Donald Trump harus meyakinkan pemilih moderat untuk memenangkan pemilu kepresidenan. Tapi bukannya melembut, ia malah mempertajam retorika terhadap warga asing dan berjanji memaksa Meksiko membayar tembok perbatasan.
Iklan
Awalnya pengamat berharap Donald Trump bakal melunak setelah lawatannya ke Meksiko. Popularitas kandidat presiden AS dari Partai Republik itu saat ini sedang anjlok. Retorikanya yang memarjinalkan kaum muslim, warga kulit hitam dan hispanik diyakini tidak banyak membantu. Maka pertemuan dengan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, bisa menjadi titik balik.
Tapi Trump tidak sedang ingin tampil jinak. Setelah kunjungan simbolis ke negeri jiran, ia malah berjanji akan mendeportasi jutaan imigran ilegal di pekan pertama masa jabatannya. Trump juga menegaskan Meksiko akan membayar "tembok cantik" di perbatasan.
"Kita akan merebut kembali negeri ini," ujarnya. "Kita akan membangun tembok raksasa di perbatasan selatan. Dan Meksiko akan membayarnya, 100%. Mereka cuma belum tahu, tapi mereka akan membayar (pembangunan) tembok itu."
Ihwal imigran ilegal Trump berencana membentuk "satuan deportasi" untuk mengusir warga asing yang tertangkap, tanpa proses pengadilan. Selain itu ia juga akan membatasi akses warga asing yang bekerja di AS untuk mendapat kewarganegaraan.
Terpaut jauh dari pesaingnya Hillary Clinton hanya 69 hari jelang pemilu kepresidenan, Trump sebelumnya mengisyaratkan bakal "melembut" dalam isu imigrasi. Sebab itu perjalanannya ke Meksiko mengundang perhatian publik.
Tapi setibanya di Arizona, Trump malah mempertajam retorika soal imigrasi. Ia antara lain berjanji akan membatalkan kebijakan Presiden Barack Obama untuk memberikan izin kerja kepada 800.000 imigran muda yang datang ke AS saat berusia kecil.
Trump sebaliknya mengatakan akan membangun penjara khusus untuk imigran yang melakukan tindak kriminal. "Tidak akan ada pengampunan," tegasnya.
Isu Utama Kampanye Pemilu Presiden AS
Opini rakyat AS terpecah-belah dalam banyak isu politik. Baik urusan pemberantasan terorisme, aborsi atau pembatasan kepemilikan senjata. Ini beberapa yang paling penting.
Foto: Reuters/J. Young
Pembatasan Pemilikan Senjata
Baik di gereja di Charleston, di sekolah dasar di Sandy Hook, atau di bioskop di Aurora, penembakan masal sudah jadi hal yang sering terjadi di AS. Menjelang akhir masa jabatannya, Obama berusaha ketatkan kontrol senjata di negaranya. Tapi ini isu yang memecah-belah warga. Banyak warga AS menolak langkah yang membatasi kepemilikan senjata.
Foto: Reuters/A. Latif
Reformasi Asuransi Kesehatan
Kemungkinan tidak ada isu paling besar yang pisahkan kubu Republik dan Demokrat selain reformasi asuransi kesehatan yang dicanangkan Presiden Barack Obama, dijuluki Obamacare. Itu membuat hampir semua orang AS harus punya asuransi kesehatan. Banyak calon Demokrat ingin perluas Obamacare, sementara sebagian besar calon Republik akan menghapusnya jika terpilih jadi presiden.
Foto: Reuters/J. Rinaldi
Terorisme
Serangan teroris di San Bernardino, yang sebabkan 14 orang tewas, kembali sulut debat soal keamanan nasional dan pemberantasan terorisme. Kandidat presiden dari Partai Republik kritik Obama karena dianggap lemah mengatasi masalah terorisme. Donald Trump, calon dari kubu Republik bahkan usulkan larang masuknya semua orang beragama Islam ke AS.
Foto: Getty Images/AFP/S. M. Haffey
Imigrasi
Di samping itu Trump juga ingin mencegah masuknya orang Meksiko ke AS, dan usulkan pendirian tembok sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Calon lainnya lebih liberal, dan usulkan UU imigrasi baru, yang setidaknya menawarkan perspektif bagi 11 juta imigran gelap di AS. Karena semakin kuatnya kemungkinan dukungan dari warga "Hispanic", imigrasi jadi salah satu isu penting pemilu presiden AS.
Foto: Getty Images/AFP/R. Schedmidt
Aborsi
Ini debat yang tak kunjung henti di AS. Pilihannya: "pro-choice" atau "pro-life", antara hak memilih (aborsi), atau hak untuk hidup. Bagi banyak warga konservatif dan kelompok religius AS, aborsi adalah dosa. Banyak calon dari kubu Republik menolak aborsi, karena gerakan pro-choice memperjuangkan hak perempuan untuk memilih aborsi secara legal.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ngan
Keadilan Sosial
Distribusi kekayaan di AS sangat tidak merata. Menurut peneliti di Kalifornia, 1% warga terkaya AS memiliki kekayaan sama seperti jumlah kekayaan 90% warga di golongan bawah. Kemungkinannya kecil AS akan punya sistem keadilan sosial seperti di Eropa. Tapi dengan munculnya Bernie Sanders dari Partai Demokrat, kampanye kali ini jadi punya fokus kuat pada kekayaan dan ketidakadilan.