Bukan Donald Trump jika tidak kontroversial. Tapi kali ini sang miliarder dianggap sudah kelewatan batas. Ia mencemooh keluarga muslim yang kehilangan putranya yang tewas saat bertugas di Irak.
Iklan
Banyak hal kontroversial yang dilontarkan kandidat Partai Republik, Donald Trump saat ia berkampanye kaukus. Entah itu larangan masuk Amerika Serikat buat kaum muslim atau seruannya kepada Rusia untuk meretas akun email kandidat Demokrat, Hillary Clinton. Selama ini simpatisan Partai Republik selalu bisa memberi toleransi pada sang miliarder.
Tapi untuk ukuran Trump pun ucapannya kali ini telah melewati batas. Ketika ia dikritik Khizr Khan, seorang ayah muslim yang kehilangan putranya kapten Humayun Khan dalam perang di Irak, Trump malah mencemooh keyakinannya.
Dobrak tabu
Selama ini mengritik keluarga tentara yang tewas selama bertugas adalah hal tabu di Amerika Serikat. Tidak heran jika reaksi Trump mengundang kecaman, bahkan dari petinggi Partai Republik sendiri. "Saya tidak bisa menekankan lebih jelas lagi betapa saya tidak setuju dengan Trump," tutur bekas capres Republik, John McCain.
Veteran perang Vietnam itu berusaha menenangkan pemilih. "Saya harap penduduk Amerika memahami pernyataan itu tidak mewakili sikap Partai Republik, fungsionaris atau kandidat-kandidatnya."
Putra Khan, Kapten Humayun, tewas tahun 2004 silam oleh serangan bom bunuh diri saat bertugas untuk militer AS. Dalam Konvensi Partai Demokrat pekan lalu sang ayah mengecam Trump yang ingin melarang kaum muslim memasuki Amerika Serikat.
Trump cemoohkan militer AS
"Pernahkah anda datang ke kuburan tentara? Di sana terbaring patriotis sejati dari berbagai keyakinan, suku dan ras," kata Khan. Sebagai reaksi Trump mencemooh isteri Khan yang berdiri di samping suaminya selama pidato, bahwa ia tidak diizinkan berbicara lantaran keyakinannya.
Kepada NBC, Ghazala Khan mengatakan tidak mampu berpidato karena ia "akan menangis" setiap kali mengingat putranya yang telah tiada.
"Banyak keluarga muslim Amerika yang mengabdi di angkatan bersenjata dan membuat pengorbanan besar," tutur Ketua Parlemen AS, Paul Ryan, yang berasal dari Partai Republik. "Pengorbanan mereka, termasuk derita orang tuanya seperti Khizr dan Ghazala Khan, selamanya harus dihormati. Titik!"
Trump sendiri berusaha mencari jalan keluar dengan mencetuskan isu kontroversial baru. "Saya khawatir pemilu kali ini akan dimanipulasi," seru Trump di hadapan pendukungnya. Ia berjanji akan melancarkan "pertumpahan darah" jika Partai Demokrat berusaha "mencuri" hasil pemilu.
Muslim yang Membesarkan Nama Amerika
Donald Trump banyak dikecam karena pernyataannya yang rasis dan diskriminatif, juga terhadap warga Muslim. Ia tidak sadar bahwa selama ini sudah banyak warga Muslim di AS yang ikut membesarkan nama Amerika.
Foto: Getty Images/AFP/Joe Raedle
Muhammad Ali
Mantan petinju terbesar dalam sejarah olahraga ini dihormati pula karena aktivitas sosialnya. Dia memeluk Islam pada tahun 1975. Ia mengatakan: "Kata Islam berarti damai. Kata Muslim berarti orang yang menyerahkan diri pada kepada Allah…. Kristen , Hindu adalah saudara saya, mereka semua adalah saudara saya. Kami hanya berpikir yang berbeda dan percaya berbeda. "
Foto: picture-alliance/dpa/L. Gillieron
Kareem Abdul-Jabbar
Terlahir Ferdinand Lewis Alcindor, Jr, pebasket legendaris ini mencetak rekor angka tertinggi sepanjang masa. Di bangku perguruan tinggi ia masuk Islam dan berganti nama. Dilansir The Washington Post, ia menyebut: " Donald Trump merupakan kemenangan terbesar ISIS… bukannya menawarkan kebijakan nyata dan spesifik, malah memanfaatkan ketakutan publik, dengan melakukan pekerjaan ISIS untuk mereka.”
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Salangsang
Mike Tyson
Tercatat sebagai juara dunia tinju kelas berat termuda dalam sejarah dengan usia 20 tahun, Mike Tyson adalah atlit olahraga paling populer di dekade 1980an. Perjumpaannya dengan Islam berawal dari penjara, ketika ia menghabiskan masa kurungan dalam kasus pemerkosaan tahun 1992. Kini Tyson ikut terjun ke dunia sinema dengan membintangi berbagai film layar lebar
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Malcolm X
Kehilangan kedua orang tua sejak kecil, Malcolm X alias Malik el-Shabazz menjelma menjadi aktivis kemanusiaan yang menentang diskriminasi dan rasisme terhadap kaum kulit hitam. Kini Malcolm X tercatat sebagai salah satu warga Afrika-Amerika paling berpengaruh dalam sejarah,
Foto: AP
Yasiin Bey
Penyanyi hiphop dan aktor yang juga dikenal dengan nama Mos Def ini merupakan nominator Emmy Award, Grammy Award dan Golden Globe. Namun artis multi talenta ini lebih dikenal untuk aktivisme sosialnya, terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan kebrutalan polisi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/L.Zuydam
Huma Abedin
Huma Abedin pernah menjadi wakil kepala Departemen Luar Negeri AS. Kini ia dipercaya sebagai wakil ketua kampanye Hillary Clinton yang maju sebagai bakal calon kandidat presiden AS.
Foto: picture-alliance/dpa/D.Van Tine
Fareed Zakaria
Ia pernah menjadi editor majalah Time dan Newsweek International. Pria AS kelahiran India ini juga pernah meraih penghargaan sebagai kolumnis terbaik. Fareed yang menajdi warga Amerika lewat proses naturalisasi ini kini menjadi pembawa acara talkshow politik di CNN dan menulis kolom mingguan untuk Washington Post.
Foto: AP
Salman Khan
Ketika pebisnis ini bekerja sebagai analis, dia punya satu mimpi: membuat pendidikan lebih mudah diakses. Pada tahun 2006, mimpi itu menjadi kenyataan ketika ia meluncurkan Khan Academy, yaitu pembelajaran online yang memungkinkan orang untuk mempelajari segala sesuatu, mulai dari matematika sampai pemrograman. Ia salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, versi majalah Time 2012.
Foto: CC by Steve Jurvetson
Shaquille O'Neal
Meski tidak pernah mengungkapkan keyakinannya ke publik, Shaquille O'Neal dikenal dekat dengan Islam. Ia antara lain dibesarkan oleh seorang ayah tiri yang seorang muslim. Ketika masih bermain untuk klub Boston Celtics, Shaq bahkan pernah mengungkapkan niatnya untuk melakukan ibadah Haji.
Foto: picture-alliance/Pressefoto Ulmer
Hakeem Abdul Olajuwon
Dengan tinggi badan lebih dari dua meter, Hakeem Abdul Olajuwon merupakan salah satu dari lima pemain legendaris NBA. Dia tak takut jika Donald Trump menjadi presdien, karena menurutnya,di AS, setiap hak warga negara dilindungi.