"Tubuhku bukan milikku" - Geliat Anti Feminisme di Indonesia
2 April 2019
Kelompok perempuan konservatif Indonesia mengobarkan perlawanan terhadap narasi feminisme dengan dalih agama. Mereka menuding feminisme sebagai produk barat dan sebabnya mendulang kecaman dari aktivis perempuan.
Iklan
Sebuah akun Instagram bernama Indonesia Tanpa Feminis membuat gundah aktivis perempuan. Betapa tidak, akun yang baru dibentuk itu mengkampanyekan gerakan anti feminisme lantaran dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam.
"Jika kau tak paham konsep dalam Islam, wajarlah jua feminsime yang kau usung selalu," tulis pengunggah, sembari membubuhkan tagar #UninstallFeminism. Sebuah kalimat menohok juga dimuat di bagian profil, "tubuhku bukan milikku. Indonesia tidak membutuhkan feminisme."
Sontak akun tersebut mengundah kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari pegiat perempuan dan Direktur Support Group and Resource Center on Sexuality Studies di Universitas Indonesia, Nadya Karima Melati. "Ini adalah perang wacana," tuturnya saat dihubungi DW.
Sejak beberapa tahun belakangan gerakan perempuan konservatif mulai rajin memenuhi ruang-ruang publik di Indonesia.
Beberapa waktu silam misalnya Aliansi Indonesia Cinta Keluarga mengkampanyekan gerakan anti RUU-Penghapusan Kekerasan Seksual sebagai proyek kaum feminis buat melegalkan budaya seks bebas. Untuk itu mereka aktif melobi Komisi VII DPR yang menggawangi pembahasan RUU PKS.
Kelompok yang sama misalnya menuntut agar Mahkamah Konstitusi mengkriminalisasi hubungan seksual di luar nikah.
Nadya meyakini gerakan ini tidak hanya berusaha membumikan wacana anti-feminisme melalui proses legislasi atau media-media sosial, melainkan juga dunia akademi. Menurutnya sentimen anti pemberdayaan perempuan di Indonesia ini bukan lahir dari kesadaran gender, melainkan digerakkan oleh kepentingan politik yang mengatasnamakan agama.
"Mereka sampai mengokupasi perguruan tinggi yang punya kajian tentang perempuan. Jadi mestinya kajian perempuan bernafas feminis, tapi di beberapa tempat kajiannya malah menentang feminisme," kata dia. Padahal "tanpa terpapar oleh gagasan feminis, seorang perempuan bisa jadi misoginis," imbuhnya.
Dalam hal ini akun IndonesiaTanpaFeminis di Instagram membantu menyebarkan narasi bantahan terhadap gagasan feminisme, antara lain dengan mengkampanyekan "tubuhku milik Allah" yang merujuk kepada kepemilikan mutlak tuhan atas ciptaannya.
Unggahan tersebut mendorong Penulis dan dosen di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Kalis Mardiasih , untuk bersuara. Melalui akunnya di Instagram, dia mengingatkan keleluasaan dan kesadaran baru yang dinikmati perempuan Indonesia saat ini adalah berkat perjuangan kaum feminis.
"Karena Allah menitipkan tubuh kepadaku, maka aku wajib menjaga tubuhku dengan baik, yaitu dengan kesadaran sepenuhnya bahwa tubuhku punya hak: hak kesehatan reproduksi, hak cuti menstruasi & hamil, hak akan rasa aman dengan tidak menerima diskriminasi, pelecehan dan kekerasan," tulisnya.
Aktivis perempuan Nadya Karima Melati meyakini kemunculan gerakan anti-feminisme oleh perempuan konservatif antara lain lahir dengan semangat "perlawanan" yang disulut oleh menguatnya gerakan feminisme itu sendiri. Ideologi konservatif yang mereka suarakan bahkan dinilai berhasil menyusup ke Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Sebab itu dia mendesak agar media dan akademisi tidak memberikan ruang bagi narasi anti-feminisme karena dinilai mengancam gerakan pemberdayaan perempuan. "Kalau misalnya kita sibuk dengan Indonesia Tanpa Feminis, itu sama saja kita membiarkan wacana kita disetir oleh wacananya mereka. Dan kita memberikan tempat bahwa mereka diakui oleh kita."
Sains Berutang Budi pada Perempuan-perempuan ini
Meski seksisme yang merajalela, sejumlah perempuan mampu membuktikan betapa gender tidak menentukan bakat seseorang. Hasil kerja mereka menjadi landasan kemajuan sains di era modern.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Ada Lovelace, Matematika
Terlahir tahun 1815, Ada Lovelace adalah pakar matematika berbakat yang menulis instruksi program komputer pertama pada pertengahan abad 18. Ada termasuk ilmuwan paling pertama yang meyakini kalkulator memiliki kemampuan melebihi fungsinya sebagai alat menghitung. Namanya melambung setelah membantu pionir komputer, Charles Babbage, mengembangkan mesin komputasi pertama, Analytical Engine
Foto: public domain
Marie Curie, Fisika Nuklir
Marie Curie adalah perempuan pertama yang memenangkan hadiah Nobel, yang pertama mendapat dua penghargaan bergengsi itu dan satu-satunya manusia yang memenangkan hadiah Nobel di dua bidang yang berbeda. Dilahirkan pada 1867, Curie termasuk ilmuwan paling dikenal dalam sejarah berkat risetnya di bidang radiasi nuklir dan penemuan dua elemen baru, yakni radium dan polonium.
Foto: picture alliance/United Archiv
Rosalind Franklin, Kimia
Rosalind Franklin tidak pernah mendapatkan hadiah Nobel, meski karyanya bernilai penting buat ilmu pengetahuan. Pasalnya perempuan Yahudi asal Inggris ini berhasil mengungkap rahasia struktur molekuler DNA dan RNA. Berbekal hasil penelitian Franklin, dua ilmuwan lain, James Watson dan Francis Crick, berhasil menemukan DNA Heliks Ganda dan mendapat hadiah Nobel di bidang Kedokteran.
Foto: picture-alliance/HIP
Dorothy Hodgkin, Kimia
Pionir Biokimia Inggris, Dorothy Hodgkin, berteman dekat dan sering bekerjasama dengan Franklin. Ia mengembangkan teknik Kristalografi protein yang mampu mengungkap struktur biomolekul dan menjadi perempuan ketiga yang memenangkan Nobel Kimia pada 1964. Lima tahun setelah kemenangannya itu, Hodgkin kembali mencatat sejarah sains setelah berhasil mengurai struktur Insulin.
Foto: picture-alliance/dpa/Leemage
Elizabeth Blackburn, Biologi
Perempuan Amerika berdarah Australia ini memenangkan hadiah Nobel di bidang Medis pada 2009 silam. Bersama dua ilmuwan lain, Carol Greider dan Jack Szostak, Elizabeth Blackburn mengungkap bagaimana enzim telomer melindungi dan mengurangi kerusakan DNA, serta berperan pada proses penuaan. Hasil risetnya itu mendasari penelitian Kanker hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa/S.Merrell
Jane Goodall, Primatologi
Goodall bisa jadi merupakan pakar simpanse paling berbakat dalam sejarah. Ia menghabiskan puluhan tahun mempelajari perilaku sosial dan interaksi intim primata cerdas ini di Tanzania. Goodall yang juga menemukan bahwa satwa memiliki kepribadian unik sering dituduh melakukan Antropomorfisme alias mendefinisikan hewan berdasarkan atribut manusia.
Foto: picture alliance/Photoshot
Rita Levi-Montalcini, Neurobiologi
Dilahirkan di Italia 1909, karir Montalcini sempat mandek lantaran diskriminasi anti Yahudi yang marak di era Benito Mussolini. Karena dilarang bekerja, dia lalu membangun laboratorium di kamar tidurnya sendiri. Pada 1986 ia mendapat hadiah Nobel setelah berhasil mengosolasi Faktor Pertumbuhan Syaraf (NGF) dari jaringan kanker. Montalcini berusia 100 tahun ketika memenangkan Nobel.
Foto: picture-alliance/maxppp/Leemage
Jocelyne Bell-Burnell, Fisika
Pada 1967 Jocelyne Bell-Burnell menemukan sinyal yang berotasi secara berkala. Sinyal yang awalnya diduga pesan dari mahluk luar angkasa itu ternyata adalah bintang neutron. Penemuan tersebut dirayakan sebagai salah satu pencapaian terbesar Astronomi di abad ke-20. Hingga kini, keputusan panitia Nobel tidak menghargai hasil kerja Jocelyne masih menjadi kontroversi. (rzn/yf)