Truk Masuk Gaza, Tapi Bantuan Belum Sepenuhnya Tiba ke Warga
23 Mei 2025
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina pada hari Kamis (22/05) menyebutkan bahwa truk-truk bantuan diperbolehkan masuk ke Gaza minggu ini, namun pasokan bantuan belum sepenuhnya sampai ke tangan warga sipil. Organisasi itu juga memperingatkan bahwa jumlah pengiriman yang terbatas berisiko memicu kekacauan dan kekerasan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kecewa dengan skala dan kecepatan pengiriman, karena sebagian besar truk masih terjebak di perbatasan atau menunggu izin dari pihak Israel untuk mendistribusikan bantuan.
Badan-badan PBB dan kelompok bantuan mengaku mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dan menyalurkan bantuan tersebut. Mereka menyalahkan prosedur militer Israel yang rumit serta kacaunya hukum dan ketertiban di dalam wilayah itu.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan sekitar 90 truk bantuan telah diangkut ke berbagai tujuan di Gaza pada hari Rabu (21/05), dan Program Pangan Dunia melaporkan bahwa beberapa toko roti di wilayah selatan dan tengah Gaza sudah mulai memproduksi roti kembali.
Beberapa truk PBB yang berhasil masuk Gaza "disergap" oleh warga yang putus asa, tambah Dujarric di penghujung hari. "Kami memahami bahwa sejumlah kecil truk yang membawa tepung disergap oleh warga dan isinya diambil,” ujarnya. "Sejauh yang saya tahu, ini bukan tindakan kriminal yang melibatkan orang-orang bersenjata.”
Hari Kamis (22/05) pihak Israel mengaktualisasi situasi: Sebanyak 107 truk bantuan milik Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok bantuan lainnya yang membawa tepung, makanan, peralatan medis dan obat-obatan farmasi telah bergerak pada hari Kamis (22/05) ke Jalur Gaza. Demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Israel, dikutip dari Reuters.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Apa yang sedang terjadi dengan pengiriman bantuan ke Gaza?
Di lain pihak: "Saya bisa membuktikan bahwa belum ada satu pun warga sipil yang menerima bantuan,” kata Younis Al-Khatib, Presiden Bulan Sabit Merah Palestina, pada Kamis (22/05) siang. "Sebenarnya, sebagian besar truk masih berada di Karem Shalom di perbatasan, sudah diperiksa, tapi belum masuk ke Gaza.”
Al-Khatib menggambarkan pengiriman bantuan yang minim itu sebagai "undangan untuk pembunuhan,” dengan alasan kekhawatiran akan pecahnya kerusuhan, penjarahan, dan kekacauan karena warga yang putus asa menunggu makanan dan pasokan medis.
Peringatan ini muncul setelah laporan bahwa sekitar 90 truk bantuan kemanusiaan telah berhasil dihimpun oleh lembaga terkait dari hampir 200 truk yang masuk ke Gaza dalam beberapa hari terakhir, namun distribusi bantuan masih terhenti akibat kondisi tidak aman dan kendala logistik.
Sementara itu, pihak kesehatan Palestina melaporkan bahwa angka kematian akibat kelaparan mulai meningkat, dengan sedikitnya 29 anak-anak dan lansia meninggal dalam beberapa hari terakhir. Para petugas bantuan terus menekankan bahwa jumlah bantuan yang dikirim saat ini jauh dari cukup untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih parah.
Harapan bantuan terbatas mulai tiba
Pejabat Palestina mengatakan bahwa tepung dan bantuan makanan lainnya diharapkan mulai mencapai sebagian warga Gaza yang paling rentan pada hari Kamis (22/05), meskipun mereka menegaskan bahwa jumlah tersebut sama sekali tidak cukup untuk mengatasi kekurangan pangan akibat blokade yang sudah berlangsung selama 11 minggu.
"Beberapa toko roti akan mulai menerima tepung untuk membuat roti, dan kami berharap distribusi roti akan dimulai nanti hari ini,” kata Amjad al-Shawa, direktur Jaringan Organisasi Nonpemerintah Palestina diGaza, kepada kantor berita Reuters.
Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan pada hari Kamis (22/05), mengutip Komite Internasional Palang Merah, bahwa warga Gaza mulai menerima barang-barang seperti tepung dan makanan bayi, serta sebuah rumah sakit darurat telah menerima peralatan medis.
"Kami terus berkomunikasi dengan tim di Gaza. Hari ini akan sangat penting. Truk-truk berisi bantuan penyelamat nyawa akhirnya mulai bergerak lagi,” tulis kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, di X.
"Saya sangat kagum dengan keberanian para pekerja kemanusiaan kami,” tambahnya. "Mereka terus menghadapi tantangan besar untuk mengeluarkan barang dari pos perbatasan ke tempat yang membutuhkan. Pekerjaan yang sangat penting dan menyelamatkan nyawa,” tulisnya.
Rencana bantuan tiga tahap Israel menuai kritik
Menghadapi tekanan global untuk meringankan blokade dan menghentikan pertempuran di Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia terbuka untuk "gencatan senjata sementara," tetapi menegaskan bahwa tujuan militer adalah menguasai seluruh Gaza.
Israel menyatakan blokade tersebut diperlukan karena kelompok militan Hamas diduga mengalihkan bantuan kemanusiaan. Pejabat Israel juga menyebutkan bahwa mereka berencana menerapkan sistem distribusi bantuan baru dalam beberapa hari ke depan.
Awalnya, Israel akan mengizinkan pasokan makanan pokok masuk ke wilayah pesisir tersebut untuk menghindari krisis kemanusiaan. Tahap kedua akan melibatkan pembukaan titik distribusi makanan yang dikelola oleh perusahaan Amerika Serikat.
Pada langkah terakhir, sebuah "zona steril" bebas dari Hamas akan dibentuk di selatan Gaza untuk mempermudah bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang mengungsi.
Dalam sebuah pidato pada hari Kamis (22/05), Netanyahu mengatakan pembangunan zona distribusi bantuan kemanusiaan pertama di Gaza akan selesai dalam beberapa hari ke depan.
Badan-badan PBB dan kelompok bantuan telah memperingatkan bahwa sistem yang diusulkan ini tidak akan mampu memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang terus meningkat dan bisa memaksa banyak orang untuk berpindah agar bisa mengakses lokasi bantuan.
Mereka menyatakan bahwa rencana tersebut melanggar prinsip kemanusiaan karena mengharuskan orang-orang berpindah tempat untuk mendapatkan bantuan, bukannya memberikan bantuan berdasarkan kebutuhan di tempat tinggal mereka saat ini.
*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid