1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Murka Terhadap Australia Ihwal Pengungsi

2 Februari 2017

Presiden AS Donald Trump melontarkan kata-kata pedas pada PM Australia Malcolm Turnbull ihwal perjanjian pengungsi yang dibuat pada masa Presiden Barack Obama. Trump menyebut kesepakatan tersebut "perjanjian bodoh."

USA Präsident Donald Trump Telefonat mit Australiens Premierminister Malcolm Turnbull
Foto: picture-alliance/dpa/Pete Marovich/CNP/AdMedia

Presiden AS Donald Trump diberitakan melabrak Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull ihwal perjanjian pertukaran pengungsi antara AS dan Australia yang disebutnya sebagai "perjanjian bodoh."

Menurut harian Washington Post, Trump mengakhiri percakapan hanya setelah 25 menit setelah terlibat perang kata-kata dengan Turnbull. Trump mengklaim, dari pembicaraan telepon dengan empat kepala negara pada hari itu, percakapannya dengan Turnbull "adalah yang paling buruk", ujarnya kepada PM Australia itu sesaat sebelum mengakhiri telepon. 

Seorang pejabat tinggi Australia memastikan pada stasiun televisi ABC bahwa laporan Washington Post "secara substansial sudah akurat."

Australia sejatinya adalah sekutu dekat Amerika Serikat dan termasuk dalam kelompok "lima mata" yang selalu mendapat akses laporan intelijen sensitif dari dinas rahasia AS.

Turnbull sendiri mengaku kecewa bahwa percakapan dengan Trump yang dinilainya "jujur dan terbuka" bocor ke publik. "Tapi ada satu hal yang ingin saya klarifikasi, adalah tidak benar Presiden Trump mengakhiri pembicaraan secara sepihak. Percakapan itu berakhir dengan sopan." Ia mengklaim Trump berjanji akan menghormati perjanjian tersebut.

Perjanjian yang dibuat pada masa Presiden Barack Obama itu mengatur pertukaran pengungsi antara dua negara. AS sepakat menampung 1.600 pengungsi di Australia yang kini ditahan di Nauru dan Papua Nugini. Sebagai gantinya Canberra setuju menampung pengungsi dari El Salvador, Guatemala dan Honduras.

Perkara terbesar buat Trump adalah kebanyakan pengungsi yang ditahan di Australia berasal dari Iran, salah satu negara yang penduduknya dilarang memasuki AS sesuai perintah Gedung Putih. Pengamat meyakini perjanjian tersebut akan melukai Trump secara politis.

rzn/yf (afp,ap)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait