Indonesia menggelar program deradikalisasi baru untuk menghadapi ancaman ISIS dan kelompok militan. Tujuh Kementerian akan melakukan langkah penangkalan radikalisme.
Iklan
"Ada tujuh kementerian yang akan melaksanakan deradikalisasi, ini belum pernah dilakukan sebelumnya," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukan) Luhut Binsar Panjaitan hari Selasa (02/02), sebagaimana dikutip Channel News Asia (CNA).
Langkah itu diambil setelah terjadi serangan teror yang menggemparkan di Jalan MH Thamrin di Jakarta 14 Januari lalu. Delapan orang tewas dalam insiden itu, termasuk 4 teroris.
Menko Luhut Panjaitan menjelaskan, departemen yang dilibatkan antara lain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial dan Kementerian Agama.
Pelaksanaan program deradikalisasi ini akan menggunakan pendekatan holistik, yang meliputi bimbingan agama, psikologi, pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Anggota kelompok militan yang ditahan akan dipisahkan dari tahanan lain. Para pemimpin kelompok teror akan dipisahkan dari anak buahnya.
"Di penjara, kita akan mengelompokan mereka sedemikian rupa, sehingga tidak seperti apa yang terjadi dengan Abu Bakar Ba'asyir dan para pengikutnya," jelas Luhut.
"Kami juga ingin mereka bisa mendapat pekerjaan setelah keluar dari penjara, jadi kami tidak ingin mengambil pendekatan keras 'terhadap mereka, "sambungnya.
Banyak pengamat berpendapat, penjara di Indonesia telah menjadi tempat perekrutan anggota kelompok militan dan penyebaran ideologi kekerasan mereka, melalui kedok "kegiatan-kegiatan ibadah" yang mereka lakukan.
Presiden Joko Widodo diberitakan setuju untuk mencabut paspor para militan Indonesia yang bergabung dengan ISIS atau IS.
Aparat penegak hukum di Indonesia mengatakan, mereka saat ini sulit melakukan langkah pencegahan serangan teror, karena Undang-Undang Antiterorisme dari tahun 2003 yang berlaku saat ini tidak memadai.
ISIS diberitakan sedang berusaha merekrut orang Indonesia dan Malaysia untuk mendirikan Khalifat baru di kawasan Asia Tenggara.
Sekelompok pria Indonesia terlihat dalam sebuah video yang dirilis oleh ISIS di Irak dan Suriah, mengimbau umat Islam Indonesia untuk bergabung dengan ISIS dan memerangi "musuh-musuh Islam" Diperkirakan setidaknya ada 600 orang dari Asia Tenggara yang bergabung dengan ISIS di Suriah.
Pemerintah Singapura dan Malaysia baru-baru ini memperingatkan, ada peningkatan ancaman teror dan potensi serangan bom dan bunuh diri di kedua negara itu.
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.