Trump Habis Dikritik karena Serukan Pengabaian Konstitusi
5 Desember 2022
Donald Trump muncul kembali dengan pernyataannya yang kontroversial. Selain kembali mengklaim "penipuan" pemilu yang dialami, ia juga menyulut kontroversi dengan pernyataan bahwa Konstitusi AS tidak ada artinya.
Iklan
Pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dinilai menyarankan AS untuk mengabaikan aturan, regulasi, bahkan konstitusi, karena kecurangan pemilu yang ia alami, menuai kritik pedas dari politisi di kedua partai pada Minggu (04/12).
Pernyataan itu ditulis Trump di platform Truth Social miliknya: "Penipuan besar-besaran sejenis dan sebesar ini memungkinkan adanya penghentian semua aturan, peraturan, dan pasal, bahkan yang ditemukan dalam konstitusi.”
Pemilu AS: Seberapa Besar Kekuasaan Presiden AS?
Siapa pun yang berhasil duduk di Ruang Oval di Gedung Putih berhak untuk memutuskan - atau begitulah perkiraan mereka. Seberapa besar sebenarnya kekuasaan Presiden Amerika Serikat?
Foto: Klaus Aßmann
Apa Kata Konstitusi AS?
Seorang presiden dipilih untuk masa jabatan 4 tahun, dengan batas maksimum dua masa jabatan. Presiden menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, memegang kendali eksekutif federal yang mempekerjakan sekitar 4 juta orang (termasuk personel militer). Ia juga bertanggung jawab menerapkan undang-undang yang telah disetujui oleh Kongres dan menjabat sebagai diplomat tertinggi AS.
Foto: Klaus Aßmann
Berfungsi sebagai pemeriksa dan penyeimbang
Tiga cabang pemerintahan, eksekutif, yudikatif, dan legislatif, adalah pembuat keputusan bersama yang saling membatasi kekuasaan. Presiden dapat memaafkan seseorang dan menunjuk hakim federal, tetapi butuh persetujuan Senat untuk mengonfirmasi keputusan ini. Presiden, dengan persetujuan Senat, juga dapat menunjuk anggota kabinet dan duta besar. Ini salah satu cara legislatif mengontrol eksekutif.
Foto: Klaus Aßmann
Kekuatan 'State of the Union'
Presiden diminta untuk secara berkala menginformasikan kongres tentang keadaan negara - persyaratan ini telah berkembang menjadi pidato tahunan "Negara Persatuan". Meski tidak dapat memperkenalkan RUU legislatif, presiden dapat mendiskusikan topik dan inisiatif yang ia inginkan. Ini adalah cara untuk menempatkan Kongres untuk bertindak di bawah tekanan publik.
Foto: Klaus Aßmann
Punya hak veto terhadap RUU
Presiden dapat memveto rancangan undang-undang dengan mengirimkannya kembali ke Kongres tanpa menandatanganinya. Tapi veto ini dapat dibatalkan dengan mayoritas dua pertiga di kedua kamar Kongres yakni di DPR dan Senat. Dan menurut Senat, hanya sekitar tujuh persen atau 111 dari 1.516 veto presiden yang berhasil diubah kembali.
Foto: Klaus Aßmann
Wilayah kekuasaan yang dinilai abu-abu
Konstitusi dan keputusan MA tidak sepenuhnya menentukan seberapa besar kekuasaan yang dimiliki presiden. Ada satu ciri khas yang dikenal sebagai "veto saku" memungkinkan presiden untuk dengan mudah memasukkan RUU yang dikirim kepada mereka oleh Kongres "ke dalam saku," dan mencegahnya berlaku. Kongres tidak dapat membatalkan veto jenis ini. Trik ini telah digunakan lebih dari 1.000 kali.
Foto: Klaus Aßmann
Perintahnya berkekuatan hukum
Presiden dapat memerintahkan pegawai pemerintah untuk laksanakan tugas dengan cara dan untuk tujuan tertentu. Perintah eksekutif ini berkekuatan hukum; dan tidak butuh persetujuan lain. Tapi bukan berarti presiden bisa seenaknya. Pengadilan bisa membatalkan perintah itu, atau Kongres dapat memberlakukan UU yang menentangnya. Lagi pula, presiden selanjutnya juga bisa langsung mencabutnya.
Foto: Klaus Aßmann
Mengesampingkan Kongres
Presiden dapat merundingkan perjanjian dengan lembaga pemerintah lain, tetapi perjanjian ini perlu disetujui oleh mayoritas dua pertiga Senat. Presiden dapat melewati proses ini dengan mengeluarkan "perjanjian eksekutif" yang tidak memerlukan persetujuan Kongres. Ini berlaku selama Kongres tidak mengajukan keberatan atau mengesahkan undang-undang yang membatalkan perjanjian tersebut.
Foto: Klaus Aßmann
Mengontrol posisi pasukan militer
Presiden adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata AS, tetapi pernyataan deklarasi perang ada di tangan Kongres. Presiden dapat melibatkan pasukan dalam konflik bersenjata tanpa persetujuan Kongres, namun aturan ini masih agak kabur. Misalnya, saat Kongres melihat keterlibatan AS dalam Perang Vietnam sebagai tindakan yang terlalu jauh, Kongres dapat membatasinya lewat UU.
Foto: Klaus Aßmann
Tidak punya kekuasaan tanpa batas
Jika seorang presiden menyalahgunakan jabatannya atau melakukan kejahatan, Dewan Perwakilan Rakyat dapat memulai proses pemakzulan. Ini telah terjadi tiga kali sepanjang sejarah Amerika, tetapi pada akhirnya tidak ada yang dihukum. Kongres memiliki kartu as di tanggannya karena mereka bertanggung jawab dalam menyetujui anggaran, dan dapat memotong arus kas negara. (ae/vlz)
Foto: Klaus Aßmann
9 foto1 | 9
‘Ekstremisme Trumpisme'
Pemimpin Partai Demokrat Hakeem Jeffries menyebut pernyataan Trump tersebut sebagai pernyataan ekstrem. Ia juga menambahkan bahwa Partai Republik harus segera membuat pilihan apakah akan terus menganut pandangan anti-demokrasi ala Trump.
"Partai Republik harus menyelesaikan masalah mereka dengan mantan presiden itu dan memutuskan apakah mereka akan melepaskan diri darinya dan kembali ke sebuah kewajaran atau justru terus bersandar pada ekstremisme, bukan hanya Trump, tapi juga Trumpisme,” ucap Jeffries.
Senada dengan Jeffries, Mike Turner, seorang politisi terkemuka Partai Republik di Komite Intelijen DPR AS, juga mengkritik pernyataan Trump. Ia mengatakan "sangat-sangat tidak setuju” dan benar-benar” mengutuk komentar dari mantan presiden AS itu.
Turner juga mengatakan bahwa komentar Trump tersebut akan masuk sebagai pertimbangan Partai Republik dalam memutuskan siapa yang akan mewakili partai dalam pemilihan presiden berikutnya di tahun 2024.
"Ada proses politik yang harus dilakukan sebelum seseorang diputuskan menjadi frontrunner atau calon dari partai,” katanya. "Saya yakin orang-orang pasti akan mempertimbangkan pernyataan seperti ini saat mengevaluasi seorang kandidat,” tambahnya.
Kontroversi Trump
Trump baru-baru ini menyatakan niatnya untuk maju lagi pada pemilihan presiden tahun 2024. Namun, niatnya itu dibayangi oleh sejumlah investigasi kasus yang ia hadapi. Termasuk di dalamnya soal penyelidikan dokumen-dokumen rahasia yang disita FBI, juga penyelidikan negara bagian dan federal terkait upayanya membatalkan hasil pemilu 2020.
Trump adalah presiden pertama yang mendapat pemakzulan sebanyak dua kali. Masa jabatannya juga berakhir suram, dengan para pendukungnya menyerbu Gedung Capitol dalam upaya menghentikan peralihan kekuasaan pada Januari 2021.