1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Trump: Negosiasi Damai di Gaza Capai Kemajuan Signifikan

Rizki Nugraha sumber: AFP, AP
26 Juni 2025

Donald Trump menegaskan negosiasi damai di Jalur Gaza yang dimediasi Qatar dan Mesir telah mencatatkan kemajuan signifikan. Sementara itu, korban jiwa terus berjatuhan di pusat penyaluran bantuan.

Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth
Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth di sela-sela KTT NATO 2025 di Den Haag, Belanda.Foto: Yves Herman/REUTERS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, kemajuan signifikan tengah berlangsung untuk mengakhiri perang Israel-Hamas di Gaza, seiring dimulainya kembali negosiasi gencatan senjata setelah lebih dari 20 bulan konflik.

"Saya kira kemajuan besar sedang dicapai di Gaza,” ujar Trump kepada para wartawan. Dia menambahkan bahwa utusan khususnya, Steve Witkoff, telah mengatakan gencatan senjata di "Gaza sudah sangat dekat.”

Optimisme Donald Trump akan adanya "kabar sangat baik” dalam waktu dekat dikaitkannya dengan kesepakatan gencatan senjata pada Selasa (24/6) lalu antara Israel dan Iran, untuk mengakhiri perang rudal selama 12 hari.

Tekanan terhadap Netanyahu

Di Israel, tekanan politik kian meningkat dari keluarga para sandera, bahkan dari anggota koalisi pemerintah sendiri. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi desakan untuk mengakhiri perang di Gaza yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Qatar sebagai mediator konflik Selasa (24/6) mengumumkan, akan melancarkan insiatif baru untuk mencapai gencatan senjata. Sementara itu, Hamas menyatakan bahwa intensitas pembicaraan telah meningkat.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Komunikasi kami dengan mediator di Mesir dan Qatar tidak pernah berhenti, dan telah meningkat dalam beberapa jam terakhir,” kata pejabat Hamas, Taher al-Nunu, kepada AFP. Namun, dia menambahkan  sejauh ini kelompoknya "belum menerima proposal baru” untuk menghentikan perang.

Pemerintah Israel menolak mengomentari pembicaraan gencatan senjata terbaru. Pernyataan resmi hanya menyebutkan, upaya untuk memulangkan para sandera Israel masih berlangsung "di medan tempur maupun melalui negosiasi.”

Mobil Paus Fransiskus Disulap Jadi Klinik Keliling bagi Gaza

00:45

This browser does not support the video element.

Insiden mematikan di Gaza

Sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu yang menewaskan 1.219 orang, Israel melancarkan invasi darat ke Gaza dengan tujuan menumpas Hamas yang didukung Iran, dan menyelamatkan para sandera.

Kampanye militer tersebut, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas dan diakui oleh PBB, telah menewaskan setidaknya 56.156 orang, sebagian besar warga sipil.

Dalam salah satu insiden paling mematikan bagi militer Israel, tujuh tentara dilaporkan tewas pada Selasa di Gaza selatan. Dengan demikian, total korban jiwa militer Israel di wilayah itu mencapai 441 orang.

Tragedi tersebut memicu kritik langka dari mitra koalisi Netanyahu, yakni pemimpin partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism. "Saya masih tidak mengerti mengapa kita bertempur di sana... Tentara terus saja tewas,” kata anggota parlemen Moshe Gafni dalam sidang di Knesset, Rabu (25/6).

Kelelahan berperang

Ketujuh tentara yang tewas berasal dari korps tempur mekanis Israel. Menurut pernyataan militer, mereka tengah menjalankan misi pengintaian di Khan Yunis ketika kendaraan mereka terkena ledakan.

Kesedihan mendalam menyelimuti pemakaman Sersan Staf Ronel Ben-Moshe (20) di Rehovot, selatan Tel Aviv, Rabu (25/6). Di tengah isak tangis keluarga, para prajurit muda berdiri terdiam dalam seragam.

Seorang mantan rekan Ben-Moshe yang ikut bertugas di Gaza mengungkapkan kelelahan mental akibat perang yang tak berkesudahan. "Saya bahkan tidak bisa menyelesaikan wajib militer. Secara mental saya hancur hingga akhirnya didemobilisasi,” ujar pria yang hanya menyebut namanya Ariel. "Saya telah melihat terlalu banyak anak-anak seperti saya mati. Sudah waktunya ini dihentikan.”

Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang—kelompok utama yang mewakili keluarga para sandera—juga menyuarakan desakan penghentian perang. "Perang di Gaza telah melewati batas. Ini dijalankan tanpa tujuan yang jelas dan tanpa rencana konkret,” bunyi pernyataan mereka.

Dari 251 sandera yang diculik dalam serangan Hamas, 49 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 27 yang telah dinyatakan tewas oleh militer Israel.

Ribuan Warga Gaza Berebut Bantuan

01:31

This browser does not support the video element.

Bencana kemanusiaan di Gaza

Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Laporan kelompok hak asasi manusia menyebutkan bahwa lebih dari dua juta warga Gaza kini menghadapi situasi mirip kelaparan akibat blokade Israel, dengan korban berjatuhan hampir setiap hari saat mengantre bantuan pangan.

Badan pertahanan sipil Gaza pada Rabu menyebutkan, 35 orang, termasuk enam warga yang tengah menunggu bantuan, tewas akibat tembakan Israel. Juru bicara pertahanan sipil, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP kerumunan warga di Gaza tengah, di lokasi yang kerap menjadi tempat berkumpul warga setiap malam untuk mendapatkan bantuan, terkena "peluru dan peluru tank”.

Saat dikonfirmasi AFP, militer Israel menyatakan, mereka "tidak mengetahui adanya insiden di Gaza tengah pagi ini yang menimbulkan korban.”

Pada Selasa, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam penggunaan bantuan makanan sebagai senjata di Gaza dan mengkritik keberadaan Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Badan yang didukung Israel dan AS itu kini mengambil alih peran organisasi kemanusiaan internasional di wilayah tersebut.

Didatangkan ke Gaza pada akhir Mei, operasi GHF justru dibayangi kekacauan, korban jiwa, dan tuduhan bias politik. GHF membantah adanya insiden maut yang terjadi di dekat titik distribusi bantuannya.

Namun, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak akhir Mei hampir 550 orang tewas di sekitar pusat bantuan saat berupaya mendapatkan suplai makanan yang masih langka.

 

Editor: Agus Setiawan

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait