, seperti eksim dan jerawat.
Foto: Fotolia/krimar
8 foto1 | 8
Rügenwalder Mühle sudah menerapkan strategi itu, kata Direktur Utama Michael Hähnel. Perusahaan sudah punya kontrak dengan beberapa mitra untuk membudidayakan kacang soya (soybean) di Jerman. Jika proyek rintisan itu berhasil, nantinya perusahaan akan memenuhi 10 persen kebutuhan kacang soya dari pembudidayaan di dalam negeri, dan akan terus ditingkatkan.