1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

Trump Gandakan Tekanan, Rusia Gencarkan Serangan

Rizki Nugraha Reuters, AP
29 Juli 2025

Presiden AS Donald Trump memangkas tenggat bagi Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina menjadi cuma 10 hari, jika tidak ingin mendapat sanksi. Moskow menjawab dengan gelombang baru serangan udara.

Vladimir Putin dan Donald Trump
Presiden Rusia Vladimir Putin (ki.) dan Presiden AS Donald Trump dalam KTT G20 2017Foto: Evan Vucci/AP/dpa/picture alliance

Setidaknya 22 orang tewas dalam serangan udara Rusia yang menghantam sebuah penjara dan fasilitas medis di Ukraina, menurut pejabat setempat Selasa (29/7).

Serangan itu terjadi di tengah terus berlanjutnya gempuran terhadap wilayah sipil, meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Moskow tidak segera menghentikan perang.

Empat bom luncur berkekuatan tinggi dilaporkan menghantam sebuah penjara di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina tenggara. Otoritas menyatakan sedikitnya 17 narapidana tewas dan lebih dari 80 orang lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Rusia juga menembakkan rudal balistik ke sasaran sipil lainnya, dalam gelombang serangan terbaru, yang menambah panjang daftar korban dari konflik yang terus menelan korban jiwa di luar zona pertempuran langsung.

Pada Senin (28/7) kemarin Trump menetapkan tenggat waktu baru—hanya 10 hingga 12 hari—bagi Rusia untuk menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina, atau menghadapi konsekuensi. Trump dikabarkan semakin merasa frustasi terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin atas konflik yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun.

Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi, termasuk terhadap negara-negara yang berniaga dengan Rusia.

Trump reduces 50-day deadline for Russia on Ukraine

06:20

This browser does not support the video element.

Berbicara di Skotlandia, saat menghadiri pertemuan dengan para pemimpin Eropa dan juga bermain golf, Trump menyatakan kekecewaannya terhadap Putin dan memangkas tenggat 50 hari yang dia tetapkan awal bulan ini.

"Saya akan menetapkan tenggat baru, sekitar... 10 atau 12 hari sejak hari ini,” ujar Trump kepada wartawan dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. "Tidak ada alasan untuk menunggu... Kami tidak melihat ada kemajuan yang terjadi.”

Rusia: AS bermain dengan api

Namun dalam sebuah unggahan di platform X, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang merupakan sekutu dekat Putin, menyebut Trump tengah menjalankan "permainan ultimatum” yang berpotensi memicu perang langsung dengan Amerika Serikat.

"Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan satu langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tapi dengan Trump sendiri,” tulis Medvedev.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebaliknya menyambut baik pernyataan Trump, menyebutnya "sangat penting” dan datang pada waktu yang tepat untuk mendorong penyelesaian damai.

"Sikap yang jelas dan ketegasan yang diungkapkan oleh @POTUS—datang tepat waktu, ketika banyak hal bisa berubah melalui kekuatan untuk perdamaian sejati,” tulis Zelenskiy di X.

"Saya berterima kasih kepada Presiden Trump atas fokusnya dalam menyelamatkan nyawa dan menghentikan perang mengerikan ini,” lanjutnya.

Dalam pidato malam hari, Zelenskiy menekankan bahwa sanksi yang lebih ketat adalah "elemen kunci” untuk mengakhiri Perang Ukraina.

"Rusia memperhatikan sanksi, memperhatikan kerugian semacam itu,” ujarnya.

Kekecewaan Trump kepada Putin

Trump, yang sebelumnya juga menyatakan kekesalannya terhadap Zelenskiy, kerap tidak menindaklanjuti pernyataan kerasnya terhadap Putin dengan langkah konkret, dengan alasan hubungan pribadi yang baik di masa lalu.

Namun pada Senin (28/7), Trump menegaskan sanksi dan tarif akan diberlakukan sebagai hukuman, jika Moskow tidak memenuhi tuntutannya.

"Tidak ada alasan untuk menunggu. Jika Anda sudah tahu jawabannya, mengapa menunggu? Dan itu bisa berbentuk sanksi dan mungkin juga tarif sekunder,” ujar Trump. "Saya tidak ingin melakukan itu kepada Rusia. Saya mencintai rakyat Rusia.”

Sebelumnya, Ukraina mengusulkan pertemuan puncak antara Putin dan Zelenskiy sebelum akhir Agustus, namun Kremlin menyatakan jadwal itu tidak realistis, dan bahwa pertemuan semacam itu hanya mungkin terjadi sebagai langkah terakhir menuju perdamaian.

Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow pada Sabtu lalu menyatakan,  jika Barat menginginkan perdamaian sejati dengan Ukraina, maka harus berhenti memasok senjata kepada Kyiv.

Trump telah berulang kali mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap Putin, karena terus melanjutkan serangan ke Ukraina meskipun ada upaya AS untuk mengakhiri konflik. Ia kerap menonjolkan keberhasilan diplomatik AS di kawasan lain, seperti kesepakatan damai antara India dan Pakistan serta Rwanda dan Kongo, dan bahkan menerima pujian dari sejumlah pemimpin dunia yang menyebutnya layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

"Saya kecewa dengan Presiden Putin,” ujar Trump pada Senin. "Saya akan memangkas tenggat 50 hari yang saya berikan menjadi lebih singkat karena saya rasa saya sudah tahu jawabannya.”

Trump, yang juga tengah berjuang mencapai kesepakatan damai di Gaza, selama masa kampanyenya pernah menjanjikan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina hanya dalam satu hari, jika kembali menjabat di Gedung Putih.

"Kami pikir kami sudah menyelesaikannya beberapa kali, lalu Presiden Putin pergi dan mulai meluncurkan roket ke kota seperti Kyiv dan membunuh banyak orang di panti jompo atau semacamnya,” kata Trump. "Dan saya bilang, itu bukan cara yang benar.”

Editor: Agus Setiawan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya