1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tujuh Negara Ubah Nama Mereka, Mengapa?

Sonya Angelica Diehn
3 Juni 2022

Kini Turki ingin dunia menyebutnya sebagai Türkiye. Ada sejumlah negara yang juga mengubah nama mereka, apa saja alasannya? Terkadang isu politis hingga latar belakang sejarah dan ‘branding’ menjadi alasannya.

Seekor kalkun liar jantan
Dalam bahasa Inggris, kalkun disebut sebagai Turkey hingga saat iniFoto: Robin Loznak/ZUMAPRESS.com/picture alliance

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan pada Rabu (01/06) bahwa Türkiye akan mengganti nama negara Turki, kapan pun negara itu disebut.

"Türkiye adalah representasi dan ekspresi terbaik dari budaya, peradaban, dan nilai-nilai rakyat Turki," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Desember 2021 ketika pemerintahnya merilis memo tentang perubahan nama.

Rebranding itu mungkin dilakukan sebagai bentuk kekesalan Erdogan atas asosiasi yang tidak menarik terkait nama negaranya dengan kalkun (yang dalam bahasa Inggris disebut Turkey). Ketika peran geopolitik negara itu tumbuh, Turki menjadi lebih sadar citra dan kepekaan Erdogan tentang bagaimana rasa nasionalisme di negara itu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ingin dilihat secara positif di panggung duniaFoto: Emin Sansar/AA/picture alliance

Belanda

Pemerintah Belanda pun merombak citranya dengan membuang nama Holland. Pada 2020, para pengusaha, dewan pariwisata, dan pemerintah pusat semuanya menyebut negara itu sebagai ‘the Netherlands'. Kini nama Holland Utara dan Holland Selatan hanyalah dua dari 12 provinsi di negara Eropa itu.

Perubahan nama merupakan bagian dari dorongan untuk menjauhkan diri dari asosiasi penggunaan narkoba dan prostitusi legal, faktor penarik bagi turis asing berkunjung ke Amsterdam, yang terletak di provinsi North Holland.

Namun, hingga saat ini badan pariwisata Belanda masih menggunakan domain Holland.com untuk situs resminya.

Ada yang bilang Amsterdam menderita 'over-tourism'Foto: Ramon Van Flymen/ANP/picture alliance

Makedonia Utara

Pada tahun 2019, Republik Makedonia (atau dikenal sebagai bekas Republik Yugoslavia Makedonia) secara resmi menjadi Republik Makedonia Utara. Berbeda dengan beberapa perubahan nama negara lain, motivasi dalam hal ini adalah politis.

Konflik nama Makedonia antara Yunani dan Makedonia Utara

Makedonia Utara berusaha meningkatkan hubungan dengan Yunani, dengan tujuan bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Yunani telah lama memperdebatkan penggunaan nama Makedonia, karena nama itu merupakan nama wilayah geografis di Yunani. Makedonia juga merupakan kerajaan Yunani kuno. Sengketa penamaan bahkan berkontribusi pada ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Makedonia menjadi anggota NATO pada tahun 2020Foto: Boris Grdanoski/AP/picture alliance

Yunani lebih suka negara Balkan itu melepaskan semua penggunaan istilah dan mengusulkan nama "Republik Vardar" atau "Republik Skopje" sebagai gantinya. Namun, setelah negosiasi panjang, nama Makedonia Utara, dengan nama bahasa resminya dan warganya tetap Makedonia.

Eswatini

Pada April 2018, Raja Mswati III mengganti nama Swaziland menjadi Eswatini, menandai upaya negara itu membebaskan diri dari masa kolonial. Sejumlah informasi menyebut bahwa Raja Mswati III tidak menyukai nama Swaziland karena kerap dianggap mirip dan membingungkan dengan nama Swiss (Inggris: Switzerland).

Diumumkan pada peringatan 50 tahun pembentukan negara Afrika, Eswatini - nama prakolonial negara itu - berarti "tanah Swazis" dalam bahasa mereka.

Raja Mswati III adalah raja mutlak EswatiniFoto: Dmitry Feoktistov/TASS/picture alliance

Czechia 

Lagi-lagi isu rebranding menjadi alasan di balik perubahan nama negara di Eropa tengah, Republik Ceko. Pada tahun 2016, pemerintah Ceko secara resmi mengubah namanya menjadi Czechia, bersama dengan rekomendasi untuk mempromosikan versi pendek ini dalam konteks internasional.

Sama seperti nama resmi Prancis adalah Republik Prancis, Republik Ceko bisa jadi Czechia. Selain itu, nama Czechia adalah nama yang lebih mudah untuk dilampirkan ke produk.

Berkunjung ke Praha dan Simbol Terpenting Kota

03:56

This browser does not support the video element.

Meskipun Uni Eropa, PBB, dan beberapa perusahaan besar menyebutnya sebagai Czechia, nama tersebut belum cukup dikenal secara internasional. Salah satu alasannya adalah bahwa Czechia terlalu mirip dengan Chechnya, sebuah republik Rusia di Kaukasus.

Pada tahun 2020, Perdana Menteri Ceko Andrej Babis mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa dia sama sekali tidak menyukai nama Czechia.

Cabo Verde

Negara kepulauan yang terletak di Samudra Atlantik sekitar 700 kilometer di lepas pantai Senegal ini mengajukan permintaan resmi untuk perubahan nama pada 2013.

Sebelumnya negara ini disebut Tanjung Verde, sebagian modifikasi nama dari bahasa Portugis asli "cabo verde" yang berarti "jubah hijau". Meskipun bukan sebuah tanjung, kepulauan ini terletak tepat di luar titik paling barat benua Afrika.

Alasan praktis juga melatarbelakangi perubahan nama ini. Menteri Kebudayaan saat itu mengatakan negara itu mencari nama standar yang tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Dia menambahkan bahwa dia berharap Cabo Verde akan memunculkan asosiasi positif dengan matahari, laut, dan orang-orang yang bahagia.

Matahari, laut, dan orang-orang bahagia termasuk di antara asosiasi yang diharapkan Cabo VerdeFoto: Seyllou/AFP/Getty Images

Sri Lanka

Seperti Eswatini, Sri Lanka mengubah namanya untuk melepaskan diri dari asosiasi kolonial.

Meskipun perubahan nama resmi dilakukan pada tahun 1972 ketika merdeka dari kekuasaan Inggris, baru pada tahun 2011 Sri Lanka secara resmi menghapus nama kolonial lama Ceylon dari penggunaan pemerintah. Namun, label Teh Ceylon yang populer dari negara itu tetap ada.

(rs/ha)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait