1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perancis Kembali Diguncang Teror

15 Juli 2016

Truk maut yang sengaja dengan kecepatan tinggi menghantam kumpulan orang menewaskan sedikitnya 84 orang dan melukai puluhan lainnya di Nice, Perancis. Pemimpin sejumlah negara nyatakan solidaritas dengan Perancis.

Truk yang digunakan untuk serangan teror (14/07)
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Goldsmith

Tahun ini perayaan Hari Nasional Perancis atau Hari Bastille, 14 Juli, diwarnai syok dan kengerian akibat serangan teror yang terjadi di Nice. Sebuah truk dengan kecepatan tinggi diarahkan menabrak sejumlah orang yang sedang menonton pertunjukan kembang api. Sejauh ini sedikitnya 84 orang tewas, termasuk sejumlah anak, dan 18 dalam kondisi kritis. "Perancis kembali jadi sasaran serangan teror," demikian dinyatakan Presiden Perancis Francois Hollande.

Pengemudi truk berhasil ditembak mati polisi setelah melajukan truknya sejauh sekitar dua kilometer di jalan Promenade des Anglais yang dipenuhi orang. Sejumlah keterangan saksi mata dan rekaman video amatir yang beredar di media sosial menunjukkan jalan yang dihiasi pohon palem itu penuh dengan jenasah yang bergeletakan, setelah truk maut menabraknya bagaikan pin bowling yang beterbangan.

Pelaku tercatat di kepolisian

Hollande menyatakan, sejauh ini belum diketahui, apakah pengemudi truk melakukan serangan sendirian ata ada kelompok di belakangnya. Menurut keterangan aparat di Perancis, di dalam truk mereka menemukan kartu identitas seorang pria Perancis keturunan Tunisia yang berusia 31 tahun. Dilaporkan, pria tersebut dikenal polisi dalam kasus kriminal ringan, tetapi tidak dikategorikan sebagai potensial melakukan serangan teror.

Di dalam truk, polisi menemukan sebuah granat dan sejumlah senjata. Pihak berwenang juga menyatakan, pengemudi truk melepaskan sejumlah tembakan sebelum ditembak mati oleh polisi. Truk berwarna putih yang bisa mengangkut muatan hingga 19 ton tersebut dilaporkan disewa di daerah itu beberapa hari sebelumnya.

Akibat serangan di Nice itu, Presiden Hollande menyatakan akan memperpanjang situasi darurat yang masih diterapkan di Perancis hingga tiga bulan mendatang.

Hari Bastille adalah hari peringatan penyerbuan penjara Bastille tanggal 14 Juli 1789, yang menandai Revolusi Perancis, dan jadi simbol pemberontakan rakyat kecil terhadap otoritas yang tidak adil.

Solidaritas bagi Perancis

Sejumlah pemimpin negara menyatakan solidaritas bagi rakyat Perancis, dan kecaman terhadap serangan teror. Kanselir Jerman Angela Merkel menyampaikan bela sungkawa terhadap keluarga korban dan kecaman terhadap serangan teror. Presiden AS Barack Obama menyebutnya "serangan teror mengerikan". Karena serangan terjadi pada Hari Bastille, ia juga memuji rakyat Perancis yang disebutnya memiliki nilai demokrasi tinggi dan tidak mudah menyerah.

Calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dan saingannya Donald Trump dari Partai Republik juga menyatakan kecaman terhadap serangan teror di Nice. Clinton menyatakan, "Semua warga AS bersolidaritas dengan rakyat Perancis, dan menyatakan dengan suara bersama: Kita tidak akan bisa diintimidasi." Sementara Donald Trum menyatakan ini situasi perang.

Pernyataan duka dan solidaritas juga disampaikan petinggi Uni Eropa. Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menyatakan terkejut dan syok karena Perancis diserang pada hari nasionalnya, dan menyerukan dunia untuk bersatu menyokong Perancis. Ia mengatakan, "Ini sebuah paradoks tragis, bahwa korban adalah mereka yang merayakan kebebasan, persamaan dan persaudaraan."

ml/as (ap, afp)

Bendera Setengah Tiang untuk Nice

01:21

This browser does not support the video element.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait