Presiden AS Donald Trump menyatakan dia memiliki "hubungan baik" dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Kedua pemimpin terlihat akrab ketika bertemu di Filipina.
Iklan
Presiden AS Donald Trump berkunjung ke Filipina, stasiun terakhir kunjungan perdananya ke lima negara Asia selama 13 hari. Trump memuji Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan "hubungan baik" AS-Filipina.
Trump dan Duterte mengadakan serangkaian pertemuan hari Minggu malam (12/11) dan Senin pagi (13/11). Trump antara lain menghadiri pertemuan puncak ASEAN dan East Asia Summit.
"Kami memiliki hubungan yang baik, ini sangat berhasil," kata Trump kepada Duterte dalam sambutan pembukaan pada pertemuan mereka. Trump memuji Duterte atas pengorganisasian pertemuan puncak itu dan mengatakan: "Saya sangat menikmati berada di sini."
Kelompok HAM tuntut Trump tak ketemu Duterte
Kelompok hak asasi manusia sebelumnya menuntut Trump untuk mengakhiri perjalanannya di Asia dengan sebuah pernyataan keras terhadap kebijakan perang terhadap narkoba yang dilancarkan Duterte, yang telah menewaskan ribuan orang yang dicurigai terlibat kejahatan narkotika.
Duterte memenangkan pemilu presiden tahun lalu setelah berjanji untuk membasmi kejahatan narkotika. Sejak dia menjabat presiden, polisi mencatat 3.967 orang tewas dalam operasi anti narkotika, sementara ribuan kasus kematian lainnya terkait operasi anti narkoba masih belum tuntas diusut.
Ratusan demonstran berkumpul di Manila hari Senin untuk memprotes Trump dan Duterte. Mereka disambut oleh polisi anti huru hara dan semprotan meriam air. Banyak warga Filipina mendukung Duterte karena percaya bahwa dia mengambil tindakan yang diperlukan untuk memerangi kejahatan narkotika. Namun kelompok hak asasi manusia memperingatkan, kebijakan Duterte melanggar hak asasi.
Polisi dituding langgar HAM
Amnesty International menuduh polisi Filipina ikut memburu dan menembak mati orang-orang yang tidak bersalah dan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh pecandu narkoba. Namun presiden Duterte membantah hal itu dan menegaskan, dia tidak pernah memerintahkan polisi untuk melanggar hukum.
Walau begitu kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa polisi mengikuti desakan Duterte untuk melakukan pembunuhan ilegal. Mereka juga mengecam pernyataan Duterte di Konferensi APEC, bahwa dia pernah membunuh orang.
"Pada usia 16, saya sudah membunuh seseorang, yang gaduh dan mau menikam. Saya baru berusia 16 tahun," kata Duterte menegaskan.
Hubungan AS Filipina kembali "mesra"
Hubungan antara Filipina dan Amerika Serikat sempat memburuk pada pemerintahan Presiden Obama. Duterte tahun lalu mendeklarasikan "pemisahan" diri Filipina dari Amerika Serikat.
Tapi Trump lewat percakapan telepon bulan April lalu mengatakan kepada Duterte, bahwa dia melakukan "pekerjaan baik". Hubungan diplomatik kedua negara mulai mencair.
"Kami adalah sekutu Anda. Kami adalah sekutu yang penting," kata Duterte pada hari Senin.
Duterte dan Trump duduk berdampingan pada acara jamuan makan pada hari Minggu (12/11). Kedua pemimpin negara itu terlihat tersenyum dan mengobrol dengan akrab.
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan memberantas bisnis narkoba. Untuk itu ia menggunakan cara-cara brutal. Hasilnya ratusan mati ditembak dan penjara membludak.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sumpah Digong
Presiden baru Filipina, Rodrigo "Digong" Duterte, melancarkan perang besar terhadap kelompok kriminal, terutama pengedar narkotik dan obat terlarang. Sumpahnya itu bukan sekedar omong kosong. Sejak Duterte naik jabatan ribuan pelaku kriminal telah dijebloskan ke penjara, meski dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Foto: Reuters/E. De Castro/Detail
Sempit dan Sesak
Potret paling muram perang narkoba di Filipina bisa disimak di Lembaga Pemasyarakatan Quezon City, di dekat Manila. Penjara yang dibangun enam dekade silam itu sedianya cuma dibuat untuk menampung 800 narapidana. Tapi sejak Duterte berkuasa jumlah penghuni rumah tahanan itu berlipat ganda menjadi 3.800 narapidana
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Beratapkan Langit
Ketiadaan ruang memaksa narapidana tidur di atas lapangan basket di tengah penjara. Hujan yang kerap mengguyur Filipina membuat situasi di dalam penjara menjadi lebih parah. Saat ini tercatat cuma terdapat satu toilet untuk 130 tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Cara Cepat "menjadi gila"
Tahanan dibiarkan tidur berdesakan di atas lapangan. "Kebanyakan menjadi gila," kata Mario Dimaculangan, seorang narapidana bangkotan kepada kantor berita AFP. "Mereka tidak lagi bisa berpikir jernih. Penjara ini sudah membludak. Bergerak sedikit saja kamu menyenggol orang lain," tuturnya. Dimaculangan sudah mendekam di penjara Quezon City sejak tahun 2001.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Minim Anggaran
Sebuah ruang sel di penjara Quezon City sebenarnya cuma mampu menampung 20 narapidana. Tapi lantaran situasi saat ini, sipir memaksa hingga 120 tahanan berjejalan di dalam satu sel. Pemerintah menyediakan anggaran makanan senilai 50 Peso atau 14.000 Rupiah dan dana obat-obatan sebesar 1.400 Rupiah per hari untuk setiap tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sarang Penyakit
Buruknya situasi sanitasi di penjara Quezon City sering berujung pada munculnya wabah penyakit. Selain itu kesaksian narapidana menyebut tawuran antara tahanan menjadi hal lumrah lantaran kondisi yang sempit dan berdesakan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sang Penghukum
Dalam perang melawan narkoba Duterte tidak jengah menggunakan cara brutal. Sejak Juli silam aparat keamanan Filipina telah menembak mati sekitar 420 pengedar narkoba tanpan alasan jelas. Cara-cara yang dipakai pun serupa seperti penembak misterius pada era kediktaturan Soeharto di dekade 80an. Sebab itu Duterte kini mendapat julukan "the punisher."
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Membludak
Menurut studi Institute for Criminal Policy Research di London, lembaga pemasyarakatan di Filipina adalah yang ketiga paling membludak di dunia. Data pemerintah juga menyebutkan setiap penjara di dalam negeri menampung jumlah tahanan lima kali lipat lebih banyak ketimbang kapasitas aslinya.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Pecandu Mati Kutu
Presiden Duterte tidak cuma membidik pengedar saja, ia bahkan memerintahkan kepolisian untuk menembak mati pengguna narkoba. Hasilnya 114.833 pecandu melaporkan diri ke kepolisian untuk menjalani proses rehabilitasi. Namun lantaran kekuarangan fasilitas, sebagian diinapkan di berbagai penjara di dalam negeri.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Duterte Bergeming
Kelompok HAM dan gereja Katholik sempat mengecam sang presiden karena ikut membidik warga miskin yang tidak berurusan dengan narkoba. Beberapa bahkan ditembak mati di tengah jalan tanpa alasan yang jelas dari kepolisian. Seakan tidak peduli, Duterte malah bersumpah akan menggandakan upaya memberantas narkoba.